Ternyata hidup seseorang bisa dibeli dengan uang dan Erik adalah buktinya.

Sepertinya Deri membutuhkan orang-orang seperti Erik. Seseorang yang bisa dikendalikan oleh uang adalah hal yang paling menarik.

•••

Eno memukul rahang Erik kuat-kuat hingga cowok itu terjatuh ke tanah. Napasnya begitu terengah naik-turun karena sudah tak habis pikir dengan apa yang Erik lakukan.

Dia memang tahu kalau Deri meminjamkan uangnya pada Erik tapi dia tak tahu perihal kesepakatan bodoh itu dan sialnya lagi Erik menyetujuinya.

Cowok yang terbaring di tanah itu perlahan bangkit sambil memegang sudut bibirnya yang berdarah. Dia tadi sedang tak siap menerima serangan karena pukulan Eno yang tiba-tiba.

“Lo kenapa sih, bangsat?!”

Eno menyugar rambutnya kasar. “Gue gak nyangka cuma gara-gara uang lo jadi khianatin Dev yang notabene sahabat lo sendiri. Lo masih waras gak sih?!”

“Ya trus gimana lagi? Gue gak punya duit buat bayar utang dan gue gamau di penjara,” ucap cowok itu dengan kesal dan emosi.

Eno terkekeh pelan. “Lo denger gak tadi? Dia bahkan gak bilang 'iya' atau 'engga'. Deri gak ngasih jawaban yang pasti.“

“G—gue yakin dia bakal anggap utang gue lunas karena itu udah bagian dari kesepakatan.”

Eno paham kalau Erik ini sedang kelimpungan dan butuh uang. Dia juga tahu perihal masalah keluarga yang sahabatnya ini alami tapi menurutnya masih ada cara lain selain meminjam pada Deri, mengingat cowok itu memang licik.

Kesepakatan itu juga sepertinya hanya menguntungkan Deri saja sedangkan nasib Erik masih nampak belum jelas.

“Udah tau gapunya duit, jangan kebanyakan gaya, njing!” maki Eno sambil menatap Erik yang tengah memalingkan wajahnya ke samping. Cowok itu nampak risau. “Kerja part time kek, judi atau jual aja diri lo buat ngehasilin duit!”

Erik tertawa sinis. Ucapan Eno begitu menohok perasaannya. Seolah itu adalah hal yang mudah dilakukan.

Dia sudah berusaha tapi memang dia tak mendapatkan hasil yang maksimal.

“Lo mikir gak cewek itu bakal diapain sama si Deri?”

“Paling diajak kencan? Emang apalagi yang bakal dilakukan seorang cowok ke cewek yang dia cinta?”

Eno mendengus geli.

Cinta katanya?

Dia tak melihat adanya cinta di diri Deri karena yang dia tahu, cowok itu nampak seperti orang yang terobsesi dan buta sehingga menghalalkan segala cara.

“Emang zaman sekarang kalo mau kencan mesti dibuat pingsan dulu? Otak lo ada isinya gak sih?! Bisa-bisanya punya kesepakatan sama cowok sinting kayak Deri.”

Erik geram. Urat-urat tangannya nampak menonjol dengan rahang yang mengeras lalu dia segera memukul Enp hingga cowok itu terhuyung. “Jangan pernah ngehakimin gue, bangsat! Lo gatau apa-apa.”

Dia menatap Eno dengan tatapan penuh kilat emosi. Dia paling tak suka dihakimi atas segala sesuatu yang dia lakukan. “Lo bahkan gak bisa ngelakuin apapun buat bantu gue. Sahabat macam apa lo?”

[I] Ralaya ✔Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz