Chapter 1-F

26 1 1
                                    

Everybody has a chapter they dont read out loud.
It takes a special someone to read between the lines.

@poemsporn_

><><><><><><><><>><><><><><><><>

Pertandingan antara Erzo dan kakak kelas pun berakhir. Pertandingan itu dimenangkan oleh kakak kelas. Aku tak habis pikir Erzo kalah, jadi di final nanti aku akan berhadapan dengan kakak kelas. Aku langsung menghampiri Erzo.

"Jo..." Panggilku.

"Gue kalah fan." Katanya padaku. "Memang harusnya gitu." Lanjutnya.

"Maksud lu jo ?"

"Gue emang ngalah tadi." Mendengarnya gue kaget.

"Lu gak kaya gitu jo, kita dulu se-tim. Gak mungkin lo ngalah gitu aja, dan lu ngelanggar janji lo."

"Kita simpan duel kita lain waktu. Kak Rio punya urusan ma lo di final."

"Rio ? Orang yang lo ajak bicara tadi ?" Tanyaku dan Erzo cuma mengangguk.

"Buat apa lo nurut ma tuh orang ?" Tanyaku

"Jujur dia yang ngajarin gue basket, tapi itu di luar semuanya. Ini semua tentang Mala." Terangnya bikin gue kaget dengernya.

"Ini gak ada hubungan nya ma Mala."

"Ada, Kak Rio tahu gosip yang nyebar. Dia cuma mau nyingkirin lo dan gue gak bisa buat banyak."

"Kalo gitu kita selesain sekarang juga." Sahutku setengah marah, dan langsung menuju ke lapangan dimana Kak Rio masih disana.

Erzo coba menghentikanku dengan menarik ku tapi sia-sia usahanya karena dia sudah kehabisan tenaga setelah pertandingan itu. Aku langsung menuju ke lapangan basket dan mencari Kak Rio. Setelah aku mengetahuinya, aku segera ke sana untuk menyelesaikan semuanya. Namun baru beberapa langkah, aku melihat seorang cewek menghampirinya. Aku merasa mengenalnya. Langkah ku terhenti seketika mengetahui bahwa itu Mala. Ia berbicara dan bersenda gurau dengan Kak Rio. Cukup lama aku memandanginya, sampai sesaat Kak Rio melihat kearahku begitu juga dengan Mala. Aku pun mengurungkan diri dan berbalik arah. Aku meninggalkan mereka.

Setelah dari lapangan, aku langsung menuju ke kelas dan mengemasi barang ku. Seketika aku gak mood, gak mungkin aku cemburu hanya karena hal seremeh itu. Masak gue cemburu sih, gue siapanya Mala. Sialan lah napa gue kek gini, napa gue pikirin juga kelakuan.

"Napa muka lu ?" Tanya ridwan padaku.

"Gak pa pa." Jawabku ketus.

"Lu kalah ya tadi ?"

"Gak kok. Gue menang, besok final."

"Lah terus ?"

Aku gak jawab pertanyaan ridwan, lagi males jelasin. Langsung saja aku menuju ke parkiran untuk ngambil sepeda. Saat mau berbalik arah buat pulang, gue di hadang 4 orang.

"Apaan nih ?" Ucap gue ketus.

"Nih anak gak ada sopan nya ama kakak kelas." Sahut seorang.

"Hajar aja udah, mumpung gak ada orang." Sahut yang lain.

"Udah gak usah, gue aja yang ngurus." Kata salah seorang, lalu 3 orang tadi langsung pergi. Tinggal seorang itu dan gue.

"Lu kenal gue kan ? Gue Rio, yang tadi ama Mala." Kata orang itu.

"Ada urusan apa ma gue ?" Kataku ke dia.

"Gue cuma mau ngingetin kalo lu jauh-jauh deh sama Mala, gak usah sok deket."

"Itu hak Mala mau temenan sama siapa, lu siapa batesin hubungan seseorang ?" Ya aku langsung nyolot gitu, dan akibatnya buruk banget.

Kak Rio cuma senyum, tapi seketika ia melemparkan pukulan nya tepat ke pipi kiriku. Aku langsung jatuh tersungkur bersama sepeda yang ada di sampingku. Gila sakit banget, gigi gue berdarah. Darah itu mengalir keluar dari mulut, gue coba untuk meludah tapi bener-bener sakit dah itu. Aku merasa tak berdaya, aku merasa kayak sampah.

Gue tersenyum dengan keadaan bonyok, dan mencoba berdiri. Melihat gue tersenyum, Kak Rio ngerasa gue ngeremehin dia. Benar aja dia menarik bajuku, dan melemparkan pukulan kedua nya. Gue langsung terjatuh lagi, tepat di rentetan sepeda yang terparkir rapi yang seketika itu juga ambruk.

Parah, badan gue remuk. Batinku

"Bangun luu...." Teriak Kak Rio sembari menghampiriku. Ia udah siap dengan bogem nya yang ketiga, dengan keadaan gue yang masih tergeletak.

"STOPPPP......." teriak seorang cewek yang memergoki kami. Kak Rio mengurungkan niat nya, dan melihat ke cewek itu. Dia Mala.

"Selamat, lu hari ini gak hancur." Kata Kak Rio dengan senyum ke gue. Dia pun pergi, dan cuma melewati Mala.

"Kak Rio....." Panggil Mala.

"Urus tuh anak." Kata kak Rio tanpa melihat ke Mala dengan tatapan yang masih berapi api.

Mala pun menghampiri gue yang sedang tergeletak tak berdaya. Aku mencoba untuk duduk. Tapi ya keadaan gue kayak gini. Mala pun duduk, dan ya liat aku kayak gitu dia mulai nangis untuk kesekian kalinya. Cengeng banget.

"Hai mal." Kataku padanya dengan mencoba senyum. Namun tangisnya mulai keras, aku pun menuju ke arahnya.

"Maaf ya cuma bisa bikin kamu nangis." Ucap ku. Dia malah makin parah nangisnya.

Aku coba mendekatkan kepalanya kedadaku. Aku memberanikan diri. Aku cuma pengen dia tahu, gue gak apa-apa. Ya baju gue mulai basah, tapi dia balik memeluk gue erat. Aku terduduk sambil bersandar di tembok, dan tubuhnya yang melingkup. Untung pake bajub olahraga yg jarang banget bisa sobek, gila sih SMP udah dihajar satu orang karna hal sepele.

"Udah ya, udah. Cup cup cup." Bisik gue di telinganya, kaya nenangin anak kecil jadinya. Aku coba berdiri begitu juga dengan nya. Tapi setelah berdiri, dia masih belum melingkarkan tangannya.

"Aku langsung pulang ya, kamu juga pulang. Nanti aku ceritain, kita telfonan lagi." Lanjutku dalam bisikan itu.

Aku melepas tangan nya yang melingkar, ya tangis nya udah sedikit reda. Dan Mala langsung pergi dengan keadaan masih nangis dan nutupin wajahnya. Aku cuma bisa memandang nyaa dari belakang. Aku ambil sepeda ku yang tadi ambruk, dan langsung pulang. Sesampainya dirumah, ibu ku mengobatiku. Aku berbohong kalau tadi aku terserempet motor waktu pulang (mana ada terserempet sampe bonyok gini, ada keknya tapi aku berhasil meyakinkan ibuku). Setelah itu gue baringan di kasur.

Gue banci ya, diselamatin cewek pas di gebukin. Batinku sambil senyum-senyum dan akhirnya gue tertidur setelahnya karena kecapekan.

The Man Who Can't Be MovedWhere stories live. Discover now