Chapter 1-A

32 1 0
                                    

"Semua ini mungkin takkan spesial jika aku tak kehilangan mu. Kenapa aku harus telat menyadarinya ? Tak bisakah aku mengulang waktu ? Tak bisakah aku menyusulnya ? Tuhan, ini terlalu cepat untukku." :(

><><><><><><><><><><><><><><><><

"Tolong nanti ketua kelas mengumpulkan tugas ini di ruangan saya, saya ada rapat sebentar." Jelas guru sembari menulis tugasnya di papan tulis.

"Baik, saya tinggal dulu." Lanjutnya.

Seketika suasana kelas berubah menjadi riuh, siapa juga yang tak suka kalo ditinggal guru.

"Fan, kantin dulu yuk." Kata ridwan, teman sebangku ku yang bisa di bilang tukang tidur di kelas.

"Bentar, ngerjain dulu." Jawabku.

"Nanti aja, 2 jam pelajaran. Masih lama itu, ayolah."

"Entarrrrr.." aku makin kesal, karena di ganggu.

"Ayooooo lahhhhhh..."

Akhirnya ku gebrak meja. Drakkkkk.....
Semua anak di kelas liatin aku. Bodo amat.

"Ya udah... ya , ntar lo...lo nyusul lah." Kata ridwan sambil melipir pergi.

Dan ya ku lanjutin lagi ngerjain tugasnya. Sampeeee......

"Fan ?" Dengan nada lembut. Aku menengok kearah suara itu.

"Jangan keseringan marah gitu. Gak baik lah, jadi ketua gak harus galak kan ?" Lanjutnya.

"Ya mal, makasih." Jawabku dengan senyum.

Dia adalah Mala, bidadari kelas. Memiliki sifat yang lembut dan elegan. Senyum nya juga yang bikin kelas ini terasa hangat. Perawakan nya ya cantik kayak artis, tpi dia gak banyak temen kayaknya agak pilih-pilih sih.

[2 jam berlalu....]

"Temen temen, yang udah selesei kumpulin di sini ya meja yang depan." Kata ku di depan kelas

"Lah gue belum ngerjain nih fan, gimana ?" Kata ridwan yang baru balik dari kantin.

"Nihhhh...." Gue lempar buku gue ke dia.

"Tengs bro." Jawabnya.

"10 menit wan, lebih dari itu lo ngumpulin ndiri."

"Siyap boss."

Semuanya sudah terkumpul di meja depan dan aku harus nganterin ke ruangan guru. Huftt...

"Butuh bantuan ?" Kulihat ke orang yang menawarkan jasa, ternyata itu Mala.

"Gak usah mal, kamu nanti gak kuat."

"Udah lahh, sini.." ia tetep bersikeras.

"Ya udah deh, terserah."

Baru aja jalan keluar kelas, udah ada orang yang mergokin aneh-aneh.

"Ciye mal, sama zefan lo sekarang." Kata seorang cewek dari pojokan.

"Apaan sih fa ? Gak lah, jangan nyebar yang aneh-aneh deh." Sahut Mala.

"Gapapa sih mal, cocok kok. Udah jadian aja."

"Hahahha dasar lo fa." Sahut mala ke ifa.

"Gak usah di dengerin fan, mereka ngaco smua." Kata Mala padaku.

"Santai aja mal." Sahutku.

Itu tadi Ifa, temen deketnya Mala. Kliatannya mereka kenal waktu MOS dulu hingga sekarang jadi temen dekat kayaknya. Lumayan cantik juga sih, menurutku.

Seusai dari ruang guru, aku mencoba berbincang dengan Mala.

"Jadi mal, kmu kenal ifa darimana ? Kalian beda SD deh dulu, setauku sih." Basa basi dariku.

"Waktu orientasi kan kita sekelompok, kebetulan juga aku kalo temenan harus cocokan dulu sih." Jawabnya.

"Ohhh gituu..."

"Kenapa naksir ya ?" Timpal Mala.

"Engg... Enggak lah."

"Masak sih, keliatan boong dah itu."

Sok tahu banget sih mal, batinku sambil senyum ke dia. Kami pun sampai di ruang guru, menyerahkan buku dan balik ke kelas.

Kelas kami tempatnya agak tinggi, jadi agak sedikit menanjak jalan nya. Posisi Mala saat itu ada di depanku, dan juga seragam untuk cewek kan pake rok. Takutnya nanti klo dia jatuh sih.

"Mal, kita gak lewat tangga sana aja. Lewat depan kelas itu." Ajak ku

"Lewat sini aja lebih cepet, kalo disana nanti kita di pergokin lagi. Malu ah." Jawab nya.

"Ya udah." Pasrah ku.

Ya awal nya sih dia agak kesulitan, tapi dia juga ngeyel sih. Dan dugaanku tadi benar adanya terjadi. Di tengah jalan yang menanjak itu, dia kehilangan keseimbangan dan jatuh ke belakang. Aku yang sebenarnya sedikit terkejut, aku mencoba menyangga dirinya dengan badanku yang terbilang besar. Tanganku memegang lengan nya. Mala sendiri terlihat terkejut.

"Tuhkan ngeyel." Omelan yang keluar dari mulutku

"Hahh......." Dia masih merasa kaget kayaknya. Menyadari itu aku kemudian bertanya.

"Gak pa pa kan mal ?" Tanyaku

Ia masih diam.

"Mal ?" Tanyaku lagi

"Eh iya, gak kok. Gak pa pa." Seketika ia mengangkat badan nya.

"Bisa kan ?" Aku takut ia jatuh lagi jadi aku menggandeng nya.

"Iya bisa kok." Ia juga menggandengku.

Sesampainya di depan kelas kami.

"Hmm mal ?" Kataku.

"Iya fan, ada apa ?" Sahutnya.

"Udah boleh kok di lepasin."

"Hah...." Dia masih bingung.

Aku pun memberi isyarat dengan mata bahwa ia masih menggenggam tanganku.

"Oh iya..." Mala langsung segera melepas tangan nya, tapi wajahnya memerah sekilas.

"Ayo masuk ke kelas." Ajaknya.

"Iya...."

Sekilas saat kami masuk kedalam kelas, aku menangkap senyum samar nya dari samping.

Dia bahagia ya kayaknya. Ya udah lah. Apa aku melakukan hal yang bisa jadi salah paham. Ya aku belum pernah ngerasa menyukai seseorang saat ini. Tapi kalo kepincut juga gak masalah. Batinku, semudah itu ku berpikir. Tak tahu kedepan nya semua bisa jadi rumit, dengan sikapku saat ini. Karena untuk aku yg gak tahu apa apa, asal nebak dan jugdemental.

The Man Who Can't Be MovedWhere stories live. Discover now