26

6.4K 266 0
                                    

Flasback on

Inka berjalan kearah taman dimana Ayah dan Bunda berada.

"Maaf menunggu lama bun", kata Inka dingin.

"Aldo mengalami benturan yang sangat keras dikepalanya, dan kemungkinan terbesar Aldo mengalami amnesia. Beberapa memorinya ada yang hilang dari ingatannya. Dokter berpesan agar kita selalu berada disampingnya, dan jangan terlalu memaksanya untuk berusaha mengingat, karena akan sangat berbahanya untuk pemulihan kesehatan dan ingatannya", kata Bunda sambil menyeka air matanya.

"Ayah sangat marah saat tahu, pertama yang Aldo tanyakan setelah bangun dari komanya adalah hubungannya dengan Diana. Tapi ayah tidak bisa berbuat banyak. Maafkan ayah nak", kata Ayah menepuk pundak Inka.

"Lalu pernikahan ini apa yah?", tanya Inka setengah emosi.

"Ayah tidak tahu apa apa, tiba tiba Aldo memaksa ingin menikah nanti malam. Ayah dan bunda berusaha menolaknya. Tapi Aldo memaksa nak. Kami tidak ada pilihan", kata Ayah sambil menghela nafas.

"Makanya kami menyarankan untuk menikah secara agama saja, agar tidak ada bukti hukum", kata Bunda.

"Maksud bunda?'", tanya Inka harap harap cemas.

"Bukannya kami ingin mempermainkan pernikahan. Tapi bunda yakin kalau ada yang tidak beres dengan pernikahan ini. Bunda ingin mereka segera bercerai", kata bunda putus asa.

"Tapi bun, dosa kalau kita menginginkan perceraian dari suatu pernikahan. Inka Iklas bun, asal Aldo bahagia", kata Inka sedih.

"Bertahanlah nak, hanya kamu yang Aldo inginkan. Bunda tahu seberapa besar cinta Aldo untukmu"

Flasback off

Inka berguling guling di kasurnya. Inka tidak bisa menutup mata, karena sekarang malam kedua Aldo resmi menjadi suami orang. Berbagai spekulasi muncul dipikiran Inka, mulai dari Aldo akan menyetubuhi Diana, Aldo akan semakin dekat dengan Diana setelah malam ini, dan Aldo akan terus lupa dengan dirinya. Inka menggelengkan kepalanya, bukankah sudah sepantasnya kalau suami istri yang baru menikah memenuhi kebutuhan lahir dan batin pasangannya. Tapi kenapa Inka merasa tidak rela menyadari kenyataan pahit tersebut.

"Malam ini Fajar tidur dengan Ayah dan bunda. Sekarang tinggal aku yang masih disini. Haruskah aku pindah kamar dan pura pura tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi?", tanya Inka pada dirinya sendiri.

Saat Inka menutup matanya, terdengar suara pintu kamar yang terbuka dan tertutup secara perlahan. Inka semakin tegang, saat ada pergerakan kecil di kasur pertanda ada seseorang yang telah bergabung tidur dalam ranjang dan selimut yang sama.

Deg,
Bau parfum, aroma tubuh, dan perasaan hangat ini semuanya milik Aldo, Inka ingin membuka mata dan ingin segera menoleh untuk tahu apakah orang yang tidur dan memeluknya dari belakang adalah Aldo atau bukan.

"Maaf telah menyusup masuk ke kemarku sendiri mbak. Tapi entah kenapa seolah aku dituntun untuk datang ke kamar ini. Dan ingin tidur di sampingmu", bisik Aldo parau.

"Karena kamu adalah orang yang mencintaiku Al, itu alasan kamu ingin selalu dekat denganku", jawab Inka dalam hatinya.

Aldo tahu bahwa wanita yang didekapnya belum tidur. Terlihat jelas bahwa tubuh Inka tiba tiba menegang kaku saat Aldo memeluknya dalam posisi tidur.

Aldo ingin menggoda Inka, ingin sedikit membuat Inka sadar drama pura pura tidurnya sungguh payah. Tidak mungkin orang yang telah tertidur pulas tiba tiba badannya menegang. Dan tidak mungkin ada keringat yang muncul mendadak pada orang yang benar benar tidur dengan pulas.

Aldo memainkan tangannya naik turun dari dada sampai perut Inka. Tidak lupa Aldo mulai menjilat dan menggigit kecil daun telinga Inka. Dan benar dugaan Aldo, Inka langsung bangun dari tidurnya dan melotot bulat pada Aldo.

"Hahaha, akhirnya kau bangun juga mbak. Akting tidurmu sungguh payah dan mudah di tebak", kata Aldo terbahak sambil memegang perutnya.

Inka yang tidak terima ditertawakan, secara sepontan menggelitik Aldo secara membabi buta.

"Hentikan mbak, ah sungguh geli. Aku tidak kuat", kata Aldo sambil membalik keadaan dengan memerangkap tubuh Inka.

"Hei, salah sendiri kenapa tiba tiba masuk kamar orang dan menggangguku", kata Inka tersenyum menang.

Aldo terpana melihat senyum Inka. Senyum yang sering muncul di ingatannya yang tiba tiba datang di kepalanya. Tanpa menunggu waktu lama, Aldo semakin memajukan wajahnya dan mencium bibir Inka dengan lembut.

"Aku tahu ini salah, tapi entah kenapa bibir itu seakan mengundangku untuk mencium, menjilat, dan menyesapnya, maafkan aku mbak. Tapi aku tidak akam berhenti", kata Aldo di sela sela ciumannya.

"Lakukan apa yang menurutmu salah, aku juga menginginkannya. Karena aku mencintaimu", gumam Inka dengan suara yg sangat lirih.

"Baiklah, dan aku tidak akan berhenti", kata Aldo tersenyum menang

 He's Your SonWhere stories live. Discover now