2.Dare.

7.5K 1K 58
                                    

Pelajaran terakhir baru saja berakhir, Sekarang hanya menunggu bel pulang saja.

"Darenya apa sih? Kenapa pake nunggu bel pulang?" Tanyaku heran, pasalnya alice bilang hanya akan memberitahukan darenya saat bel pulang berbunyi.

"Oke oke, aku kasi tau sekarang" Alice menyunggingkan senyumnya, dia pasti akan menyuruhku yang tidak-tidak.

"Apa?" Tanyaku datar.

"Pulang nanti kamu samperin cowok pindahan dari Korea itu, minta dia nganterin kamu pulang. gimana pun caranya" bisik Alice tersenyum jahil padaku.

"Hah?! Nganter pulang?" Aku kaget, benar-benar kaget dengan dare dari si gila ini.

"Iya" Alice hanya mengangguk mantap.

"GILA!?" umpatku penuh rasa frustasi. Anak kelas yang lain langsung menoleh padaku, dan memberikan tatapan aneh.

"Kamu gila ya!?" Umpatku setengah berbisik pada Alice.

Alice tersenyum lalu menepuk-nepuk bahuku pelan, dan berkata "Itu gak sulit kok"

"Ish, pasti ku balas nanti"

Alice hanya tertawa kecil melihatku yang sedang kesal karena dare darinya itu. Bukan hanya KESAL tapi aku hampir GILA karena memikirkan akan melakukan hal memalukan semacam itu.

Bel pulang akhirnya berbunyi. Aku sudah memakai jaket dan juga ranselku, tapi aku merasa enggan untuk meninggalkan kursi. Aku menggigiti kuku jariku karena gugup, pikiranku melayang-layang entah kemana.

"Cepet samperin!" Alice setengah berteriak, membuatku tersentak dan seketika tersadar dari lamunanku. Dia menyunggingkan senyum jahilnya.

Aku menatap Alice sinis, sebelum akhirnya benar-benar menghampiri cowok pindahan itu ke mejanya.

"Ekhem," aku berdehem di samping cowok bernama Jisung itu, sementara dia menaikan sebelah alisnya menatapku bingung.

"Ha-hai?" Sapaku kaku.

Cowok bernama Jisung itu memang benar-benar satu spesies dengan Sehun. Dia bahkan tidak membalas sapaanku. Hanya menunduk sebentar lalu pergi meninggalkanku begitu saja.

"Hei, tunggu!" aku setengah berteriak pada Jisung, tapi dia tidak menghiraukanku dan tetap berjalan keluar kelas tanpa menoleh kearahku.

Dia gak ngerti bahasa indonesia atau apa sih?!

Atau aku ngomong sama dia pake bahasa inggris ya biar dia ngerti? Terus kalau gak ngerti bahasa indonesia ngapain dia sekolah disini sih?

Aku malah sibuk dengan pikiranku sendiri, sampai suara teriakan Alice lagi-lagi membuatku melonjak kaget.

"Kejar cepet! Tunggu apa lagi!" Suara Alice berteriak padaku. Dia masih mengawasiku dari bangkunya.

Sialan. Aku menatap tajam kearah Alice dan berlari kecil meninggalkan kelas. saat melewati Alice tadi aku sempat mengacungkan jari tengah padanya.

Aku benar-benar berlari agar bisa menyusul cowok bernama Park Jisung itu. Tapi dia menghilang, aku kehilangan jejaknya.

"Huh," aku berdiri di depan gerbang sekolah dengan napas yang mulai terengah-engah. Aku menolehkan kepalaku ke kanan dan ke kiri, berusaha menemukan sosok Jisung. Tapi Jisung benar-benar tidak ada dimana pun.

Secepat itukah dia menghilang? Padahal aku mengejarnya dengan berlari. Apa dia semacam makhluk halus yang bisa menghilang?

"Waaa!!" aku kaget saat tiba-tiba saja aku merasakan ada tangan yang menyentuh pundakku.

Aku segera membalikkan badanku untuk melihat siapa pemilik tangan itu. "E-eh," aku terkejut saat melihat si anak Sehun sudah berdiri di belakangku dengan ekspresi datarnya.

"Mencari ku?" Tanya-nya dingin.

TUH KAN DIA BISA BAHASA INDO!!

"Heh i-iya, an-nu" aku benar-benar merasa gugup untuk menyampaikan maksudku.

"Kenapa?" Tanyanya masih dengan wajah tanpa ekspresi.

"Umm i-itu, bisa gak kamu anterin aku pulang?" Tanyaku takut-takut.

"Hah?" Dia mengernyitkan dahinya, tampak tidak percaya dengan apa yang dia dengar.

"Kenapa harus aku?" Tanyanya dingin.

"Hmm, yah bukan apa-apa, Tapi sekali aja yaa? .. please.." Bujukku dengan wajah mulai memelas.

Astaga aku ini benar-benar tidak tau malu.

"Hei, modusmu berlebihan" ujarnya sembari menatapku dingin.

Modus? Oh astaga tunggu pembalasanku ALICE!!

"Aku kena dare dari temanku.. jadi sekali saja ya??" Kataku penuh harap. Urat maluku benar-benar sudah putus.

"Dare?" Ulangnya dingin.

Aku hanya mengangguk lemah, berharap dia akan mengiyakan permintaanku.

"Tapi sorry aku naik bus, tidak bisa mengantarmu pulang" ucapnya datar, langsung pergi begitu saja kearah halte.

"Arrghhh haruskah??"
"Masa bodoh! Sudah kepalang malu"

Tanpa berpikir panjang aku langsung berlari kecil menyusul Jisung yang sudah berdiri menunggu bus di halte.

"Apa lagi sekarang?" Wajah Jisung tampak sangat kesal mendapati aku yang berdiri disampingnya.

Aku hanya tersenyum kecut "aku juga mau naik bus" ucapku gugup.

Dia menghela napas kasar, sebelum akhirnya masuk ke dalam bus dan diikuti oleh aku yang menyusul di belakangnya.

Di dalam bus sangat penuh, tidak ada tempat duduk lagi yang tersisa. Terpaksa aku harus rela berdiri dan berhimpit-himpitan dengan beberapa orang yang juga berdiri sama sepertiku. Sementara itu Jisung berdiri tepat di belakangku. Entah perasaanku atau apa tapi aku merasa seseorang mengendus-endusku dari belakang, sepontan aku langsung membalikan badanku.

Astaga apa yang dia lakukan sekarang?? Kenapa dia mendekatkan wajahnya kearahku?? Gila! Apa dia mau menciumku?!

Aku gugup dan tanganku mulai meremas ujung jaketku, sementara Jisung malah semakin mendekatkan wajahnya padaku.

Sekarang dia bahkan memejamkan matanya?? Gila! Benar-benar gila!?

Seluruh badanku terasa kaku. Kaki ku rasanya sulit untuk bergerak, bahkan untuk sekedar berjalan mundur saja rasanya susah. Sementara itu, Jisung memiringkan wajahnya dan semakin mendekatkan wajahnya padaku.

"Hei kamu mau ngapain?!" Aku mendorong wajah Jisung menjauh dariku. Tidak sopan memang karena aku memilih mendorong wajahnya dan bukan dadanya untuk memberi jarak, Tapi aku takut karena dia seperti akan menciumku.

"E-eh sorry" Jisung seperti salah tingkah, dia menunduk dan menggaruk belakang kepalanya.

Aku hanya menatapnya takut, sebenarnya apa yang mau dia lakukan tadi? Kenapa aku merasa...













Dia lebih seperti ingin menggigit leherku, bukannya menciumku..

Tbc.

BLOOD [Park Jisung]Where stories live. Discover now