28

367 14 2
                                    

Aku mengerjapkan mata ku berulang kali, berusaha menyesuaikan penglihatan ku saat kurasakan hembusan nafas teratur dipuncak kepala ku. Aku mendongakan wajahku mencari sumber hembusan nafas itu. Dan seketika mataku membesar saat melihat sumber hembusan itu. Aroma mint  menguar saat hembusan nafas itu berhembus.

Sedetik aku terpaku pada sosok pria yang tertidur disamping ku. Sebelah lengannya berada dibawah tengkuk leher ku. Aku yakin dia akan kebas saat terbangun nanti.  Aku pun merasakan sesuatu meniban pinggang ku. Ku alihkan pandangan mataku melihat arah pinggang ku. Sebuah tangan kekar memeluk pinggang ku. Jarak tubuh kami terkikis akan tangan kekarnya yang membingkai pinggang ku.

Aku kembali menelusuri tangan kekar itu yang bisa dibilang tidak ingin berjauhan , hingga mataku terfocus pada dada bidang yang membentuk indah tubuhnya. Namun kesadaran kembali merenggut penglihatan ku saat aku menyadari aku tertidur bersama seorang pria, dimana sosok pria disamping ku tidak menggunakan pakaian. Lebih tepatnya mungkin kaos atau kemeja lainnya yang mampu menutupi tubuh bagian atasnya saat ini. Karena setengah tubuh kami masih tertutup dengan selimut.

Aku pun terduduk dengan tiba tiba, lalu melihat kearah tubuhku sendiri. Memeriksa pakaian ku. Utuh. Aku menghembuskan nafas lega saat melihat tubuhku masih lengkap dengan pakaianku. Dan pria disamping ku masih menggunakan celana skiny jeansnya semalam. Ku lihat kemeja yang semalam digunakannya pun teronggok begitu saja diatas soffa.

Ben.
Pria itu menggeliat pelan menyadari gerakan tiba tiba yang ku timbulkan. Dia mengerjapkan matanya lalu duduk bersandar dikepala ranjang.

" Ada apa, Shasa.. " tanyanya sambil mengucek matanya pelan.

" Apa yang kau lakukan disini ? Kenapa kita bisa tertidur diranjang yang sama? " tanya ku menyelidik.

Ben terkekeh pelan dengan pertanyaan ku. Entah apa yang lucu dari pertanyaan ku barusan.

" Kau lupa? Jika semalam aku meminta mu menemaniku disini. ? " tanyanya balik.

Aku memejamkan mataku sejenak mengingat kejadian terakhir saat usai dari ballroom. Lalu aku mengangguk tanda mengingatnya.

" Tapi aku tidak ingat jika kau meminta ku tidur seranjang dengan mu, Ben. " ucapku penuh penekanan.

" Memang.. Kau terlihat lelah semalam. Usai aku mandi kau sudah tertidur diranjang tanpa membersihkan wajah mu lebih dulu. Melihatmu tertidur, akhirnya ku putuskan untuk mengikutimu tidur." Jawabnya santai tanpa merasa bersalah.

" Setidaknya kau bisa tidur di soffa Ben.. " cibirku geram dengan sikap santainya. Aku pun beranjak dari ranjang dan berjalan kearah soffa untuk mengambil tas ku.

" Kau yakin aku harus tidur di soffa?? Bagaimana jika aku tidak bisa bangun saat rasa pegal menggerayangi tubuhku karena tidur di soffa " tanyanya lagi dengan nada manja yang terdengar seperti dibuat buat. Aku memutar bola mata ku malas.

" Setidaknya kau bisa menggunakan kemeja mu saat tidur, Ben !!" Teriakku kesal dan melempar kemejanya kearah ranjang.

Ben terdiam, melihatku dengan pandangan tak terbacanya. Aku mendudukkan tubuh ku di soffa seraya mengusap wajah ku kasar.

" Aku tidak terbiasa tidur seranjang dengan seorang pria bahkan papa ku sekalipun !! " bentakku. " Aku tidak terbiasa melihat seorang pria tidur dengan ku tanpa menggunakan bajunya. " ucapku  lirihnya. Aku menangkup wajahku dengan kedua telapak tangan ku. Menumpukkan siku tangan ku pada pangkuan kaki ku.

Tak terasa setetes airmata ku mengalir begitu saja dari sudut mataku. Kurasakan sebuah pelukan merengkuhku kedalam hangatnya dekapannya.

" Maav jika aku terlalu lancang untuk tidur bersama mu, sayang.. Aku hanya ingin memanfaatkan moment kebersamaan kita. Aku hanya ingin mendekap mu dalam pelukanku semalam. Maavkan aku ya.. " ucapnya menyesel dan mengecup kepala dan keningku berkali kali.

Wedding DressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang