Chapter 1-R

14 1 0
                                    

Fan, kamu ngapain ?

Kamu sibuk ya ?

Balas sms ku ya.

Fan :'(

----+-+-+----

Aku ngebiarin sms itu siang ini. Aku hanya membacanya saja enggan untuk membalas. Pikirku aku harus buat jarak, agar aku tak mengganggu hubungan mereka. Jikalau kalian berpikir aku sudah move-on, kurasa aku belum. Aku hanya mengkhianati setiap perasaan dan berkata pada hatiku sendiri mengenai hal yang sebaliknya.

"Fan, yuk berangkat." Kata Erzo dari luar.

"Yoi bentar." Kataku berdiri.

"Ati ati yo cah bagus." Kata ibuk menghampiriku.

"Kulo bidal buk." Sahutku sambil meraih tangan ibu dan menciumnya.

"Monggo buk." Sahut Erzo ketika melihat ibuku dan kami pun berangkat.

Di perjalanan Erzo sempat bertanya padaku, saat berhenti di lampu merah.

"Mukalu kaku amat." Komennya

"Masa sih ? Biasa aja." Jawabku.

"Lu ga pa pa kan ?"

"Aman dahh. Santai."

Ini pertandingan final, aku gugup sih. Apa lagi kata kak Rio ini pertandingan rival. SMP 4 melawan MTs 1, karena tahun lalu yang juara mereka. Jadi tahun ini harus merebut tropi bergilir itu. Aku udah lebih dari siap untuk pertandingan ini.

Akhirnya sampai, pertandingan final dan perebutan juara 3 kali ini tidak diadakan di sekolah. Melainkan di salah satu GOR di kota. Pastinya selain atmosfir nya beda, yang nonton juga gila. Penonton dari 4 sekolah memenuhi bangku penonton, aku makin deg deg an.

Aku lihat Ifa menemui kami waktu masuk.

"Fan sini, udah ditungguin." Kata Ifa

"Ehhh...." responku ketika tanganku ia tarik.

Kami datang ketika pertandingan perebutan juara ke tiga baru mulai, jadi kami masih nonton di bangku.

Kami pun menuju bangku penonton, disana udah ada bapak guru olahraga sebagai pelatih, semua pemain termasuk kakal kelas dam anak anak lain yang support sambil bawa kaya drum dari jerigen besar gitu. Anjir fanatik banget ini, kalo bentrok gimana ya (well tahun segitu adalah era dimana supporter bola sering bentrok sehabis pertandingan, wajar kalo pemikiran guw kek gitu. Yang diberitain itu terus di TV.)

"Lu duduk situ fan." Kata Ifa.

"Hai fan." Sapa Mala didepanku, saat Ifa nunjukin kursi penontonku di samping Mala.

Gue gak langsung duduk tapi celingak celinguk liat kursi lain, dan gue liat ga ada yang kosong. Terus gue liat Erzo ada di bagian atas sama temen sekelasnya. Pikirku ya udah lah gue duduk depan sama Mala, jadi urutannya tuh gini. Perbaris cuma ada 5 kursi.

Ricky - Mala - (kosong) - Kak Rizal - Ifa

Jadi gue duduk di tengah tengah, dan gue tahu ini pasti setingan Ifa 😒.

"Fan, kenapa ?" Tanya Mala.

"Eh enggak, gak pa pa." Jawabku sambil melihat pertandingan dan enggak memandangnya sama sekali.

The Man Who Can't Be MovedWhere stories live. Discover now