16. Percaya padanya.

4.7K 713 89
                                    


"Ja..jadi?"

"Ayo berteman mulai hari ini" Jisung bangkit dari posisi tidurnya. mata tajamnya menatapku serius.

Hening. Udara dingin terasa semakin menusuk. aku tidak berpaling dari tatapannya tapi juga tidak menjawab pertanyaannya. Aku bingung harus menjawab apa, aku bingung harus bereaksi seperti apa. Aku takut akan memulai sesuatu yang salah, aku takut melibatkan diri terlalu jauh pada sesuatu yang tidak seharusnya.

"Apa aku bisa mempercayaimu?"

"Kamu bisa percaya padaku Anna" Seutas senyum terukir di bibirnya. "Ayo berteman. Ayo saling mempercayai satu sama lain"

"Tapi kenapa?" Tanyaku.

Jisung mengernyit "apanya?"

"Tiba-tiba mau berteman denganku."

"Karena aku ingin?"

"Aku ingin mengulang segalanya seperti dulu, tapi endingnya akan berbeda kali ini" Jisung seperti berbisik pada dirinya sendiri. Dia tersenyum simpul.

"Ending apa?" Tanyaku. Aku tidak mendengar dengan jelas apa yang dia katakan. Aku hanya mendengarnya mengucapkan kata Ending di akhir kalimat.

"Ending yang seharusnya" Jisung tersenyum misterius.

"Aku gak ngerti"

"Aku juga, kamu ngomong apa?" Jisung menggaruk hidungnya seperti orang kebingungan.

Dia ini sebenarnya kenapa sih? Tidak jelas! Aneh!

"Berhenti mengataiku Anna, Aku dengar" Jisung mulai memperlihatkan wajah datarnya lagi padaku.

Aku mendengus. "Gak bisa ya kamu pura-pura gak dengar?"

"Aku punya telinga" Jisung menunjuk kedua telinganya.

Aku jadi tersulut emosi dibuatnya."Terserah!"

Memang cuma dia yang punya telinga? Aku juga punya! Tapi aku tidak sepertinya yang bisa mendengar suara yang sebenarnya adalah isi pikiran dari orang lain. Sayangnya telingaku tidak sehebat punya-nya!

Jisung berdecak "Ini kenapa aku menyebutmu gadis Aneh."

Jisung melirikku malas-malasan "hanya masalah telinga saja kamu besar-besarkan?" Dia berkata seolah sudah sangat lelah denganku.

"Itu karena telingamu yang aneh, dasar telinga tidak sopan" desisku kesal.

"Hei! memang apa salah telingaku?!"

"Telingamu itu selalu mendengar yang tidak seharusnya di dengar. Gak sopan!"

Rasanya baru beberapa detik yang lalu kami memulai percakapan yang serius, tapi sekarang sudah berubah menjadi perdebatan sengit lagi. Apa bisa aku dan dia menjadi teman? Akan seperti apa?

"Oke telingaku yang salah, dia emang gak sopan. Maaf" Jisung dengan wajah datarnya berdiri dan membungkuk minta maaf di hadapanku.

Aku tersenyum melihatnya. Caranya menyudahi perdebatan sangat manis "iya."

Sebelah alis Jisung terangkat "Iya aja?"

Aku mengangguk singkat. "Ayo berteman. Ayo saling mempercayai satu sama lain"

Jisung tampak terkejut mendengar perkataanku, tapi dengan cepat dia mengontrol ekspresinya menjadi biasa kembali.

"Berarti mulai sekarang kita teman" Jisung berjongkok, dia merogoh saku celana sekolahnya dan mengeluarkan sebuah mainan kunci berbentuk Hourglass.

"Untukmu" Jisung membuka telapak tanganku dan memberikan gantungan itu untukku. "Hadiah pertemanan dariku" dia tersenyum manis.

Sepertinya ini adalah pertama kalinya dia tersenyum tulus padaku. "Makasih" kataku.

BLOOD [Park Jisung]Where stories live. Discover now