28. Melebur

3.6K 553 153
                                    

Mumpung aku lagi gabut tapi tetap baik hati /plak/

selamat membaca!








***



Aku lebur dalam perasaanku sendiri, membiarkan tubuhku menyatu dalam dingin malam yang merasuk sampai ke nadi. Segalanya terasa begitu semu, seakan apa yang terjadi hanya bagian dari kepingan mimpi belaka.

Kelopak mata itu perlahan terbuka, menampakan lensa coklat yang sinarnya begitu rapuh dan sayu "Seandainya aku tidak pernah menjadi diriku di hari ini, dan seandainya kamu tidak pernah menjadi kamu dimasa itu"

"Hm?" Aku menatap lekat ke dalam mata coklat milik Jisung, berusaha memahami apa yang sedang dia coba katakan.

"Bukan apa-apa" Jisung tersenyum, jari-jarinya yang dingin menyentuh telapak tanganku.

Kenapa senyummu tidak terlihat tulus?

Kenapa rasanya hanya aku yang larut dalam lautan bahagia —sedangkan sinar matamu sarat akan luka dan rasa sakit.

"Kita pulang?"

Aku hanya mengangguk, membiarkan jari-jarinya yang kurus menyelinap masuk dan mengisi kekosongan jari-jariku. Tautan tangan kami terasa dingin, tapi seluruh tubuhku perlahan menyalurkan hangat yang aneh.

"Tapi siapa Jun? siapa sebenarnya Alice? dan apa tujuan kita datang kesini?" Serentetan pertanyaan itu lolos begitu saja dari bibirku.

"Jun? dia seseorang yang kehilangan sayapnya"

Jawaban sederhana Jisung membuat keningku berkerut bingung "Maksud kamu dia malaikat yang sayapnya rontok gitu?"

Jisung memutar bola matanya, aku melihat itu. "Kok malah ngelawak sih kamu?" Tangan kanannya yang bebas menarik pipiku dengan gemas, rasanya sakit dan juga perih.

"Kok kamu pakai tenaga sih nyubitnya?!"

"Kalau gak pakai tenaga namanya ngebelai dong bukan nyubit" Jisung menjawab asal.

"Tai lo"

Jisung melotot "Kok ngegas sih monyet?!"

Aku cemberut, memandang sebal pada Jisung "Jadi aku mirip monyet?"

Sadar sudah salah bicara, Jisung meringis "Enggak gitu—"

"Bodo amat." Aku memalingkan wajah kesamping, mempererat genggamanku di tangan Jisung "Sekarang bawa aku pulang. Sampai depan rumah"

"Soal Jun, kamu gak penasaran lagi?"

Aku menggigit bibir bawahku, merasa kesal karena sejujurnya aku penasaran sekali tentang siapa Jun dan tentang banyak hal lainnya lagi. Aku memilih membisu tanpa menjawab pertanyaan dari Jisung.

Kebisuanku mungkin di artikan sebagai jawaban tidak oleh Jisung —karena setelahnya angin berhembus kencang dari semua arah, dunia terasa berputar-putar tanpa henti, sampai sebuah cahaya terang menyorot masuk hingga menembus kelopak mataku yang tertutup.

Aku merasakan kakiku menapak pada dataran keras dan dingin — aspal tepatnya. Aspal yang masih basah karena sisa-sisa hujan beberapa menit lalu. Udara dingin masih sangat terasa, begitu membekukan dan menyerap cepat ke dalam kulit.

"Sini" Jisung menarik lembut lenganku, membuatku berdiri tepat menghadap tubuhnya "Kalau dingin bilang, aku gak keberatan kok peluk kamu biar anget"

Tolong tidak usah anggap serius perkataan Jisung —karena daripada benar-benar memelukku, cowok itu memilih melepaskan jaket jeansnya dan menyampirkannya asal di pundakku.

BLOOD [Park Jisung]Kde žijí příběhy. Začni objevovat