15

479 18 0
                                    

Ben Pov

" Ben , Bennedictus Robert?? "

Willy Abraham , ayah dari gadis ku bertanya seolah tak mempercayai ku saat mengenalkan diri.

Ya, saat ini aku sedang berkunjung kerumah gadis ku. Memang pada awalnya aku berniat berkunjung kerumah menemui gadis ku. Namun saat ku nyalakan sistem GPS di ponsel ku melacak keberadaan gadis ku, ternyata dia ada di butik.

Dan yang ku ingat , Willy Abraham hari ini akan pulang ke rumah usai perjalanannya keluar kota mengikuti sebuah seminar akbar.

Bukan main senang dan gugupnya aku bertemu secara langsung dengan kedua orangtua gadisku. Karena ini kali pertama aku menghadapi situasi seperti ini.
Sebelumnya aku selalu menghindar jika seseorang yang dulu singgah dihati ku meminta ku bertemu dengan keluarganya.

Saat gadisku usai mengenalkan ku pada orangtuanya, dia undur diri untuk keatas. Mungkin kekamarnya. Karena ku lihat dia memasuki salah satu pintu dilantai dua.

" Yaa, saya Ben om.. Putra dari George Robert. " jawab ku menyakinkan.

" Wahh , tak kusangka saya bisa bertemu langsung dengan mu dirumah ku. Saya baru saja bertemu dengan beliau saat seminar kemarin. Dia salah satu narasumbernya kemarin. " sanggah papa gadisku.

" Papa memang lebih menyukai menjadi narasumber untuk belakangan ini, om. " lanjutku.

Dan ditengah tengah obrolan kami, suara cempreng yang ku kenali beberapa waktu ini menggema diseluruh ruang tamu ini.

Kulihat Vina datang dengan wajah sumringahnya, namun tak sedikitpun melihat ke arah ku. Dan usai berbasa basi dengan orangtua gadisku , dia beranjak ke lantai dua dengan tetap mengabaikan keberadaan ku.

Dan satu kalimat yang dia lontarkan saat berdiri dianak tangga cukup membuatku tercengang.

" Dia bukan tamu ku maa.. dan sepertinya dia tidak akan lama duduk bersebelahan dengan papa. " ucapnya dengan angkuh.

Bukan hanya aku yang tercengang mendengarnya, namun saat kutatap kedua orangtua dihadapanku ini pun menampakkan raut serupa dengan ku.

" Maav yaa nak Ben, Vina memang seperti itu. Jangan diambil hati ya.. " ucap Julia mama gadisku. Dan aku hanya bisa menampilkan senyum manis ku memaklumi perkataan Vina.

" Dia pikir siapa? Aku takkan semudah itu untuk mundur. Kita lihat saja nanti. " batin ku.

Kembali kami dalam percakapan dan obrolan ringan , membahas kegiatan kegiatan hingga sudut mata ku dapat melihat gadis ku turun bersama Vina.

Kulirik jam tangan ku, pukul setengah tujuh malam. Ternyata cukup lama kami mengobrol. Ya walaupun hanya tinggal berdua dengan calon papa mertua ku , karena tadi sempat ditinggal mama gadis ku untuk ke dapur menyiapkan makan malam.

Vina pun berjalan kearah dapur meninggalkan gadisku yang masih berada di ujung bawah anak tangga.

" Ahh , sayang . kemarilah.. ada yang ingin papa tanyakan. " panggil papa gadisku.

Vanessa berjalan melangkah kearah kami. Dan duduk disebelah papanya. Aku hanya memberikan senyum manis ku saat Vanessa melihat kearah ku.

" Apa yang mau papa tanyakan ke Nesha ? " tanyanya.

" Apa benar kalian akan segera menikah ?? " tanya papanya.

Vanessa terlihat tegang dengan pertanyaan yang dilontarkan papanya dengan santai.
Dan dia melirik ku dengan kening yang dikernyitkan, seolah bertanya apa maksudnya?

" Nesha sepertinya harus berbicara dengan Ben sebentar paa.. " ucapnya seraya bangkit dari duduknya dan menarik tangan ku.

Aku sontak bangkit berdiri dan mengikutinya hingga ke taman belakang.

Wedding DressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang