Bab 31

12.5K 648 33
                                    

Tangan kecilnya menyentuh wajah Dev dengan lembut dan hati-hati. Iris hitam selegam malam itu menatap wajah Dev dengan lamat, mengamati setiap jengkal wajah tampan yang kini dihiasi beberapa lebam.

Lebam itu memang tidak terlalu kentara karena mungkin Dev dengan cepat mengobati lukanya dengan baik tapi tetap saja bagi Ralaya, itu pasti sangat sakit.

Bibirnya mengerucut kesal karena mendapati Dev seperti ini. Tebakannya tentang cowok ini yang berkelahi ternyata benar.

Dev juga sejujurnya tidak mau datang dengan keadaan seperti ini, tapi dia juga ingin melihat gadisnya, memastikan keadaannya apakah semakin membaik atau tidak.

Belum lagi saat di sekolah, ada banyak pertanyaan selalu mengarah ke arahnya termasuk dari guru-guru tapi Dev menjawabnya dengan santai kalau dia sehabis berkelahi dengan seorang pencopet.

Keberuntungan sedang ada dipihaknya sehingga para guru langsung percaya dan menyuruh Dev untuk berhati-hati.

Dia pun menurunkan tangan kecil gadisnya dari wajahnya dengan pelan hingga membuat Ralaya kebingungan.

“Masih sakit?”

Nope,” kata cowok itu singkat. “Kamu gimana? Masih ada yang sakit?”

Ralaya mencebik kesal lalu dengan sengaja menekan sedikit lebam di tulang pipi Dev, membuat cowok itu meringis.

Itu cukup membuktikan kalau lebamnya masih sakit tapi Dev selalu menyangkalnya.

“Cuma pusing dikit terus kakinya masih sakit kalo digerakin.”

Dev mengangguk sambil menahan mati-matian senyumnya yang terbit. Dia jadi ingat kalau sudah membuat kaki Deri patah.

“Udah minum obat, kan?”

“Udah,” kata gadis itu lalu menyandarkan kepalanya ke pundak Dev.

Dia meraih tangan Dev, membuat tangan mereka saling bertautan erat.

Matanya kembali menelisik tangan Dev dimana terdapat beberapa tanda kemerahan dan lebam juga di jemari cowok itu.

Dia meringis melihatnya, lebam di wajah Dev yang hanya beberapa itu membuktikan kalau Dev cukup lihai dan kuat dalam berkelahi tapi begitu melihat jemari tangannya, Ralaya jadi ngeri sendiri.

Kira-kira sekencang apa Dev memukul kakak kelasnya itu?

“Separah apa kamu mukulin dia?”

“Gak tau,” kata Dev sambil mengeratkan genggamannya. “Tapi kayaknya cukup buat nahan dia beberapa saat. Dia bakal butuh waktu buat recovery.”

Ya, apapun itu setidaknya bisa membuat gadisnya tidak bertemu dengan Deri.

Itulah tujuannya.

“Jangan berantem lagi,” gumam gadis itu. “Apapun yang terjadi, jangan pernah berantem lagi.”

He deserve it, Bub!”

Tunggu, mungkin seharusnya juga Dev membunuhnya saja sekalian.

Selama Deri masih hidup, rasanya itu akan jadi seperti bayang-bayang yang akan membuat dirinya dan Ralaya jadi tidak tenang.

Ralaya mendongak menatap Dev. Raut wajah cowok itu berubah serius.

I know, tapi coba lihat diri kamu sendiri. Kamu ikutan luka.”

“Cuma dikit,” jawab cowok itu.

Ralaya berdecak kesal. “Tetep aja itu luka,” gerutu gadis itu menanggapi Dev yang keras kepala. “Dan aku gak mau kamu luka,” ucapnya lagi dengan pelan, begitu lirih.

[I] Ralaya ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang