Sayangnya dari sekian banyak balapan, Erik hanya menang satu kali sedangkan uang yang dia pinjam dari Deri semakin menipis dipakai untuk keperluan orang rumah dan untuk taruhan saat balapan.

Waktu sebulan terasa singkat bagi Erik dan terasa menyedihkan pula karena dia ternyata tak mampu membayar utang.

Deri marah dan Eno tak dapat membantunya. Dia meminta perpanjangan waktu tapi Deri tak menggubrisnya dan malah mengancam akan melaporkan dirinya ke polisi dengan tuduhan penipuan atau pencurian.

Erik frustasi karena tak mau dipenjara. Dia tak mau mengecewakan mama dan adiknya.

Tapi sepertinya kesialan tak berhenti disitu sebab Deri mengajukan sebuah kesepakatan.

Bawa Ralaya ke gue dan gue bakal anggap hutang lo lunas.”

“Gue gabisa dan gak mungkin bisa.”

“Lo temennya Dev. Dia pasti percaya. Gue kasih lo waktu seminggu, kalo engga ya lo siap-siap masuk penjara.

Alasan itulah yang membuat Erik seperti ini. Dia tak punya pilihan lain selain menurut perintah Deri.

Terlalu larut dalam lamunannya hingga tak terasa kini dia sampai di tempat tujuan dimana ada Deri dan Eno disana. Keduanya menunjukan raut yang berbeda. Begitu berkebalikan.

Erik memarkirkan mobilnya dan segera keluar menghampiri dua orang itu.

Dia pun tersenyum puas lalu menatap Deri. “Utang gue jadi lunas, kan?”

Bukannya menjawab, Deri malah tersenyum sinis dan melangkahkan kakinya menuju mobil tanpa mempedulikan Erik yang masih mematung disana.

Tapi senyum sinis itu tak bertahan lama dan berubah jadi senyuman penuh arti begitu melihat Ralaya tak sadarkan diri.

Pipi tembam gadis itu memang agak menyusut tapi itu tak mengurangi keindahannya. Deri masih tetap suka dan makin menginginkan gadis itu.

Tak mau menunggu lama, dia pun segera naik ke mobil tapi begitu dia akan menutup pintunya, dia langsung dihentikan oleh Eno.

“Lo mau kemana, setan?!”

“Pengennya ke hotel cuma gue rada sangsi sih kalo bawa dia pas lagi pingsan gini,” ucap Deri sambil memasang seatbelt. “Kenapa?”

“Gue emang tadinya mau nyuruh lo main di apartemen sih tapi ternyata lo udah paham duluan.”

“Utang gue lunas kan?!” kata Erik lagi untuk memastikan.

Deri tersenyum tipis. “Kita urus itu nanti.”

Mobil yang dikendarai Deri segera menjauh dan bersiap menuju apartemen.

Terimakasih pada kesabarannya karena kini berbuah manis. Setelah beberapa lama dia teriksa sendirian tak bertemu dengan Ralaya ditambah kakinya yang patah sehingga dia harus beristirahat, kini dia bisa bertemu dengan gadis itu lagi dan akan segera melepas rindu.

Dia tak menyangka kalau Erik benar-benar menuruti ucapannya dan membawa Ralaya dengan mudahnya. Bahkan ini belum genap seminggu.

[I] Ralaya ✔Where stories live. Discover now