Chapter 1-G

12 2 0
                                    

Everything grows with different water.
Some is love, some other is hatred.

><><><><><>><><><><><><><><><><>

Telepon berdering

“Malam.” Sebuah nada yang selalu sama di telingaku, Mala.

“Malam, mal.” Jawabku

“Lagi ngapain ?” tanyanya.

“Lagi rebahan di kasur. Kalo kamu ?”

“Lagi di kamar, habis baca buku. Udah baikan ?”

“Lumayan, gak parah kok. Ibuku kaget tadi, aku alasan aja habis keserempet motor. Haha...”

Mala terdiam .....

“Mal, halo.....”

“Ah iya, apa ?”

“Ada apa ?” tanyaku.

“Enggak kok.”

“Oke gantian kamu yang cerita.” Kataku

“Cerita apa ?” tanyanya

“Semua tentang Rio.” Walau dia kakak kelas, tak sudi aku memanggil dia Kak Rio.

“ehhmmmmm.....” Mala agak ragu untuk bilang.

“oke deh.” Lanjutnya

Aku mulai mendengarkan dengan seksama

“Ayah kak rio dan ibuku adalah teman lama, jadi kami sering ketemu dari kecil karena ibu selalu mengajak ku saat kerumah kak rio. Kak Rio udah kaya kakak bagiku. Aku ingat saat aku kecil, Kak rio nyelametin aku pas aku mau tertabrak motor waktu ngikutin kucing.”

“Kami dulu beda SD dan akhirnya aku masuk SMP yang sama dengan Kak Rio karena itu keinginan ibu. Jadi disinilah aku sekarang.” Lanjutnya.

“........” aku masih terdiam.

“Fan....”

“Iya mal, kenapa ?”

“Maafin kak rio ya, soal tadi.”

“Kenapa kamu yang minta maaf ? dia yang harus minta maaf.”

“Fan, aku mohon.”

“Mal, satu hal saja, ini gak ada hubungan nya ma kamu. Sikap dia kurang ajar, mungkin gak ke aku saja mungkin ke anak yang lain juga sama. Dan dia terlalu posesif padamu, dia yang bikin kamu gak punya banyak temen.”

“Dia cuma gak ingin aku berteman dengan orang yang salah.”

“Kamu tahu apa yang terbaik buatmu sendiri.” Aku masih membantah semua yang ia katakan.

“FANNNN....” Ia berteriak dengan nada menahan tangis dalam telepon.

“udah fan...... u...dah....” dia terbata bata dan sesenggukan.

Kami terdiam cukup lama, aku yang mendengarnya menangis akhirnya buka mulut.

“Untuk yang tadi mau kuselesaikan besok, di pertandingan. Dan aku harap kamu gak ikut campur, antara aku dan rio.” jelasku

“Fan tungg.....u.....” Aku menutup telpon sebelum Mala menyelesaikan kalimatnya.

Kamu gak bisa gini terus mal, besok bakal terakhir kali aku membuatmu menangis. Batinku

The Man Who Can't Be MovedWhere stories live. Discover now