Bab 5

20.7K 1K 86
                                    

“Kenapa lo?” tanya Tara sambil menunjuk sudut bibirnya.

Ralaya sempat terdiam sejenak. Dia masih belum bisa mencerna apa yang Tara tanyakan barusan. Dia pun mengernyitkan dahi dan menyentuh sudut bibirnya.

Detik itu juga Ralaya langsung meringis. Seketika ingatannya langsung terputar tentang kejadian semalam.

“Ah ini,” kata gadis itu mencoba untuk santai. “Gue berantem sama sodara gue yang masih bocah,” elak Ralaya.

Dia mencoba membuat semuanya baik-baik saja meskipun dia tadi sempat meringis. Lagi pula mana mungkin dia mengatakan hal jujur, kan?

“Bocah berapa tahun yang bikin sudut bibir lo kayak gitu?” tanya Mia yang juga penasaran.

“Hm ... tiga tahun.”

“Bocahnya titisan Samsom betawi apa gimana, Ay? Kuat banget mukul Aya sampe ngebekas merah gitu.” Kini giliran Namira yang bertanya.

Mia menepuk bahu Ralaya beberapa kali dan menatap gadis itu dengan tatapan horor. “Jangan bilang Dev ngelakuin KDRT sama lo.”

“Ck. Sembarangan lo,” balas Ralaya tidak terima. Dev sangat jauh dari sosok seperti itu.

Namira menggelengkan kepalanya. “Heem kayaknya kalo kak Dev gak mungkin deh. Meskipun kak Dev orangnya diem-diem bae, tapi dia itu soft banget. Kalo Nami perhatiin juga dia tipe yang clingy, suka nya cuddling mulu sama Aya.”

“Si Aya juga doyan cuddling,” balas Mia yang langsung mendapat pukulan ringan dari Ralaya yang tidak terima atau mungkin dia hanya menyembunyikan wajahnya yang sedikit merona karena malu. “Ralaya is Devandra's baby,” lanjut Mia

Mendengar ucapan Mia, entah kenapa Ralaya malah mendengus geli.

Apakah dia memang terlihat seperti itu?

Tara pun merangkul Ralaya erat. “Lo percaya sama kita, kan?”

Ralaya pun mengangguk tanpa ragu dan berharap mereka semua percaya.

“Kalo lo ada masalah, lo bisa cerita ke kita.”

Ralaya merunduk sambil tersenyum getir. Memang benar, mungkin harusnya dia bisa terbuka. Tapi, dia rasa tentang masalah ini bukanlah hal tepat. Dia merasa ... malu.

Dia pun menatap sahabatnya dan mengulas senyuman. “Oke,”  jawab Ralaya singkat lalu dia pun mencoba mengalihkan pembicaraan ini. “Kantin yuk? Gue laper.”

Jujur saja bagi mereka bertiga seperti ada yang mengganjal. Seperti ada sesuatu yang Ralaya sembunyikan. Mereka bisa melihat dari iris Ralaya yang meredup.

Mencoba untuk bersikap seperti biasanya, mereka bertiga pun mengangguk dan melangkahkan kaki menuju kantin.

Saat ini mereka sedang duduk saling berhadapan dan menikmati makanannya sambil sesekali berbincang dan Mia membuka obrolan tentang ulangan hariannya tadi pagi.

Jahatnya bu Juli yang memberikan ulangan harian dengan empat kode yang berbeda dan apesnya lagi diantara mereka berempat tidak ada yang memiliki kode yang sama.

“Gila sih, pasti gue bakal kena remedial,” keluh Mia sambil mengaduk es teh-nya dengan sedotan.

Ralaya mengangguk. “Soalnya essay semua, coba kalo pilihan ganda. Pasti lebih gampang. Seenggaknya kita bisa ngasal isinya.”

“Kalo pilihan ganda mah enak tinggal buletin jawaban doang, nah ini essay. Gue mesti nunggu ilham dulu.”

“Kenapa nunggu ilham? Ilham kan kelas IPS 2, ya pasti masih belajar juga lah Tara,” jawab Namira polos.

[I] Ralaya ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang