21. What happen?

4.1K 626 69
                                    

"Kenapa harus disini?" Protesku saat Renjun malah membawaku ke rooftop.

"Kenapa? Kamu punya masalah sama tempat ini?" Tanyanya dingin.

Aku berdecih malas, tentu saja aku tidak punya masalah dengan tempatnya. Masalahnya terletak pada orang yang berada di hadapanku sekarang.

"Aku perhatiin kamu deket banget sama dia. Sejak kapan?" Renjun bertanya langsung ke inti tanpa basa-basi. Aku tau yang di maksud dia itu Jisung.

"Apanya yang sejak kapan?" Aku menaikan sebelah alisku.

"Kamu sedekat itu dengan dia, Sejak kapan?"

"Bukan, maksudku sejak kapan kamu peduli?"

Renjun diam, mata coklat gelapnya menatap mataku dalam seolah sedang mencari sosok dirinya sendiri di dalam sana. "Kamu masih marah?" Tanyanya dengan nada suara yang melembut.

"Loh, bukannya kamu yang jauhin aku ya?"

Renjun menghela napas berat, dia mengacak rambutnya kasar "Anna, aku punya alasanku sendiri untuk itu"

"Alasan seperti apa?"

"Alasan yang mungkin akan terdengar konyol dan terlalu egois" Renjun menatapku penuh arti, kedua tangannya memegang pundakku, tapi dengan cepat aku memundurkan badanku agar dia tidak bisa menggapaiku lagi.

"Kamu memang selalu egois, jadi dimana masalahnya?"

"Anna, jangan jadi orang lain" Renjun menghela napas saat aku semakin menjaga jarak "kamu belakangan ini sering gak sekolah, bahkan hari ini kamu bolos olahraga dan berduaan dikelas sama anak baru itu. Kamu ini kenapa?"

"Bukan urusan kamu" aku menjawab datar tanpa emosi.

Renjun melangkah mendekat, sebaliknya aku malah melangkah mundur ke belakang "Jangan kayak anak kecil" katanya menyorotku tajam.

"Aku gak punya urusan lagi sama kamu"

Aku berbalik, dan melangkah pergi. Masa bodoh dengan kekesalan Renjun karena sikapku yang seperti ini. Aku jauh merasa lebih marah dan muak padanya. Dia itu memang selalu egois.

"Jeno?"

Aku melangkah lebih cepat menuruni  anak tangga begitu mendapati Jeno yang baru saja akan menapaki anak tangga pertama menuju rooftop. "Mau ngapain?"

"Mana Renjun?" Tanyanya dengan wajah sedatar tembok.

"Ngapain nyari dia?" Aku mengernyit heran. Sejak kapan Jeno berurusan dengan Renjun? Jeno selalu menunjukan wajah benci setiap bertemu Renjun.

"Tadi aku liat dia nyeret kamu kesini" Jeno celingukan seperti sedang menunggu seseorang turun dari tangga.

"Gak usah dicariin" aku menyeret tangan Jeno dan membawanya menjauh "mending ke kantin"

"Oh iya, ngomong-ngomong soal kantin, Mark sama Jaemin udah nunggu di kantin"

"Mark?" Suaraku terdengar seperti gumaman halus. Rasanya agak aneh mendengar namanya sekarang, ada perasaan asing setiap aku harus mengingat kenyataan bahwa Mark Vampir. Seperti bukan Mark yang aku kenal dulu.

Sampai di kantin aku benar-benar menemukan Mark dan Jaemin sedang duduk berhadapan dengan cola mereka masing-masing. Apa Vampir juga butuh minuman seperti itu? Seingatku aku juga beberapa kali melihat Jisung meminum jus tomat kotakan.

"Kayak udah lama banget dah gue gak liat ni bocah satu" begitu respons Jaemin saat aku dan Jeno sudah duduk di meja yang sama dengan mereka.

"Halah, kerjaan lo aja bolos mulu nyet"

BLOOD [Park Jisung]Where stories live. Discover now