Bab 40

12.9K 635 43
                                    

Ralaya merasakan tubuhnya terhempas begitu cepat lalu terdengar suara yang cukup keras setelahnya.

Dia merasakan punggungnya yang menghantam danau.

Seketika air menenggelamkannya. Rasa dingin langsung menyerbu tubuh kecil ringkihnya hingga rasa dingin itu kian menusuk sampai ke tulang.

Rasanya sesak begitu air masuk melalui hidung dan mulutnya. Tenggorokannya juga terasa panas.

Panik.

Dia tidak memiliki pasokan oksigen dan dia juga tidak kuat menahan napasnya.

Tangan dan kakinya terus bergerak aktif. Sebisa mungkin dia harus segera naik kembali ke atas. Dia tidak mau mati tenggelam.

Tapi semakin dia bergerak, semakin banyak juga air yang masuk dan memenuhi paru-parunya.

Tangannya terus mencoba menggapai permukaan danau.

Dia merasa air danau mulai berubah kehitaman dan entah kenapa tubuhnya seolah tertarik kebawah.
Iris hitamnya menatap kedalaman danau tapi tidak ada siapa-siapa. Hanya ada Ralaya yang sedang berjuang menyelamatkan dirinya sendiri.

Hal itu semakin membuat dirinya panik tapi sialnya apapun yang dia lakukan sedaritadi nampak percuma.

Ralaya memejamkan matanya, menikmati seluruh rasa putus asa ini. Tangannya berhenti mencoba menggapai permukaan dan kakinya sudah terlalu lelah bergerak.

Ralaya pasrah.

Jatuh dan terus jatuh, seolah sesuatu itu ingin Ralaya tenggelam semakin dalam menuju ke dasar danau.

Dia membiarkan rasa sesak mengurung dirinya. Menyiksa dirinya tanpa ampun, seolah sedang mengolok-olok dirinya.

Ralaya hanya seorang diri. Tak ada yang mau menolongnya.

Dia mencoba membuka mata. Ingin menikmati pemandangan untuk terakhir kalinya. Meskipun yang dia lihat hanyalah air danau yang mulai berubah warna dan sedikit cahaya matahari.

Ralaya tersenyum miris.

Lagi-lagi dirinya merasa kalah oleh dunia. Semesta seolah membenci dirinya dan membiarkan dirinya mati dalam keadaan seperti ini, begitu mengerikan.

Air danau semakin terasa dingin hingga membuatnya mati rasa.

Apakah ini akhirnya?

Tubuhnya semakin lemah tak berdaya. Sebentar lagi dirinya akan sirna ditelan maut.

Matanya yang terbuka perlahan menutup tapi dia mati-matian tetap mempertahankan kesadarannya.

Sekali lagi, tangan kanannya mencoba menggapai seberkas sinar matahari itu.

Sekali lagi, tangan kanannya mencoba menggapai seberkas sinar matahari itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[I] Ralaya ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang