41

217 7 0
                                    

Vanessa Pov

Aku tersenyum miris.
Miris dengan keadaan saat ini, miris dengan kekacauan yang terjadi, dan miris dengan kondisi Steffani, sepupu ku.

Sulit ku percaya jika saat ini, ahh tidak lebih tepatnya untuk saat ini aku baru mengetahui jika Steffani seorang pemakai.

Ya, seperti yang kalian tahu dengan istilah pemakai.
Dia menggunakan obat obatan terkutuk itu. Mengkonsumsinya tanpa batas dan halangan.

Dan kalian juga pasti tahu efek samping penggunaan obat itu.

Selain akan menjadikan si pemakai ketagihan , obat obatan itu juga akan melenyapkan diri seseorang saat sudah overdosis.

Dan ku rasa, saat ini pun Steffani sudah ketergantungan dengan obat obatan itu.

Dapat ku lihat perbedaan pada tubuhnya saat ini dengan beberapa waktu lalu.

Lingkaran matanya menghitam, tubuhnya mengurus seperti tidak makan berbulan bulan. Dan bibirnya terlihat pucat tidak bergairah dan sedikit membiru.

Cukup bagi ku untuk melihatnya seperti ini, ditambah aku menghadiahi wajahnya dengan tamparan keras juga tendangan pada perutnya yang telak mengenai ulu hati nya.

Bahkan aku hampir kelepasan membiarkan emosi ku meluap saat melihat Steffani menatap ku dengan seringainya.

Dan aku juga tak segan membalas seringai nya dan bersikap angkuh. Jika ada yang memperhatikan gerak tubuh dan ekspresi wajah ku, mungkin orang orang akan mengira jika aku memiliki alter ego atau bisa dibilang kepribadian ganda.

Tapi ku tegaskan , TIDAK !!!
Aku hanyalah aku, tidak ada lagi Vanessa yang lain dalam tubuhku. Tidak ada yang menguasai diri ku selain diriku sendiri.
Semarah apapun dan sekejam apapun aku, hanya diriku lah yang akan memguasai tubuhku.

Untung saja , Vina segera menenangkan ku. Jika tidak mungkin saat ini Steffani hanya tinggal nama.

Vina sangat sangat tahu jika seseorang mengganggu ku soal butik ataupun keluarga ku, aku tidak segan segan mengampuni orang itu.

Meskipun belum pernah ada sejarah aku membunuh seseorang. Setidaknya aku selalu membuat seseorang yang menghalangi ku terluka parah dan berujung pada maut.

***********

Saat ini aku dalam perjalanan menuju sebuah tempat yang Ben siapkan untuk Steffani.

Aku sempat berpikir untuk apa Ben meminta orang orang ku untuk membawanya ketempat itu.

Jika saat ini Ben bersama ku, mungkin aku akan bertanya tempat apa itu. Tapi , aku justru meninggalkannya bersama Vina dirooftop. Dan ku yakin mereka juga pasti akan menyusul ku setelah kepergian ku.

Aku mengikuti titik merah pada gps yang terpasang pada lcd recorder mobil ku.
Ya tentu saja, aku sudah memodifikasi mobil ku untuk hal hal seperti ini, jadi tidak akan merepotkan jika aku sedang dalam pengejaran.

Tiba tiba keheningan dalam mobil ku terganggu dengan bunyi ponsel ku. Ku lihat John menelpon ku. Segera ku pasang headset bloutooth ku dan menggeser tombol hijau pada layar ponsel ku.

" Ada apa ? " tanya ku cepat.

" Maav nyonya, nona Steffani mengeluarkan busa putih dari mulutnya. " balas John tanpa ragu sedikitpun.

" Bawa dia ke rumah sakit terdekat. Aku di belakang mu. " suruh ku dan segera mematikan sambungan telfon.

Aku pun segera mendial nomor Vina. Pada dering kedua langsung diterima olehnya.

" Kau lacak posisi ku, John membawa Steffani ke rumah sakit terdekat dari jaraknya. Aku akan kesana. "

" Baiklah , aku segera sampai. "

Wedding DressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang