6.

8.8K 307 3
                                    

"Duh, panas banget. Mana mataharinya terik banget lagi. Mana lagi tuh anak, bilangnya jam 2, eh sudah lewat 15 menit. Belum juga kelihatan batang hidungnya. Pasti itu bocah mau kibulin gue!", kata Inka bermonolog sendiri sambil mengibas kibaskan tangannya.

Inka melihat jam ditangannya. Pukul 14.30, berarti dia telah menunggu selama 30 menit. Seharusnya Inka sadar, kalau bocah seperti Aldo tidak akan pernah serius. Di pikiran bocah tersebut pasti diisi oleh hal hal yang bersifat main main saja.
Inka berdiri dari duduknya, dan melambaikan tangan pada taxi yang lewat di depannya.

"Pak, kearah Singojuruh ya"

Belum selesai Inka melanjutkan pembicaraan dengan sopir taxi, tiba tiba datang laki laki bersepeda motor  berhenti di dekatnya.

"Gak jadi pak, maaf saya telat jemput kakak saya. Ini uang kompensasinya pak", kata Aldo menyerahkan selembar uang berwarna merah.

"Ih, apaan sih. Sudah telat, awas saya mau pulang. Saya tidak suka sama orang yang ngaret!", kata Inka menghentak hentakkan kakinya.

"Naik mbak, malu sama umur kalau mbak merajuk seperti ini. Ini pakai, sebentar lagi sepertinya akan hujan, lihat sudah ada beberapa awan hitam di langit", kata Aldo tersenyum dan memberikan helm kepada Inka.

Inka hanya cemberut mendengar sindiran dari Aldo. Dia menerima helm tersebut dengan tidak iklas dan memakainya demgan kasar. Kemudian Inka naik keatas motor, dengan duduk menyamping seperti ibu ibu pada umumnya.

"Boncengnya yang benar mbak, nanti kalau jatuh saya gak tanggung jawab ya"

"Banyak banget maunya, iya iya, ini saya ganti posisi duduknya"

Aldo hanya tersenyum melihat kesewotan dan kekesalan Inka dari kaca spionnya.

"Mbak, pegangan dong. Saya bawa motornya agak cepat ini. Soalnya mau hujan"

"Iya ini saya sudah pegangan"

"Ya gak pegangan di bahu juga kali mbak, nanti saya dikira tukang ojek. Masa iya ada tukang ojek yang ganteng dan sekeren saya!"

"Iya, ini dah pegangan, puas kamu!",jawab Inka sedikit berteriak.

Aldo semakin tertawa melihat ekspresi orang yang dibelakangnya. Aldo meraih tangan Inka dan mengalungkannya pada perutnya. Aldo menyadari kalau Inka sedikit gerogi dengan posisi saat ini. Posisi yang membuat badan mereka menempel, sehingga Aldo dapat merasakan tonjolan payudara Inka.

"Mbak,.."

"APALAGI?BURUAN BERANGKAT!"

"Cuma mau ingetin mbak, jangan lupa baca doa dulu, hehehe"

Mendengar kalimat terakhir dari Aldo, Inka merasa malu sendiri. Akhirnya Inka memilih untuk diam selama dalam perjalanan. Inka tidak bertanya arah dan kemana tujuan mereka saat ini.
Tanpa Inka sadari, dia semakin mempererat pelukannya karena merasa nyaman dan terbuai oleh bau parfum dan aroma tubuh Aldo.

Dilain pihak Aldo hanya tersenyum merasakan kehangatan dari menempelnya tubuh mereka  saat ini. Aldo tak ingin memulai percakapan mengingat kalau keadaan tidak mendukung, mengingat langit semakin mendung pertanda sebentar lagi akan hujan

 He's Your SonWhere stories live. Discover now