15. Prince Edward Island

4.7K 720 19
                                    

Aku bernafas lega karena Jisung tidak benar-benar menggigitku. Aku tidak bisa membayangkan akan sesakit apa kalau taringnya itu benar-benar merobek kulit leherku. Aku bergidik ngeri, pasti sangat menyakitkan. Leherku terasa nyeri begitu membayangkannya. Jisung itu menyebalkan! Sejak tadi dia terus saja menakut-nakutiku.

"Mau gak?" Tanya-nya sekali lagi padaku.

Aku menghela nafas gusar "iya deh, sekali ini aja" kataku pasrah.

Sudah ku bilang kan kalau Jisung itu menyebalkan? Bayangkan saja, dia memaksa mengajakku pergi sepulang sekolah, katanya dia ingin mengajakku ke suatu tempat. Dan anehnya aku bahkan tidak bisa menolak ajakannya.

Aku sendiri tidak mengerti ada apa dengannya hari ini. Tiba-tiba dia menjadi baik padaku, bahkan dia menawarkan pertemanan. Apa aku bisa percaya begitu saja padanya? Aku tidak akan pernah tau apa isi otaknya. Aku tidak bisa membaca pikirannya seperti dia bisa membaca apa yang ku pikirkan. Jangan-jangan dia berencana mengajakku ke tempat sepi agar bisa memakanku disana tanpa gangguan.

"Huh, benar-benar deh" Kata Jisung tiba-tiba. Dia terlihat lelah, berulang kali dia menekan hidungnya. "percaya deh, aku gak ada niat aneh-aneh. Aku gak akan makan kamu!"

"Janji?" Aku mengacungkan jari kelingkingku padanya.

"Iya janji" ujarnya datar.

"Ih ayo janji dulu!" Aku menggerak-gerakan kelingkingku di depan wajahnya.

Jisung memutar bola matanya lalu mengaitkan jari kelingking kami "Janji"

Aku tersenyum simpul, ku rasa aku bisa mempercayainya hari ini. Aku bergerak lebih dekat padanya, kemudian menempelkan dua jariku ke hidungnya.

Jisung menepis tanganku "ngapain sih?!" Tanya-nya galak.

"Kamu beneran gak bernafas ya?"

Sebuah decakan keluar dari bibirnya. "Aku ini gak butuh bernafas atau apalah itu" Jisung mengusap wajahnya kasar.

"Berhenti menelitiku Anna" ujarnya dengan nada lelah.

"Aku cuma mau mastiin" kataku takut. Jisung mulai menatapku dengan tatapan dinginnya lagi.

"Oke sorry, jangan takut. Lagi pula kamu sudah tau siapa aku, mau memastikan apa lagi?" Tatapan Jisung mulai melembut. Sepertinya dia berusaha bersabar menghadapiku.

"Cuma mau tau seperti apa kamu?" aku menjawab ragu-ragu.

Jisung mengernyit "seperti yang kamu bilang Anna, kita bukan teman. Untuk apa kamu berusaha tau banyak tentangku?"

Aku tertegun, Jisung menyerangku dengan mengembalikan kata-kata itu padaku. "Ah oke, Maaf"

"Udah lah nanti aku jelasin" dengan cuek dia berjalan melewatiku yang masih terbengong di koridor yang sepi. Sekolah sudah mulai sepi, Sekarang sudah jam 4 sore.

"Tunggu di Uks, nanti aku kesana" ujarnya lagi, lalu tiba-tiba menghilang begitu saja.

Sepertinya aku harus benar-benar terbiasa dengan sesuatu yang tidak masuk akal kalau mau berteman dengan seorang Vampire. Seperti melihatnya lenyap tiba-tiba di koridor misalnya, benar-benar sesuatu yang tidak bisa dicerna akal sehat. Entah mataku yang bermasalah, atau memang Jisung menghilang seperti di film-film hantu.

Dengan langkah ragu aku berjalan menuju Uks. Kenapa juga aku harus menuruti perintahnya? Aku bahkan tidak bertanya untuk apa dia menyuruhku ke Uks. Ini semua terasa membingungkan untukku. Sikapnya yang tiba-tiba menghangat secara misterius membuatku seperti tersihir. Entah bagaimana rasa takutku pada Jisung menjadi menghilang begitu saja saat ini.

BLOOD [Park Jisung]Where stories live. Discover now