Chapter 1-C

23 1 0
                                    

You won't find faith and hope down the telescope.
You won't find heart and soul in the stars.
You can break everything down to chemicals.
But you can't explain the love like ours

- The Script - Science & Faith -

><><><><><><><><><><><><><><><><

"Aw......" Erangku.

"Sakit ?" Tanya Mala, "bentar ku bersihin dulu." Lanjutnya dengan mengambil alkohol dan kapas untuk bersihin debu biar gak iritasi. Dia juga mengambil plester. Melihatnya melakukan itu aku merasakan sifat penyayang-nya membuatku terasa damai, hangat, nyaman.

"Kenapa senyum ndiri ?" Tanya nya melihatku.

"Hehehe gak kok." Jawabku sambil masih senyum-senyum.

"Udah selesei." Katanya kegirangan.

"Makasih ya mal." Melihat lukaku sudah di plester.

"Gimana ?"

"Udah agak mendingan."

"Maaf ya" Katanya dengan nunduk dan duduk disampingku.

"Iya udah gak usah dipikirin, yang penting jangan nangis. Kamu gak cantik kalo nangis." Eitsss kalimat yang terakhir keceplosan.

"Hah ?"

"Eng...nggak kok, lupain aja." Dia dengar ato pura-pura gak denger sih.

"Okey kalo gitu, aku pulang dulu ya."

"Bentar," aku menarik tangan nya.

"Heee ?"

"Lain kali gak usah lari lari gak jelas kayak gitu, makasih juga lukaku udah dibersihin."

"I...iya, lagi pula aku yang salah." Jawabnya terbata, tapi sekilas ia tersenyum manis.

"Lagipula kalo nabrak nya kamu gak pa pa, kan empuk." Lanjutnya.

"Niatnya udah buruk." Aku mengernyit.

"Tadi ngapain sih kayak gitu ? Mau ngomong apa ?" Lanjutku.

"Hehehe aku udah lupa, nanti deh kalo inget kita sms-an."

"Ya dah deh."

Ia tertawa, aku pun akhirnya tertawa.

"Ayo pulang." Ajak ku. Ia pun mengangguk.

******

[Mini timeskip. 08.00 pm, di rumah]

Ddrrrtttt, dddrrrtttt, drrtttt
Drttttt, drrttttt
Drtttt .....

"Halo." Aku mengangkat hape yang sedari tadi berdering, Erzo meneleponku.

"Jadi gak ini ? Gue tungguin di warnet nih." Kata Erzo.

"Ini mau berangkat." Jawabku

"Kalo telat, ntar gk kebagian lu."

"Iya iya, aman pokoknya."

"Oke, gue tunggu." Langsung di tutup.

Aku masukkan hapeku ke kantong, aku cek semua gak ada yang tertinggal semoga. Dan langsung aku cus ke warnet pake sepeda.

"Lama lu." Komen Erzo sesampainya ku di tempat tujuan.

"Sorry." Kataku sambil nyengir.

"Yo, tuh dah gue pesenin."

The Man Who Can't Be MovedWhere stories live. Discover now