Ini rumah apa istana ya besar sekali, pasti didalamnya memiliki banyak barang mewah dan berharga, aku harus menjadi orang yang sukses agar memiliki rumah seperti itu dan menunjukan kepada dunia kalau gadis desa juga bisa.

"Maaf, nyari siapa ya?"

Pintu gerbang yang semula tertutup kini terbuka dan keluar satpam dari balik gerbang, Sang satpam yang semula berjaga di posnya melihat dilayar monitor ada seorang perempuan didepan pagar dan dia segera menghampirinya.

"Saya tetangga bi minah pak yang akan bekerja di sini." Clara menampilkan senyum ramahnya dan menjawab sang satpam dengan sopan. Itu adalah ajaran dari keluarganya untuk selalu sopan kepada semua orang.

Sang satpam sedikit mengingat-ingat dan berseru. "Ohh Clara Cahyaningtyas ya?"

"Benar pak." Jawab Clara.

"Kalau begitu ayo masuk, bi minah sudah memberitahu saya kalau kamu akan datang." Satpam itu mempersilahkan Clara untuk memasuki rumah.

"Terima kasih pak."

Clara harus menelusuri halaman yang luas untuk pergi ke pintu belakang rumah ini. Banyak sekali tumbuhan rindang menghiasi sepanjang jalan. Tumbuhan yang sangat jarang Clara temui di desanya, terlihat sangat indah dan mewah. Mungkin hanya orang kaya saja yang memilikinya.

Waktu di desa, orang terkaya yang ditemui oleh Clara adalah kepala desa mereka. Kepala desa memiliki TV dirumahnya, ada lemari pendingin, AC dan juga sebuah mobil boks. Jarang sekali orang di desa mereka memiliki barang-barang tersebut. Dan sekarang Clara melihat betapa besar rumah majikannya, bahkan lebih besar dari rumah kepala desa.

Clara asik melamun sampai suara pak satpam mengingatkannya.

"Maaf ya mbak lewat pintu belakang, soalnya saya tidak enak dengan nyonya dan tuan." Pak satpam menoleh kearah Clara dengan menunjukkan pintu belakang.

"Tidak apa-apa pak." Jawab Clara.

Setelah mereka sampai di pintu belakang, tak lama keluarlah seorang perempuan paruh baya sekitar umur 45 tahun dari balik pintu tersebut.

"Bi Minah, ini Clara yang bi Minah katakan." Ucap satpam itu kepada bi Minah yang baru saja keluar.

Minah sangat terkejut melihat perempuan didepannya ini, wajahnya seperti almarhum mendiang ibu Clara. "Ya Tuhan, Clara, kamu sudah besar ya nak, sangat cantik seperti waktu ibumu masih muda."

Bi Minah memeluk Clara dengan erat. Gadis yang dulu dia gendong dengan kedua tangannya kini sudah menjadi perempuan yang sangat cantik dan mandiri. Minah memang bukan siapa-siapa Clara tapi dia sangat menyayangi perempuan itu seperti anaknya sendiri.

Clara juga membalas pelukan itu dengan berkata. "Iya bi, bagaimana kabar bi minah selama ini?"

"Bibi baik-baik saja nak. Ayok kita masuk! Makasih ya Karman."

Karman mengangguk dan berkata, "iya bi, kalau begitu saya pamit dulu ya permisi."

"Iya pak, saya juga ingin mengucapkan terimakasih." Ucap Clara.

Pak satpam itu perlahan pamit untuk kembali mengerjakan tugasnya setelah melihat keduanya pergi.

Clara dan bi Minah memasuki rumah besar itu. Mereka menuju ke kamar yang telah di siapkan oleh bi Minah untuk Clara tempati. Clara melihat kalau rumah itu tidak hanya luarnya saja yang terlihat besar dan indah, tetapi didalamnya terlihat lebih mewah.

"Ini kamar kamu nak, maaf jika ruangannya kecil." Ucap bi Minah dengan membuka pintu kamar.

Clara melihat-lihat kamar yang akan dia jadikan kamarnya itu dan berseru. "Bi Minah, kamar sebesar ini di bilang kecil, jika dibandingkan dengan kamar disini, kamar saya yang di desa jelas lebih kecil bi."

Minah hanya tersenyum dan berkata. "Kalau begitu kamu istirahat dulu, kamu pasti lelah karena perjalanan yang lumayan jauh, besok bibi akan memberitahu apa saja yang harus Clara lakukan."

Clara menganggukkan kepala dan menjawab. "Emm, terimakasih bi."

Clara segera memasuki kamar itu setelah Minah pergi, dirinya dibuat kaget akan luasnya kamar. Pelayan saja kamarnya segede ini apalagi pemilik rumah, pasti ukuran kamarnya berkali-kali lipat.

Tanpa membuang waktu lagi, Clara mengeluarkan isi koper dan menata barang-barangnya dengan rapi. Dia mengeluarkan barang-barang itu dan dia letakkan kedalam lemari, namun pergerakan Clara berhenti setelah ia melihat sebuah foto, foto dimana ada gambar dirinya bersama dengan Fira dan juga nenek.

Tanpa dia sadari, air mata kembali membanjiri pipi mulusnya. Clara menguatkan diri dan menghapus air mata itu. "Ayo Clara, kamu harus kuat demi mereka," katanya percaya diri.

Setelah puas merapikan pakaian, Clara pergi untuk membersihkan tubuhnya yang lengket. Untung saja kamar mandinya ada disebelah kamar, jadi Clara tidak perlu mencari dimana letak kamar mandinya.

Tubuh lelah itu ia hempasan pada kasur yang ada didepan, kasur yang sangat nyaman, seprai lembut dan wangi membuatnya tertidur seketika. Mungkin dia akan betah tinggal di sana.

🌺🌺🌺

[Cerita masih dalam masa revisi, jika kalian melihat ada ketidak cocokan dalam cerita mohon dimaklumi karena author masih memperbaiki beberapa bagian didalam cerita, terimakasih]

Little Baby (Tamat)Where stories live. Discover now