Babak Satu: Devonna Irvine Lawrance dan Kemalangannya

233 3 9
                                    

D E V O N N A   P O V

Ini bukanlah perkera besar bagi manusia.

Sebenarnya asumsi para ilmuan yang sudah meninggal mendahului kita dan meninggalkan kita dengan jutaan kegilaan yang mereka buat tanpa bertanggung jawab seperti rumus-rumus, pelajaran partikel, filosofi kehidupan—termasuk pemahaman mereka akan manusia merupakan mahluk sosial walaupun manusia atau subjek yang diteliti selalu menolak dan menghindari pernyataan itu seperti ketika kalian bertanya kepada mereka akan 'kapan kau menyatakan cinta kepada orang yang mereka suka?'.

Bukan suatu yang baru jika manusia hidup nomanden. Itu sudah terjadi sejak zaman manusia purba, tetapi dasar atau alasan kita melakukan itu yang menjadi motivasi kita kenapa pindah dari suatu tempat ke tempat yang lain. Pindah mempunyai arti dan harapan tersendiri bagi setiap orang. Doa mereka begitu mujarab, seakan mereka merupaka seorang ahli agama yang mengalahkan pemuka agama terkenal di luar sana. Pindah bisa terjadi karena kita berharap sebuah ketenangan, kita berharap untuk menjadi lebih baik. Itu semua adalah motivasi dari pindah, kalian bisa menambahkan jutaan daftar lagi kenapa kita—mahluk hidup—pasti pindah dari suatu tempat ke tempat lain.

Tetapi, bagaimana jika kita tidak mengharapkan itu semua? Bagaimana jika kita sudah merasa terlalu nyaman dengan tempat kita sekarang tetapi kau terpkasa pindah atau bahkan kau dipaksa untuk pindah. Aku yakin pasti rasanya sangat menyebalkan sekali.

Hari ini ayahku mengatarkan aku ke sebuah tempat yang disukai oleh para orang tua dari era pascasejarah sampai sekarang. Dia mengantarkanku menggunakan salah satu mobil yang berada di garasinya. Melintasi jalanan aspal di bawah langit kelabu yang begitu kelam, merubah siang menjadi malam dengan sekali jentikan. Seakan memberi tahu bahwa ibu pertiwi pun mengerti jika hal perpindahan yang dilakukan sepihak ini begitu buruk dan dia murka, sebentar lagi dia akan menurunkan air matanya untuk mengiringi kepergianku dari tempat nyamanku menuju tempat yang mungkin membuatku iritasi sepanjang aku ada di sana.

Kami tak berbicara sama sekali, seluruh pembicaraan kami sudah selesai tengah malam kemarin. Kami berdebat cukup panjang tentang semua ini. Aku dengan argumenku dan ayahku dengan argumennya, sayangnya dia merupakan seorang yang jenius jika dalam hal berargumentasi, aku tak bisa menyalahkan itu. Semua berkat kemampuannya dalam bidang arsitek dan dia juga mengkaitkan setiap pembicaraannya dalam perdebatan itu dengan pekerjaannya. Seperti memberikan aku filosofi hidup dalam sudut pandang arsitek. Bagaimana semen menjadi ini, bagaimana besi menjadi itu, bagaimana kayu bisa membuatmu seperti ini, bagaimana itu dan ini bisa membuatku seperti begitu. Membingungkan dan aneh, aku tahu itu. Tapi itu tidak sebanding dengan diriku yang berdebat semalam suntuk dengannya. Jadi kalian tak perlu menebak apa yang aku lakukan selanjutnya. Aku mengaku kalah dan membiarkan saja dia menang daripada mendengar filosofi tentang adukan semen atau batu kerikil—persetan dengan itu semua. Aku ke kamar mengunci pintuku dan muntah-muntah semen di wastafel kamar mandiku.

Selama perjalanan, aku hanya mendengarkan lagu yang bahkan tidak aku suka sama sekali. Pilihan lagu ayahku begitu buruk, padahal banyak sekali lagu cemerlang di eranya. Seperti Bee Gees atau grup band yang sedang hangat dibicarakan setelah Rami Malek memenangkan Oscar dan banyak kaum rasis tak setuju akan seorang imigran memenangkan ajang bergengsi Oscar. Tetapi di sini, ayahku memilih John Denver dengan best hits yang sudah terputar dalam berberapa versi dan lagu itu tak lain adalah Take Me Home Country Road. Aku sangat yakin akan terkena mabuk perjalanan pertama kali seumur hidupku.

Aku dapat merasakan laju mobil melambat, memandang keluar dan melihat gedung yang begitu besar dengan cat kuning pudar— menyedihkan. Kemudian di tengahnya tertancap sebuah tiang bendera yang mengibarkan bendera Amerika dengan bangga dan gagahnya. Ayah memarkirkan mobil dan setrlah itu dia mematikan mesin mobil ini.

Why Don't We? [alternative version NKOTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang