Bab 3

29.8K 1.5K 172
                                    

Bu Aini sibuk menjelaskan pelajaran matematika di depan kelas sambil sesekali menuliskan beberapa angka di papan tulis.

Semua murid disana tampak sekali mendengarkan dengan seksama. Seolah tak mau terlewat sedikitpun penjelasan yang diberikan oleh bu Aini.

Meskipun di tengah hari dan jam-jam genting menuju istirahat makan siang, mereka tetap berusaha mempertahankan semangat dan tetap membuka mata mereka.

Saat semua murid sibuk memperhatikan, Ralaya justru saat ini  sedang meringis kesakitan sambil memegang perutnya.

Sesekali dia memejamkan mata dan merunduk. Rasa sakit dismenorhea memang selalu menyiksanya setiap bulan. Terlebih ini adalah hari pertamanya.

“Psst,” desis Mia pelan agar tidak ketahuan oleh bu Aini. Niatnya dia ingin memanggil Ralaya tapi gadis itu tidak menoleh ke arahnya.

Merasa khawatir, Mia pun menendang kursi yang diduduki Tara hingga membuat gadis itu kaget dan menoleh ke belakang. Menatapnya dengan kesal.

Tara mengernyitkan dahinya sambil menatap Mia. Mia sendiri yang mengerti bahwa itu tatapan bertanya langsung meminta Tara melihat Ralaya yang sedang duduk kesakitan.

“Aya,” bisik Tara.

Ralaya pun langsung mendongak dan menatap Tara dengan tatapan kesakitan. Bibirnya begitu pucat ditambah keringat yang membanjiri keningnya.

“Lo kenapa?”

Ralaya menggeleng lemah sambil tersenyum seadanya.

“Ke UKS, oke?” bisik Tara lagi dan Ralaya hanya memberikan jawaban dengan gelengan kepalanya.

Kedua gadis itu hanya menghembuskan napas kasar. Ralaya adalah tipe orang yang keras kepala.

Melihat tingkah sahabatnya yang aneh, Namira yang duduk di samping Tara pun menoleh dan bertanya sambil berbisik pelan. Setelah tahu maksud Tara dan Mia, dia pun menoleh ke belakang dan menatap Ralaya yang semakin pucat.

“Ayo ke UKS,”bisik Namira tapi lagi-lagi Ralaya hanya menggelengkan kepalanya.

“Muka lo pucet. Lo harus ke UKS,” sambung Mia yang semakin merasa khawatir.

“Gak usah, gue—”

Belum sempat Ralaya melanjutkan ucapannya, Tara sudah lebih dulu menginterupsi bahkan membuat seluruh atensi murid dan bu Aini beralih padanya.

“Kenapa, Tara? Ada yang gak kamu mengerti?” tanya bu Aini begitu melihat Tara mengangkat tangannya.

“Saya ijin nganter Ralaya ke UKS bu, dia lagi sakit.”

Sontak saja Ralaya langsung terkejut begitu melihat teman-temannya menoleh padanya. Bu Aini bahkan sampai menghampiri dirinya.

“Ralaya pucet banget. Cepet bawa ke UKS,” titah bu Aini khawatir.

Meskipun awalnya dia menolak tapi rasanya sakit ini semakin menyiksanya saja. Ralaya menyerah dengan tubuhnya sendiri dan dia pun menerima bantuan pertolongan yang diberikan oleh Mia dan Tara.

Dengan hati-hati dan pelan, keduanya membawa Ralaya menuju ke UKS.

“Lho, Nami mau kemana?” tanya bu Aini.

[I] Ralaya ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang