17.

7.1K 254 0
                                    

"Maaf menunggu lama mas. Tadi perut adek mual.
Dan adek muntah muntah"

"Ya tidak apa apa. Mas baru saja turun dari panggung setelah memberi sambutan"

"Syukurlah mas tidak curiga", kata Inka dalam hati.

"Para hadirim yang terhormat, malam ini perusahaa kita akan merger dengan perusahaan PT. ANTIKA RAYA. Sebagai pengikat resmi kedua perusahaan, maka malam ini akan di selenggarakan pertunangan anak kami Aldo dan Diana putri dari bapak Yosep selaku pemilik PT. ANTIKA RAYA.

Aldo terkesiap mendengar pernyataan ayahnya. Dan Diana menariknya dengan cepat kearah panggung. Aldo melihat ke arah Inka, yang wajahnya pucat pasi. Tanpa Aldo sadari jarinya telah terpasang cincin dan Diana merebut paksa cincinnya dan memakainya sendiri. Diana langsung memeluk Aldo dengan cepat dan mencium bibir Aldo sekilas.

Tepuk tangan dan riuh tamu undangan menyadarkan Aldo. Saat itulah, Aldo melihat Inka jatuh pinsan tak sadarkan diri di pelukan Bara. Aldo berlari kearah bara, Aldo meraih tubuh Inka dan menggendongnya keluar menuju mobilnya.

Bara masih terkejut menyaksikan apa yang terjadi. Pak Albert menepuk pundak Bara, dan meminta maaf.

"Maaf pak Bara, Aldo memang begitu. Ia akan bertindak diluar dugaan saat melihat wanita yang pingsan, Aldo ada sedikit trauma dengan masalalu"

"Tidak apa apa pak, saya seharusnya senang ada yang menolong istri saya. Saya pergi dulu pak, mau menyusul mereka"

"Kami akan ikut pak Bara"

"Baiklah, mari"

@@@@

"Sial, sial, sial", kata Aldo sambil mengendarai mobilnya secepat kilat.

"Please mbak, tolong sadarlah, jangan membuatku khawatir", kata Aldo sambil meraba wajah Inka.

Setelah 15 menit perjalanan, akhirnya mereka sampai dirumah sakit. Aldo berlari dan berteriak seperti orang kesetanan sambil membawa Inka.

"Tolong sus, ..."

"Mari pak kearah IGD"

Aldo dengan cepat menuju arah IGD.

"Maaf pak, anda sebaiknya menunggu diluar. Biar kami bisa mengobati pasien"

"Baiklah, tolong selamatkan pasien. Dia sangat berarti buat saya"

"Kami akan usahakan pak"

Aldo menjambak rambutnya dengan kasar. Dia menghela nafas dengan berat, seharusnya semua ini tidak terjadi. Seharusnya Aldo bisa menjaga Inka dengan baik, bukan malah menyakitinya.

Kringggg....

"Halo?"

"..."

"Ya bund, ini masih di IGD"

"..."

"Di rumah sakit Fatimah"

"..."

"Baiklah"

Tut tut...

Sekali lagi Aldo menghela nafasnya dengan berat. Aldo menengok ke arah pintu, namun sekali lagi, pintu IGD masih tertutup dengan rapat.

"Permisi, apa Anda keluarga pasien?", tanya seorang perawat.

"Ya betul, saya suaminya"

"Mari ikut kami, dokter ingin berbicara dengan anda"

"Baiklah"

Aldo mengikuti jalan perawat dengan tidak sabaran. Setelah sampai diruang dokter, Aldo di persilahkan duduk .

"Bagaimana dok?"

"Pasien tidak apa apa, hanya sedikit stress, dan kelelahan. Kondisi itu tidak baik untuk kandungan pasien yang masih tergolong rentan"

"Maksud dokter?"

"Istri anda hamil. Usianya memasuki minggu ke 6. Sebaiknya pasien istirahat total selama seminggu ke depan"

"Inka hamil? Anak Bara. Lalu aku? Apa yang harus aku lakukan", kata Aldo dalam hati.

"Pak, pak, anda tidak apa apa?"

"Oh, saya tidak apa apa dok, terima kasih. Saya akan mengikuti anjuran dokter"

Aldo keluar dari ruang dokter menuju ke parkiran. Pikirannya berkecamuk antara menemani Inka atau kembali ke pesta ulangtahun perusahaan.

"Aldo, dimana Inka? Apa yang kamu lakukan di parkiran?", tanya Bara panik.

"Istri loe gak papa, hanya kelelahan dan stress. Dia harus istirahat total seminggu ke depan kata dokter"

"Oh, thanks ya, "

"Sama sama, gue pulang dulu", kata Aldo membuka pintu mobilnya.

"Ayah bundamu sudah aku antarkan pulang, tadi merek memaksa untuk ikut. Tapi setelah aku beri pengarahan, mereka mau mengerti"

"Ya, terima kasih", kata Aldo sambil menutup kaca mobilnya dan mulai meninggalkan parkiran rumah sakit.

 He's Your SonWhere stories live. Discover now