32.

5.2K 181 16
                                    

"Kemana saja seharian ini? Aku, bunda, ayah, dan mbak Inka menghawatirkanmu"

"Benarkah?", tanya Diana dalam hati.

"Terlebih saat hujan, aku benar benar sangat khawatir. Aku takut kamu mimisan dan sendirian"

"Aku gak percaya kalau kamu masih menghawatirkanku Al, bukankah sudah ada Inka disampingmu?", gumam Diana dalam hati.

"Jawab aku Di, kemana saja seharian ini? Kenapa tidak mengabariku? Kamu membuatku sangat khawatir", kata Aldo memegang pundak Diana.

"Aku tidak kemana kemana, hanya kerumah teman. Sedikit menenangkan pikiran", kata Diana sambil melepas tangan Aldo di bahunya.

Ada yang salah dari sikap Diana. Kemana Diana yang selalu manja ke padanya, kemana Diana yang selalu ingin disampingnya.

Aldo berjalan mendekati istrinya, mendekat dan memeluk istrinya dengan sangat lembut, sebagai isyarat betapa khawatirnya terhadap sahabat masa kecilnya tersebut.

"Jangan pergi lagi Di, jangan pergi saat hujan. Aku benci pada diriku yang tak bisa disampingmu saat hujan. Kamu adalah istriku, tanggung jawabku. Jadi jangan bertindak seperti ini lagi. Entah kenapa aku selalu menghawatirkanmu disaat hujan", kata Aldo sambil mencium puncak kepala Diana.

"Aku berjanji tidak akan kemana mana Al, terlebih saat hujan", kata Diana sambil memejamkan mata menerima perlakuan manis dari suaminya.

"Terima kasih, aku senang melihatnya"

"Hm, Al."

"Ya, ada apa Di?"

"Maukah kau menciumku?", tanya Diana hati hati.

"Tentu saja, kau istriku. Kau pantas meminta lebih dariku", kata Aldo tersenyum senang.

Tanpa menunggu aba aba, Aldo membalik tubuh Diana. Diraihnya dagu Diana, dan dicium bibir istrinya. Aldo semakin mempererat pelukan pada istrinya, tangannya tidak tinggal diam, membuka risleting dress Diana dari belakang.

"Hmmpttt, Al,..."

"Ya sayang, kau menginginkan ini?"

"Terus terang Ia, a aku ingin le lebih"

"Berbaliklah, biarkan aku membuka risleting gaunmu dengan perlahan", bisik Aldo di telinga Diana.

Diana hanya mengangguk pasrah sambil membalikkan badannya membelakangi Aldo.

Aldo menurunkan risleting dengan perlahan sambil memainkan tangannya dikulit halus istrinya. Sesekali Aldo menciumi punggung mulus istrinya tersebut. Tangan sebelah satunya telah menelusup ke dalam rok Diana, mencari cari dimana letak bagian sensitif istrinya.

"Kau menyukainya?", tanya Aldo sambil menggigit pelan kuping Diana.

"Emmmppt,ahh. Aku suka"

"Baiklah tutup matamu dan duduklah di sofa, aku akan menyenangkanmu hari ini"

Diana hanya patuh, dan berjalan ke arah sofa kecil di samping jendela kamar mereka.

Aldo membuka kemejanya karena merasa gerah dengan susasana saat ini. Padahal diluar masih hujan, hujan yang dimulai saat pagi dan enggan reda meskipun hari sudah menunjukkan pukul 22.00 malam.

"Kau siap?", tanya Aldo memastikan.

"Iya, aku siap", jawab Diana mantap.

"Aku akan menutup matamu dengan kain ini. Aku akan memuaskanmu malam ini. Kau cukup mendesah dan meneriakkan namaku, kau paham?", tanya Aldo sambil mengikat pita dengan perlahan.

Karena terbawa suasana, Diana hanya mengangguk sambil menggigit bibir bawahnya.

Sempat Aldo merasa bersalah karena telah menyentuh istrinya, dan melupakan Inka cinta yang dia punya.
Tapi Aldo akan merasa bersalah kalau menolak permintaan sahabat yang telah menyandang gelar sebagai istrinya.

Aldo mengangkat kaki Diana dan menciumnya dengan perlahan. Disingkapnya gaun istrinya dan menampakkan celana dalam hitam yang menggoda. Diraihnya celana dalam itu dan diturunkan dengan perlahan sambil mengusap vagina Diana.

"Oh, Al... aku, akk aku..."

"Sesstt, nikmatilah sayang. Malam ini aku milikmu", kata Aldo sambil memainkan klitoris istrinya.

Wajah Aldo semakin dekat, menelusup, dan menjilat vagina Diana dengan perlahan. Menggigit gigit kecil dan menyesapnya.

"Oh, Al, aku, mau keluar...", kata Diana sambil menjambak rambut Aldo perlahan.

Aldo hanya tersenyum karena akan melihat istrinya orgasme untuk pertama kalinya. Aldo semakin menciumi vagina istrinya dan menyesapnya dengan lama.

"Oh, ah Aldo aku.... ahhhh"

Prang
(Anggap bunyi nampan yang jatuh)

"Maafkan aku, aku seharusnya mengetuk pintu sebelum masuk ke kamar kalian. Aku hanya ingin mengantarkan obat untuk Aldo"

Diana segera membuka penutup pada matanya. Seakan marah bercampur malu, Diana segera menutup badannya dengan gorden disampingnya dan berkata kasar kepada Inka.

"Seharusnya mbak tahu waktu. Ini sudah malam, dan mbak mengganggu malam kami. Cepat bereskan dan pergi dari kamar kami. Banyak hal yang harus kami lakukan, mengingat kami adalah pengantin baru", kata Diana sinis.

"Ya, sekali lagi maafkan aku", kata Inka sambil mengambil pecahan gelas yang berserakan.

"Tidak apa apa mbak, mbak sudah berbaik hati mau mengantarkan obat ini. Aku lupa meminumnya tadi", kata Aldo sambil memakai kembali kemejanya.

Aww
"Aduh tanganku,", kata Inka memegang tangannya yang berdarah karena pecahan gelas.

"Sudah gak usah dibereskan lagi mbak, cepat obati tangan mbak, biarkan aku yang membereskan nanti", kata Aldo sambil menggiring Inka untuk keluar dari kamarnya.

"Dasar drama! Lagi lagi aku ditinggalkan, padahal sedikit lagi,",sungut Diana marah.

Aldo tak menghiraukan ucapan sinis istrinya, Aldo membawa Inka ke dapur dan mencuci jari Inka yang tergores pecahan kaca.

"Mbak ceroboh, lihat tangan mbak berdarah, pasti sangat sakit bukan?", tanya Aldo sambil membersihkan tangan Inka dengan kapas.

"Disini yang sakit Al, hati ini. Sakit melihat laki2 yang aku cintai sedang mencumbu wanita  yang tak lain istri sah mu", kata Inka dalam hati.

"Sudah selesai mbak, sengaja aku pakai plester ini biar mbak gak ceroboh lagi"

Hening

"Hei, kenapa mbak menangis?"

"Tidak Al, tidak apa apa. Aku harus kembali ke kamar. Kamu cepatlah kembali, istrimu sedang menunggumu. Maafkan aku yang telah merusak malam kalian", kata Inka berjalan meninggalkan Aldo.

"Tunggu mbak,"

Aldo berjalan menuju Inka dan memeluknya dari belakang.

"Aku akan menjelaskan semuanya, tunggu aku di ruang perpustakaan."

Inka tak menjawab dan malah pergi meninggalkan Aldo dengan perasaan yang menyesakkan.



 He's Your SonWhere stories live. Discover now