20. History

4.4K 694 145
                                    

PERINGATAN!!

- SERIUS INI TUH PANJANG BGT!

DIHARAPKAN KEPADA SELURUH PEMBACA UNTUK TIDAK KEJANG-KEJANG, ATAU YANG PALING PARAH MUNTAH SESUDAH MEMBACA BAGIAN INI. TERIMAKASIH!

- C e ĺ

🍁

"Takut hm?"

Tepat setelah Jisung menjauhkan badannya, aku bisa merasakan sesuatu di dalam sana mencelos hingga keperut. Aku memegangi dadaku, merasakan detak jantungku yang berdetak sangat cepat. Detak jantungku terdengar gila.

"Padahal cuma nempel tapi kamu udah ketakutan. Apa kabar yang hari itu aku sedot? Pantes aja sampai lemes terus pingsan" Jisung menatapku, kemudian dia terkekeh geli. "Masih napas kan kamu?"

Aku menepis kasar tangannya yang terulur mendekat kehidungku. Aku menatapnya geram, bisa-bisanya dia tertawa setelah membuatku ketakutan setengah mati.

"Ish, mesum!" Dengan ganas aku memukul punggung Jisung berulang kali, tapi dia sama sekali tidak protes ataupun berusaha menghentikanku. Dia hanya terkekeh geli setiap aku melayangkan pukulan padanya, seperti orang yang sedang digelitiki bukannya dipukul.

"Udah-" Jisung menahan tanganku, "aku capek ketawa" ucapnya, kemudian menyeka sudut-sudut matanya yang mulai berair.

Jujur aku cukup terkejut dengan perubahan sikap Jisung. beberapa menit lalu dia bersikap dingin dan seakan ingin memakanku saat itu juga. Tapi sekarang? Dia kembali menjadi orang yang beberapa hari lalu memintaku mendajadi temannya. Kembali menjadi Jisung yang menyebalkan dan hangat disaat bersamaan. Seakan dia punya dua keperibadian yang bisa berubah-ubah hanya dengan hitungan menit.

"Kamu mau aku jelasin apa lagi?" Raut wajah Jisung berubah serius lagi, matanya menatapku lekat. "Mumpung moodku lagi bagus, dan aku gak lagi haus" Lanjutnya.

"Kalau moodku jelek terus haus, kelar kamu" katanya membuat aku mengernyit penuh heran akan tatapan horornya yang tiba-tiba menyerangku.

"Dasar Vampir" dengusku.

"Dasar Manusia" Jisung membalas datar.

"Dasar menyeramkan" balasku tidak mau kalah.

"Dasar imut"

Bibirku langsung terkatup rapat, rasa panas tiba-tiba menjalari pipiku, membuat Jisung mulai tertawa lagi "kicep kan kamu!" Katanya dengan tawa kemenangan.

Aku mendengus, membiarkan tawa menyebalkannya itu mengisi keheningan kelas yang hanya diisi kami berdua. Sampai dia mulai berbicara lagi saat tawanya mereda "Mau aku ceritakan sebuah kisah?"

Tanpa sadar dahiku mengerut dalam "Kisah apa? Aku gak suka dongeng"

"Bukan dongeng," Jisung menatap mataku intens "Kisah yang pasti mau kamu dengar"

"O-oke, awas aja kalau gak menarik" kataku memperingatkan kemudian mendudukan diri dikursi, sementara Jisung tetap duduk diatas meja. Kami duduk saling berhadapan.

"Ini kisah tentang aku dan Mark. Tentang hidup panjang kami" ujarnya setelah melihat aku yang sudah siap untuk mendengarkan.

"Seberapa jauh kamu kenal Mark?" Tanyaku mulai penasaran.

Ada senyum penuh arti ketika Jisung mendengar pertanyaan itu. "Bisa dibilang hidupku ini dari dia"

Jisung mulai memainkan jemari lentiknya, matanya menerawang jauh keluar jendela yang terbuka. "Tepatnya aku sudah mati beratus-ratus tahun yang lalu, tapi Mark, dia memberikanku kehidupan kedua. Bukan sebagai manusia lagi, tapi sebagai seorang vampir sepertinya."

BLOOD [Park Jisung]Where stories live. Discover now