39

227 9 0
                                    

Vanessa Pov

Saat ini aku sudah berada di butik.
Tentu butik pusat , Vallents boutiq.
Dan tentunya bersama dengan pria menyebalkan yang dua jam lalu membawa ku secara paksa.
Atau mungkin bisa di bilang menculik ku. Berlebihan memang. Biarlah.

Disaat ini pula lah, diruang kerja ku sudah ada Ben, Vina juga Viko.
Aku tidak mengerti kenapa harus ada Viko juga disini. Bahkan Ben hanya mengedikkan bahu saat ku tanya kenapa sahabat sekaligus sekretarisnya ini berada disini. Padahal aku tidak melihatnya menghubungi pria itu sejak tadi.

Terserah lah. Mungkin nanti akan ku pikirkan.

" Jadi ?? " suara Vina memecah keheningan ruangan yang mendadak sunyi.

Aku menoleh kearahnya..

" Ini , surat panggilan kepolisian yang kau minta. Serta ini semua tagihan yang kau ingin kan. " lanjutnya menyerahkan sebuah file kearah ku.

Ben melirik kearah ku begitu juga dengan Viko. Meskipun sikap mereka tenang tapi aura yang mereka keluarkan berbeda.

Antara marah, bingung atau penasaran ?? Entahlah.

Mengacuhkan tatapan mereka, aku mulai membuka dan membaca kembali isi file ini. Meskipun aku sudah tahu apa yang tertera didalamnya. Dan itu cukup membuat ku marah tertahan saat ini.

" Apa kau juga sudah menyiapkan orangnya? " tanya ku dingin.

Vina tentu saja tahu dengan sikap dingin ku ini jika seseorang mengusik ku dengan bangganya. Dan aku tidak bisa menutup sikap ku ini meskipun ku coba.

" Of course. Kau tenang saja. Bahkan mereka sudah dalam perjalanan. " jawab Vina santai dengan smirk andalannya.

" Apa yang sebenarnya kalian rencanakan ? " kini suara Ben menyela dengan alis sebelah yang terangkat.

" Hanya penjemputan kecil. " jawab ku singkat.

" Lalu untuk apa kalian menyiapkan surat panggilan ini? " tanya Viko kemudian setelah mengerti arah pembicaraan, mungkin.

" Tentu saja untuk bukti penjemputan. Dan ini hanya copyan nya saja. Karena mereka sudah ku berikan yang asli. " sela Vina cepat.

" Aku tahu bagaimana perangai Steffani. Jadi ini hanya gertakan awal. Sebelum dia mencoba kabur dari orang yang akan menjemputnya. " jelas ku.

" Baiklah , aku akan mengawasi untuk sejauh ini. " jawab Ben sambil menilap tangannya didada.

Aku hanya mengangguk. Dan ku lihat Viko mengangguk sekilas saat Ben memberikan sebuah isyarat dengan sekali anggukan.

" Jangan lakukan apapun tanpa instruksi ku. Aku tidak mau menyakiti Steffani meskipun dia membuat kekacauan ini. " ucap ku tegas saat Viko beranjak berdiri dari duduknya.

Bahkan Vina pun langsung melotot saat paham maksud yang ku bicarakan.

Ben tersenyum tipis.

" Kembalilah ke kantor Viko. " ucap Ben pelan.

Tanpa menjawab, Viko berlalu dari ruangan ku.
Vina pun ikut beranjak dari duduknya.

" Aku akan keatas. Ada beberapa gaun yang harus di cek saat ini. " pamitnya dan hanya anggukan kepala ku sebagai jawabannya.

Setelah Vina menutup pintu, aku termenung. Membayangkan apa yang akan terjadi beberapa saat lagi.

Namun tiba tiba ku rasakan tubuhku diraih dari samping.
Ben mendekap ku erat seraya mengusap lembut lengan ku. Dan membawa kepala ku bersandar di bahunya.

Wedding DressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang