10. Pelindung

5.6K 858 103
                                    

Sabtu ini seperti biasanya, aku sedang duduk di pinggir lapangan untuk melihat jeno latihan basket bersama kak Jeffrey. Kakak kelas, sekaligus ketua tim basket sekolah kami.

Semuanya berjalan seperti biasanya, semuanya normal. Tapi rasanya ada yang aneh, aku sulit untuk menjelaskannya. Seperti ada ruang kosong di dadaku, rasanya hampa. Aku bingung, sebenarnya perasaan seperti apa ini?

"Anna?"

Aku mendongakan kepalaku, ku dapati jeno tengah tersenyum dan berlari kecil ke arahku. "Mana airnya?" Tanya-nya saat sudah berada tepat di hadapanku.

"Air ya? Hmm" aku membuka telapak tanganku, dan menatapnya dengan tatapan kosong.

"Hei!" Jeno menepuk pelan bahuku, aku menoleh padanya. "Kamu kenapa?" Tanya jeno terlihat heran. Aku menggeleng

"Gak apa-apa. Aku lupa beli airnya"

Ku lihat jeno mengerutkan dahinya, dia duduk di sebelahku. "Beneran gak apa-apa?" Tanya-nya memastikan.

Aku mengangguk "iya"

jeno berdecak "tapi kamu kayak lagi banyak pikiran gitu, gak fokus" ujarnya.

"Gak kok" Aku tersenyum tipis.

"Kamu dari tadi aku liatin bengong, terus pas di tanya gak fokus. Mikirin apa sih?"

Aku menggeleng "gak ada"

Sekali lagi decakan kecil keluar dari bibir jeno. "Yang anehnya lagi kamu kesini lupa bawain aku minum, bener-bener gak kayak biasanya."

Yah, kurasa jeno benar, entah apa yang terjadi padaku, yang jelas itu aneh. Aku tidak pernah lupa membawa air mineral untuk jeno sebelumnya.

"Aku beliin dulu ya?" Jeno tidak menjawab, dia hanya menatap mata ku, tatapannya sangat aneh.

"Gak usah, aku gak haus" kata jeno datar. Setelahnya aku dan jeno sama-sama diam. Kami tidak saling bicara lagi, tidak biasanya jeno begitu, biasanya dia yang selalu banyak bicara.

"Jen, aku ke kelas ya?" Jeno menatap ku sebentar.

"Iya" katanya singkat. Mungkin jeno sedang malas bicara, jadi aku ke kelas saja.

"Pulangnya aku tunggu di kelas" kataku lagi, jeno hanya mengangguk singkat.

Aku meninggalkan jeno yang masih duduk sendirian di pinggir lapangan. Sesekali aku menoleh padanya, tapi dia tampak tenggelam dalam pikirannya sendiri. Aku menghembuskan nafas perlahan "sebenarnya aku atau jeno yang sedang bersikap aneh? Kelihatannya malah dia yang lagi banyak masalah"

Dengan malas aku memasuki kelas, hanya ada beberapa orang yang duduk di bangkunya. Termasuk alice, dia sedang sibuk memainkan ponselnya. Tanpa menyapa alice aku langsung duduk di sebelahnya. menidurkan kepala ku di atas meja.

"Kok lesu gitu sih?" Tanya alice memandangku.

"Gak apa-apa" jawabku tanpa minat. Aku masih dalam posisi tidurku saat pak suho masuk ke dalam kelas.

"Anna Celandine?"

Aku mendongakan kepalaku "iya pak?"

Pak suho berdiri di hadapanku dengan buku tebalnya. "Kenapa kamu? Sakit?" Tanya pak suho. Aku mengangguk lemah.

"pusing pak" jawabku. tentu saja itu bohong, kalau aku bilang 'tidak' pasti pak suho akan menceramahiku panjang lebar tentang kesopanan, disiplin, rasa hormat kepada guru, dan lainnya.

"Ya sudah kamu ke Uks aja" kata pak suho. Aku mengangguk mengiyakan, sebelum aku benar-benar keluar kelas pak suho memanggil namaku lagi. "anna?"

"Iya pak?"

Pak suho mengeluarkan dompet dari saku celananya "kalau parah mending ke rumah sakit aja, biar bapak yang bayar ongkos taxi sama biaya rumah sakitnya. Bapak banyak uang kok" ujarnya dengan raut wajah serius.

Aku tersenyum tipis "gak perlu sampai ke RS kok pak, makasih" aku sedikit menundukan kepalaku pada pak suho, lalu keluar dari kelas.

Aku benar-benar pergi ke Uks seperti yang di perintahkan oleh pak suho. Terimakasih untuk bapak Suho yang baik hati dan berbudi luhur karena susah memberikan waktu tidur siang untuk saya.

Tapi tunggu-- ada orang lain disini, aku tidak sendiri. Ada seseorang yang duduk di kursi yang berada di pojok ruangan.

"Anna?"

Guanlin? Ternyata orang itu guanlin. Dia berdiri dari duduknya dan mendekat kearahku. Dia tau namaku? Apa aku seterkenal itu?

"Hai" sapanya saat sudah berada di hadapanku. Dia tersenyum padaku, entah bagaimana senyum itu terlihat menyeramkan.

"Ah iya, ha-hai" sapaku canggung.

Guanlin tersenyum miring, sorot matanya yang tajam sedang menelusuri setiap bagian tubuhku. "Apa kamu kesini sengaja untuk menggodaku anna?"

Aku mundur selangkah. Menggodanya? Maksud dia apa? "Maksud mu?" Tanyaku gugup. Guanlin maju dua langkah untuk lebih dekat denganku. Sekarang kami benar-benar dekat.

"Kamu datang kesini tanpa penjagamu itu. apa kamu sengaja ingin di terkam olehku?"

Sebenarnya apa yang dia bicarkan? Aku benar-benar tidak mengerti! Penjaga apa? Dan di terkam olehnya? Oh astaga, Tuhan tolong selamatkan aku dari orang ini! Aku terus mundur kebelakang berusaha menjaga jarak dengan guanlin, tapi seperti hembusan angin guanlin sudah ada di belakangku. Dia memelukku dari belakang. Bagaimana dia bisa melakukan itu?!

"Hei santai saja, aku akan melakukannya dengan hati-hati" Ujar guanlin tepat di telingaku. Seketika tubuhku bergetar hebat. Melakukan apa? Aku memberontak berusaha melepaskan diri dari pelukannya.

"Lepasin aku!"

Dengan kurang ajarnya guanlin mengeratkan pelukannya. "Diam Atau aku akan melakukannya dengan kasar!"

Siapapun aku mohon tolong aku! Aku meronta-ronta saat merasakan bibir guanlin menyentuh kulit leherku "Kamu mau apa?! Lepas!"

Guanlin tersenyum di leherku. "Baiklah kalau itu mau mu, aku akan melakukannya dengan kasar" ujarnya dengan suara amat menyeramkan.

Aku mulai terisak saat guanlin semakin mencengkram tubuhku lebih kuat "hiks lepa--" "Braakkh"

Melalui pengelihatanku yang mulai buram oleh air mata aku melihat seseorang dengan cepat menarikku, kemudian mendekapku dengan erat.

"Jangan berani menyentuhnya, dia milikku."

"Wow banyak sekali ya pelindungmu anna" ku dengar guanlin berkata begitu. Aku tidak bisa melihat apapun karena seseorang membuatku tenggelam dalam pelukannya.

Setelah itu yang aku dengar adalah suara langkah kaki memasuki ruangan ini. Orang itu berlari, langkahnya bergema. Siapa lagi dia? Sebenarnya mereka ini apa?!

"Anna?"

"Mark?!" Mendengar suara yang sangat ku kenali aku langsung mendorong tubuh jisung untuk melepaskan pelukannya. Dia benar mark lee! Aku berlari menghampiri mark dengan tangis yang tak kunjung berhenti.

"Mark.." kataku lirih. Mark menatap mataku dengan sorot mata tajamnya. Ini gila! Apa baru saja aku benar-benar melihat bola mata hitam mark berubah warna menjadi merah?!

"Wah pelindung aslimu sudah datang anna"

Tbc.

BLOOD [Park Jisung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang