36. Anna Celandine

1.2K 200 42
                                    

Seharusnya aku sadar, Jisung tidak tertarik padaku karena aku Anna Celandine, melainkan karena dia menganggap aku adalah Victoria yang hidup kembali.

Begitu Victoria benar-benar kembali, aku bukan siapa-siapa lagi.

Aku memandang nanar pada pergelangan tanganku yang terikat oleh gelang perak pemberian Jisung. Katanya gelang itu akan membawaku padanya, tapi ketika aku menginginkannya sekarang, aku tau dia tidak akan pernah datang.

Seharusnya aku bersyukur semua ini sudah berakhir. Harusnya aku merasa lega dan kembali pada kehidupan normalku yang dulu sebelum dia datang, tapi kenapa aku malah seperti orang gila yang memenginginkan dia berada di sampingku?

"Anna?"

Aku menoleh kesamping ke arah pintu kamar, ibuku berdiri disana dengan raut wajah tidak senang. "Apa kamu sering bolos sekolah akhir-akhir ini?"

"Ma-"

"Mama gak tau harus gimana lagi ngadepin kelakuan kamu."

"Maaf"

"Maaf?" Aku melihat begitu banyak kekecewaan di dalam matanya, dan itu semua karena aku? Sejak Papa meninggal, semuanya memang menjadi tidak sama lagi. Aku hanya bisa mengecewakan, aku ini seperti sampah yang tidak berguna. "Mama mau tau, kamu pergi kemana sampai bolos sekolah?!"

"Aku-" entah darimana datangnya rasa gugup ini, aku sampai menelan ludah karena takut kemarahan Mama akan semakin menjadi. "Aku pergi sama temen."

"Temen siapa?" Suaranya berubah dingin, dan itu membuatku semakin merasa bersalah.

"Anna, kamu gak kasihan ya sama Mama?" Matanya mulai berkaca-kaca, tangan kurusnya menggapai lenganku dan mencengkramnya kuat. "Kamu liat kan gimana Mama kerja dari pagi sampai malem cuma untuk mencukupi kebutuhan kamu. Biar kamu bisa sekolah di sekolah yang kamu mau, biar kamu gak kekurangan apapun."

"Kamu gak pernah nanya Mama capek atau gak, kamu gak mau tau walaupun Mama seharian gak pulang——" Ketika suara tangisan Ibuku mulai pecah, disitu aku sepenuhnya sadar kalau aku benar-benar seorang anak yang buruk. "Mama gak pernah minta apapun dari kamu benar?"

"I—iya Ma, gak pernah"

"Mama boleh minta sesuatu?" Mama menyeka kasar sudut-sudut matanya, kemudian tatapannya terpusat sepenuhnya padaku. "Jangan sampai kamu bikin Mama merasa gagal jadi orang tua tunggal buat kamu." Begitu saja dan Mama melangkah pergi meninggalkanku bersama keheningan yang menyesakan.

Seharusnya aku sibuk membahagiakan Mama, menghargai semua kerja kerasnya selama ini, dan sekolah dengan benar. Tapi aku malah terlalu sibuk berkhayal dan bermimpi hidup di dalam dongeng.

Apalagi yang aku inginkan?

Aku seharusnya berhenti sekarang. Jisung itu tidak ada, anggap saja dia hanya sebuah mimpi yang sempat singgah ketika aku tidur. Sekarang aku sudah bangun, dan mimpi hanya akan menjadi mimpi yang tenggelam bersama lewatnya malam.

"Aku udah bangun dari mimpi itu, dan aku gak menginginkan mimpi itu datang lagi."

✨✨✨

"Dia mencintai manusia itu."Victoria memejamkan matanya, membiarkan hembusan kencang dari angin menyapu wajahnya, menerbangkan helai-helai rambutnya yang seputih salju.

"Maksud kamu Anna?" Mark Lee, laki-laki itu menatap lekat pada adik perempuannya. Berusaha menerka apa yang sedang menghantui pikiran gadis itu.

"Iya, tanyakan saja pada Jisung." Victoria tersenyum kala membuka matanya, dia menatap lurus pada sosok Jisung yang sejak tadi berdiri berdampingan bersamanya menghadap keluar jendela. "Dia tidak akan bisa mengelak."

BLOOD [Park Jisung]Where stories live. Discover now