Bab 18

14.1K 729 28
                                    

“Kuy kantin!”

Mereka bertiga sudah berdiri dan siap melangkahkan tungkainya menuju kantin, memberi makan cacing di dalam perutnya yang berisik, minta diberi makan.

Terlebih kelas mereka baru selesai mengerjakan ulangan harian. Kepala mereka rasanya sudah berasap, membutuhkan minuman segar untuk membuatnya lebih baik.

Satu gadis menggelengkan kepalanya. Dia masih duduk dikursi.

“Kenapa sih? Udah lima hari lo gak mau ke kantin, Ay.”

“Gakpapa, emang gak pengen aja,” kata gadis itu santai padahal dia hanya terlalu takut bercampur benci. Enggan bertemu dengan Deri.

“Duh Aya, lagian kelasnya juga gak bakal kabur. Gak usah ditungguin juga,” kata Namira berusaha membujuk sahabatnya ini.

Lagi-lagi gadis itu menggelengkan kepalanya. “Kalian aja. Gue disini.”

“Yaudah kita bertiga gak jadi ke kantin deh,” kata Tara final lalu Namira dan Mia menatapnya dengan kesal. Tara yang mengerti pun hanya mengedipkan sebelah matanya, berusaha mengirim sinyal kalau itu hanya gertakan saja. Tapi sialnya Namira tidak menangkap hal itu.

“Tara gak usah genit deh,” gerutu gadis itu dengan kesal.

Ralaya menghembuskan napas kasar. “Udah sana, keburu bel.”

“Gak lah. Lagian lo juga gak mau ikut.”

Gadis itu menggigit bibir bawahnya. Memang sih selama lima hari ini dia selalu diam di kelas. Sekedar keluar kelas pun kalau dirinya akan pergi ke toilet saja.

Biasanya jika dia memilih diam dikelas saat jam istirahat, selalu ada salah satu diantara mereka yang ikut diam dikelas sementara dua orang lainnya pergi ke kantin sembari membawa pesanan makanan dan minuman.

“Oke gue ikut,” kata Ralaya yang langsung membuat ketiga sahabatnya berdiri dan menyeretnya menuju kantin.

Iris hitam gadis itu menelisik sekitar, takut-takut dia menemukan Deri disekitar sini.

Dia ingin menghindari cowok itu.

“Bisa gak sih kalian gak usah deket-deket? Jalanan masih lebar kali,” gerutu Ralaya pada ketiga sahabatnya.

Lagi pula bagaimana tidak kesal jika tubuh mungilnya dihimpit oleh Namira, Tara dan Mia. Rasanya sesak.

“Enggak bisa. Udah lo diem aja,” balas Mia singkat dan kini mereka sudah duduk berkumpul di meja yang kosong.

Setelah beberapa saat menunggu, mereka pun menikmati pesanan masing-masing.

Iya hanya mereka, Ralaya tidak.

“Lo kagak makan, Ay?” tanya Tara penasaran.

“Kenapa? Gak enak? Mau tukeran sama punya gue?” tanya Mia sambil menyodorkan bakso yang sudah tersisa setengahnya.

“Aya gak suka mie ayam? Mau ganti jadi batagor aja?”

Ralaya menghembuskan napas kasar. “Ya gimana gue mau makan, gue mau nyuap mie ayam aja susah!” protesnya. Dia duduk ditengah, disamping kiri dan kanannya ada Namira dan Tara. “Itu bangku samping Mia kosong, pindah gih salah satu.”

[I] Ralaya ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang