21.

7.2K 308 3
                                    

"Diana apa yang kamu lakukan disini?", tanya Aldo.

"Aku kangen bunda Al, masak gak boleh ketemu calon mertua sih?. Sini duduk disampingku, biar romantis", kata Diana sambil menarik tangan Aldo agar duduk disamping Diana.

"Ish, tante ngapain tarik tarik tangan om dokter? Tidak sopan!", kata Fajar bersidekap.

"Siapa sih anak kecil ini Al, kok Diana baru lihat. Anak pembantu sebelah ya, nyasar kesini?"

"Diam Diana, jangan memperkeruh keadaan", bisik Aldo.

"Sayang, kok kamu belain bocah itu sih. Apa maksudnya coba! Eh, eh ini lagi bocah ngapain pangku Aldo. Sana sana duduk kursi lain", kata Diana sambil menjewer telinga Fajar.

"Huaaaaa, hikss... sakit tante."
"Bunda, Fajar di jewer tante Jahat", kata Fajar sambel berlari ke dapur menemui Inka.

"Ada apa sayang? Kenapa nangis?", tanya Inka lembut.

"Telinga Fajar sakit bunda, tadi ada tante jahat yang jewer telinga Fajar. Padahal fajar hanya ingin makan di pangku om dokter", jawab Fajar sambil sesenggukan.

"Baiklah, tunggu disini sebentar ya. Bunda mau anterin makanan dulu. Fajar makan disini saja ya bareng bunda"

"Ya bunda"

"Anak yang baik, bunda bangga sama fajar", kata Inka sambil mencium kening anaknya

Inka berjalan keruang makan sambil membawa lauk pauk yang akan dijadikan menu makan malam ini. Saat Inka sampai disana, Inka merasa hatinya sakit saat menyaksikan kemesraan antara Aldo dan Diana.

"Inka, dimana Fajar?", tanya Ayah saat tiba diruang makan.

"Hm, Fajar lagi ngambek ayah, mau nya makan di dapur", jawab Inka sambil melirik Diana.

"Anak itu, persis sekali dengan aldo sewaktu kecil", kata Ayah sambil tersenyum sendiri.

"Kok ayah senyum sendiri?", tanya bunda saat masuk keruang makan.

"Biasa Bun, Fajar lagi ngambek. Gak mau makan disini, maunya di dapur bareng bibi", kata Inka sambil melirik ke arah aldo.

"Nah kan, persis Aldo waktu kecil kan Bunda? Buah emang tidak jatuh jauh dari pohonnya", kata Ayah sambil geleng geleng kepala.

"Sudah, ayo semua makan", kata Bunda.

"Sayang, aku ambilin ya. Anggap saja latihan sebelum kita menikah", kata Diana manja.

Aldo tidak menjawab dan masih memikirkan kata kata kedua orang tuanya barusan.

"Bun, aku makan didapur juga ya. Kasihan Fajar"

"Baiklah"

Inka berjalan kearah dapur sambil memegang dadanya, tanpa Inka sadari air matanya menetes dengan sendirinya.

"Bun, ayo makan. Fajar dari tadi nungguin bunda"

"Maafkan bunda anakku, maaf telah membuatmu berada di situasi yang sulit ini"

"Bunda jangan nangis, Fajar gak mau lihat bunda sedih. Nanti kalau Fajar sudah besar, Fajar janji akan melindungi bunda"

"Iya anakku, terima kasih. Bunda sangat menyayangk Fajar", kata Inka sambil memeluk anaknya.

Aldo yang melihat interaksi antara Ibu dan anak tersebut, sempat meneteskan air mata.

"Sayang ngapain berdiri disini. Ayo kita ditunggu bunda dan ayah diruang tamu. Kayaknya penting deh,", kata Diana sambil menggandeng tangan Aldo.

$$$

"Diana, sekarang sudah jam 9 malam. Sebaiknya kamu pulang dulu, tidak baik anak perempuan pulang malam malam"

"Tapi Om, Diana mau menginap disini. Bareng Aldo, toh sebentar lagi kita juga akan menikah"

"Pulanglah nak, rumahmu kan dekat, bunda tidak mau kalau nanti jadi fitnah."

"Hm, baiklah bun. Diana pamit om, bun, bye Aldo"

Setelah Diana pergi, Ayah meminta bunda untuk memanggilkan Inka keruang tamu.

"Ada apa ayah? Kenapa Ayah memanggil Inka?"

"Duduklah nak, duduk disamping Aldo"

Inka melirik ke arah Aldo, meminta persetujuan. Dan aldo hanya mengangguk.

"Kapan kalian akan menikah?. Jangan egois, apa kalian tidak memikirkan perasaan Fajar"

"Aku belum membicarakannya dengan Diana ayah", kata Aldo menghela nafas.

"Ayah tidak membicarakan Diana Aldo, yang ayah maksud kalian berdua"

"Maksud ayah?", tanya Aldo heran.

"Fajar sudah besar, dia membutuhkan figur seorang ayah"

"Seharusnya ayah membicarakan masalab ini dengan Bara", jawab Aldo acuh tak acuh.

"Apa maksudmu nak, Fajar itu anakmu. Tidakkah kau sadar kemiripan antara kalian berdua", ucap bunda spontan.

"Fajar anakmu Al, aku sudah memberi tahumu saat ulang tahun perusahaan empat tahun yang lalu"

"Kapan?"

"Melalui surat, tidakkah kau membacanya?"

"Pembicaraan ini membingungkan. Aku tidak mengerti."

Aldo berdiri dan meninggalkan ruang tamu menuju ke kamarnya. Saat masuk kedalam kamar, Aldo melihat sosok Fajar yang tidur sangat pulas. Aldo menarik laci secara paksa, dan menemukan surat usang yang belum dibacanya.

Aldo mengambil surat itu dan memasukkannya ke dalam saku celananya. Aldo keluar dari kamar dan berjalan keluar rumahnya.

"Mau kemana kamu?", tanya Ayah.

"Aldo sumpek yah, Aldo pergi dulu. Nanti Aldo kembali"

Inka meremas tangannya. Inka sadar bahwa Aldo secara tidak langsung menolak Fajar, menolak buat cinta mereka.

 He's Your SonWhere stories live. Discover now