11.

8K 310 4
                                    

Setelah puas mengelilingi mall dan menonton. Aldo dan Diana masuk kedalam restauran yang berada diseberang jalan mall yang tadi mereka kunjungi.

"Al, kita duduk di sebelah sana ya. Lebih romantis, dekat dengan piano, jadi kita bisa sekalian ngedate, hehehe"

"Kamu betul sayang, ayo sekalian kita kencan. Nanti kita dansa sekalian"

"Gak ah, malu. Baju kita tidak cocok. Lihat rata rata semuanya memakai gaun dan jas. Kita hanya pakai pakaian casual"

"Gak apa apa, bagiku kamu sudah sanga cantik"

"Gombal!"

"Hehehehe, namanya juga usaha. Ayo kita ke sana"

Aldo dan Diana telah duduk dan memesan makanan di restauran tersebut. Sesekali Aldo memegang tangan Diana, berusaha memberi tahu kekasihnya kalau perasaan yang dulu masih sama. Mendapat perlakuan manis tersebut, Diana hanya tersipu malu dan tersenyum.

"Lihat, pasangan itu sangat romantis. Mereka berdansa bagaikan pangeran dan putri raja. Aku sangat iri Al"

"Jangan aneh aneh deh, ayo cepat habiskan makananmu. Tidak baik kalau makan sambil bicara", kata Aldo tak menggubris ucapan kekasihnya.

"Ih, beneran. Coba kamu lihat dibelakangmu. Mereka pasangan yang serasi. Aku iri Al. Jarang jarang ada laki laki dewasa yang memperlakukan pasangannya bak seorang putri. Beruntung banget perempuan itu"

"..."

"Coba aku jadi perempuan itu, pasti bahagia banget. Hm, eh coba lihat Al!. Mereka so sweet bangetttt", kata Diana antusias.

"Brisik banget sih Din, mana?....", kata Aldo sambil menoleh ke belakang.

Aldo tercekat. Laki laki dan perempuan itu adalah Inka dan suaminya. Pantas saja Diana heboh sendiri. Mereka memang seperti raja dan ratu di restauran ini. Inka memakai gaun panjang yang berwarna merah marun,mempunyai belahan dada rendah, dan belahan bawah gaun yang lumayan tinggi sehingga memperlihatkan kaki jenjangnya. Sedangkan suaminya memakai jas hitam dan kemeja putih yang sangat cocok dengan tubuhnya.

Shitt

Melihat penampilan Inka dari jauhpun bisa membuat junior Aldo berdiri. Apalagi payudaranya yang menyembul, seakan memanggil untuk dipegang dan dihisap. Aldo mengerang dalam hati, kenapa suaminya membiarkan Inka memakai baju terkutuk itu.

"Kenapa Al? Mukamu kok pucat pasi begitu? Kamu sakit?", kata Inka sambil meraba dahi Aldo.

"Tidak sayang, aku baik baik saja. Aku ke toilet dulu sebentar. Kamu habiskan dulu makananmu"

Aldo segera meraih hp nya dan berjalan tergesa ke toilet yang disediakan pihak restaurant.

Di tempat yang sama,

Inka hanya tersenyum kikuk, saat Bara menuntunnya kedepan panggung untuk berdansa. Ia juga merasa sedikit bahagia saat tiba tiba Bara memasangkan kalung sebagai kejutan.

Drrrttt (hp bergetar)

Bocah tengik:
Temui aku di dekat toilet sekarang! Atau aku akan menemuimu dan menciummu didepan orang orang.

"Oh kalian sangat romantis. Kami sangat iri, ya kan pa?", tanya Istri pak Toni.

"Benar, saya dan istri sangat takjub dan bangga memiliki investor yang sangat mencintai istrinya. Benar begitu pak Bara", tanya pak Toni, klien Bara.

"Bapak bisa saja. Benar saya memang sangat mencintai istri saya, begitu juga sebaliknya", jawab Bara Bangga.

Inka tidak menyimak obrolan suami dan klien suaminya. Tubuh Inka panas dingin setelah membaca wa dari Aldo. Darimana Aldo bisa tahu kalau Inka sedang berada di restaurant ini.

"Sayang, kamu kenapa? Kok diam saja dari tadi?", tanya Bara pelan.

"Aku ketoilet dulu ya mas. Aku kebelet pipis. Makanya diam saja dari tadi. Sekalian mau benerin make up aku. Gak papa ya?", tanya Inka.

"Iya gak papa, mau mas anterin?", tawar Bara.

"Gak usah mas. Adek bakalan lama, maklum perempuan"

"Baiklah"

Setelah mendengar persetujuan dari Bara. Inka bergegas ke toilet. Diangkatnya bagian bawah gaun agar Ia bisa berjalan lebih cepat. Sesampainya di depan toilet, Inka menoleh kekanan dan ke kiri untuk mencari keberadaan Aldo.

"Mencariku mbak?", tanya Aldo menyenderkan tubuhnya ke dinding sambil bersidekap.

"Kamu? Kenapa bisa ada disini? Kamu ngapain disin..."

Belum sempat Inka menyelesaikan ucapannya. Tubuhnya sudah di tarik untuk memasuki lift ke lantai 3. Saat keluar dari lantai 3, Aldo menarik tubuh Inka untuk masuk ke sebuah ruangan yang bertuliskan CEO di depan pintunya.

"Apa apaan ini! Kenapa kamu membawaku kesini. Bagaimana kalau karyawan restauran ada yang melihat kita!", bentak Inka sambil melepaskan cekalan tangannya.

Aldo tak menggubris ucapan Inka. Ia berjalan ke arah pintu dan menguncinya. Saat pintu sudah terkunci, Aldo mengambil kunci tersebut dan melemparnya dari jendela.

"Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu buang kunci itu. Bagaimana kita akan keluar?", teriak Inka sambil berusaha mengejar lemparan kunci tersebut, tapi gagal.

Aldo berjalan ke arah sofa, dan duduk melihat tindakan sia sia dari Inka. Aldo meraih hp dan menelfon seseorang.

"Tolong kirimkan bunga mawar putih untuk meja no. 17. Dan katakan permintaan maafku, kalau aku harus pulang duluan ada hal mendesak yang harus aku lakukan"

"..."

"Bagus, kerjakan sesuai perintahku"

"..."

Tut tut tut

"Percuma mbak teriak dan menarik paksa pintu itu. Tidak akan ada yang mendengar dan membukakan mbak pintu", kata Aldo sambil menonaktifkan hp nya.

"Kamu gila. Diluar ada suamiku, bagaimana kalau suamiku tahu. Aku harus berkata apa?"

"Mbak tinggal bilang maaf dan itu sangat simple kan?"

"Kumohon diamlah. Lihat suamiku menelfonku. Aku harus tenang saat menjawabnya"

"Ok"

"Halo mas, ada apa?"

"..."

"Iya, mas tahu sendiri kan kalau adek pasti lama di toilet"

"..."

"Ya tidak apa apa, mas. Adek paham"

"..."

"Adek bisa pulang sendiri, mas hati hati ya. Kapan mas berangkat?"

"..."

"Oh baiklah, salam buat pak Toni dan Istrinya kalau begitu"

"..."

Tut tut tut.

Inka bersyukur keadaan berpihak padanya. Bara suaminya harus pergi keluar kota saat ini juga, sehingga Inka merasa tenang. Kalau perselingkuhannya belum diketahui suaminya, untuk saat ini.

 He's Your SonWhere stories live. Discover now