Chapter 2-Love, isn't it ?

7 1 0
                                    

Sebagai dari bagian Dewan penggalang pramuka, Aku diminta ikut upacara malam di hari pahlawan sebagai perwakilan SMP ku oleh Pak Fajri, seorang guru yg menjabat kesiswaan juga. Untuk SMP ku ada sekitar 15 perwakilan termasuk aku.

"Fan, lu ada luang nanti malem ?" Kata Erzo.

"Ada sih, tapi gue harus nyiapin buat Upacara Hari Pahlawan." Jawabku sambil menyedot es teh.

"Yah, padahal mau ngajak ke warnet." Respon Erzo kecewa.

"Eh kalo ada cewek kek gini, kasih tahu ya." Lanjutnya dengan mengacungkan jempol.

"Cewek mulu, masih SMP kita nih. Mending lu nyiapin diri buat kelas 3 ntar, biar bisa lulus." Balasku.

"Iye lah, kan gue gak punya charm kayak lo Fan. Walaupun gue ganteng."

"Iya, gue jelek. Iyaaa." Jawabku dengan nada ngejek.

"Bercanda bro." Jawab Erzo menepuk punda sambil senyum.

Waktu pun berjalan dari obrolan di kantin, dan sekarang aku sudah menggunakan seragam putih biru didalam sebuah bis menuju makam pahlawan.

Sebuah SMS tiba-tiba masuk

Mala
---------------

Kamu ikut upacara ?

Iya, kenapa emang ?

Yah, tahu gitu kemaren pas dipilih Pak Fajri aku mau.

Hahaha, kurang briefing nih kita.

Ya udah deh, nyesel :(

Hahaha, kek apa aja. :D

Biarin :P

---------------

"Semuanya setelah turun nanti, kita ngumpul depan bis dan absen dulu. Lalu kita ke lokasi jalan bareng ya, jangan aneh-aneh." Kata pak Fajri.

Semuapun menyahut dan suasana makin rame. Mendengar itu HP ku mulai ku masukkan saku bawah. Aku lalu menikmati pemandangan lewat kaca bis, karna posisiku dekat kaca.

Sesampainya di parkiran bis, semua anak turun satu persatu. Pak Fajri mulai mengabsen dan mengomando satu satu untuk berjalan menuju lokasi bersama Bu Aminah.

"Fan, lihat tuh." Kata Catur, salah satu anak Osis.

Aku pun melihat ke arah yang dimaksud Catur, seorang cewek dari SMP lain yang berparas chinese baru turun dari bis sebelah dengan senyum manis dan rambut terurai bak model shampo yang ada di iklan TV.

"Lu sama aja kayak Jojo, cewek mulu." Jawabku menampik topi dia.

"FAN...." Kata pak Fajri yang meninggi dari belakang mengagetkanku

"Ah iya pak ?" Jawabku sedikit tergagap.

"Mana topi mu ? Jangan bilang kamu kelupaan bawa." Lanjut Pak Fajri.

Aku sedikit melongo dan meraba bagian kepala. Lah iya, aku gak makai topi.

"Ambil cepet, Catur kamu temenin dia." Suruh pak Fajri.

"Gak usah pak, saya hafal jalurnya. Saya ambil sendiri."

Pak Fajri pun mengecek kertas rundown acara.

"Oke, 5 menit ya fan. Mulai dari sekarang." Jelasnya.

"Siap pak." Jawabku sambil lari.

Yang aku tak sadari jarak lokasi ke parkiran ternyata cukup jauh. Aku harus buru-buru, 5 menit loh.

Sesampainya didepan bis, aku langsung mencari pak sopir bis yang berada di seberang sedang ngopi sama sopir lain.

"Pak, bisnya di kunci ?" Jelasku.

"Iya to, biar aman. Kenapa lo lari lari ?"

"Anu pak ada yang ketinggalan, itu topi buat Upacara."

"Hoalah anak jaman sekarang kok gampang lupa, ya udah ayo ke bis." Jawab pak sopir.

Kami pun ke bis dan naik, aku mencari di kursiku tapi tidak ada. Aku cek di dalam tasku juga gak ada. Wah panik sih itu. Karna kondisi mesin mati, jadi gak ada penerangan di bis. Inisiatif langsung ngambil HP di saku dan pake flash sebagai senter. Akhirnyaaaaa, ketemu dibawah kursi. Astaga legaa banget, sumpah.

"Udah ketemu ?" Kata pak sopir.
"Udah pak, ini." Kataku menunjukkan topi ku dan membersihkannya sambil berjalan keluar.
"Makasih ya pak." Lanjutku ke pak sopir.
Dan dibalas dengan senyum ramah.

Aku memakai topi dan melihat jam di HP, tinggal 2 menit.

"Astaga, bentar lagi. Masak aku harus lari lagi. Kalo malam gini lari-lari bikin sesak." Kataku sendirian.

Aku langsung memasukkan HP ku dan mulai berlari. Aku berlari didepan jejeran bus, sampai suatu ketika tiba tiba dari sebelah kiri ada . . . .

BRUGGHHHH!!!!!

Aku ditubruk dari sebelah kiri dan terjatuh kekanan. Setelahnya mataku masih agak buram tapi aku mencoba duduk. Astaga untung nya aku tidak terjatuh di tanah, melainkan di rumput. Karna baju putihku pasti kotor kalo di tanah.

"Aduh, kalo jalan liat mata ya mas." Kata seorang cewek yang menubruk ku tadi.

Karna dia terduduk dalan pose ngesot langsung aku katainlah.

"Eh setan ngesot, anda yang menerjang saya. Harusnya saya yang marah." Kataku sambil mencoba berdiri dan membersihkan tubuh sama celanaku.

"Udah ya mbak, saya buru-buru mau upacara. Jangan hantui saya lagi." Kataku mulai beranjak melewatinya.

"Aku manusia, tolol." Jawabnya membersihkan badan dan mencoba berdiri juga. Aku gak menggubris dan hendak meninggalkan dia.

Lalu tiba tiba dia menarik tanganku waktu aku melewati dia.

"Tunggu, aku. . ." Jawabnya.

"Kenapa ?" Kataku sambil menatap dia.

Dia yang sedari tadi rambutnya terurai kebawah menutupi muka, tangannya menyibakkan rambut itu. Aku bisa melihat wajahnya, putih cerah namun manis karena terlihat lesung nya. Serta aku bahkan bisa lihat bagian gigi taring saat dia ngomong.

"Mas, aku gak bisa berdiri." Katanya sambil memasang muka sedih.

"Hahhhh ?" Responku kaget.

><><><><><><><><><><><><><><><><

Selalu saja
Takdir-Nya itu memberi kejutan-kejutan besar dalam kehidupan manusia.

Eni Martini

The Man Who Can't Be MovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang