36

215 8 0
                                    

Aku tersentak kaget dari tidur ku saat ku rasakan beban berat melilit perut ku. Memaksa mata ku untuk membulat sempurna seolah aku tidak tertidur.

Ku lirik sebuah tangan melingkari perut ku. Reflek aku menghempas tangan itu begitu saja, dan memalingkan wajahku melihat pemilik tangan itu.

Nyaris aku berteriak saat mengetahui pemilik tangan itu adalah tangan Ben.

" Apa yang kau lakukan disini? Bagaimana kau masuk kesini, huhh !! " ketus ku membangunkannya secara paksa.

Pria ini hanya melenguh sebentar lalu menarik tubuhku tuk kembali merebahkan diri.

Aku berusaha memberontak dan melepas pelukannya. Bahkan saat ini dia semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang ku dan menenggelamkan wajahku pada dada bidangnya.

Dada bidang ??

Astaga !!!

" Bennnn !!! Kau yang benar saja !! " teriak ku semakin kencang dan berhasil keluar dari kungkungannya.

Aku mendudukkan badan ku dan menatap tajam padanya.

" Aku sudah pernah mengatakan jika aku tidak terbiasa tidur dengan pria apalagi pria itu bertelanjang dada !! Astagaa !! Kau benar benar membuat mood ku hancur sepagi ini !!" bentak ku yang bahkan tetap tidak didengarnya.

Bahkan aku mendengar dengkuran halus darinya yang saat ini tidur tengkurap dengan sebelah tangannya meraih pinggang ku.

" Tenanglah sayang.. Beri waktu satu jam , aku lelah. " pintanya dengan nada serak.

Akhirnya aku terdiam dan menghela nafas panjang.
Aku memijit kening ku yang mulai berdenyut saat menahan emosi. Aku pun memilih bersandar pada kepala ranjang, dan membiarkan pria ini tetap pada posisinya. Meski sekarang ini kepalanya sudah berada di paha ku menjadikannya bantal.

Aku berfikir, sejak kapan pria ini masuk ke kamar ku?
Apa mama dan papa yang mengijinkannya masuk kesini? Bahkan semalam aku tidak langsung tertidur usai mencoba menghubungi pria menyebalkan ini hingga jam 1 malam.

Satu jam berlalu dengan cepat, aku yang masih bertahan dengan posisi ku ini perlahan mengarahkan mata ku memandang pria yang tertidur dengan pulas di pahaku sebagai bantal. Bahkan tangannya tidak berubah sedikitpun dari posisinya yang melingkari pinggangku.

Perlahan aku membelai rambut pria ini, lembut untuk seorang pria. Ku pikir dia sering pergi ke salon agar rambutnya tetap lembut dan halus. Tidak seperti pada laki laki yang masa bodoh dengan penampilannya.

Ku lihat, pria ini mulai bergerak perlahan. Mengerjapkan mata sebentar lalu mendongakkan kepala keatas menatap ku dan tersenyum lembut.

" Pagi Shasa sayang.. " sapanya dengan suara serak khas orang bangun tidur.

Tapi tak berselang lama, ia kembali memposisikan kepalanya ketempat semula. Bahkan sekarang kepalanya menghadap ke perut ku dengan sebelah tangannya tetap melingkari erat pinggang ku.

" Semoga kelak cepat tumbuh Ben junior didalam sini. " racaunya seraya mengusap pelan dan mengecup singkat perut ku.

Aku melongo dengan ucapannya.
Orang ini kurasa sakit jiwa.
Bagaimana mungkin ada wanita hamil tanpa berhubungan. Aku terkekeh pelan dengan keabsurdannya.

" Hei bangunlah,  ini sudah jam 9. Aku  harus bersiap. " ku lihat Ben tidak terganggu dengan ucapannku. Malah sekarang lebih membenamkan wajahnya pada perut ku.

Aku menggoncangkan badannya lebih kencang lagi dan meneriakinya.

Akhirnya ia merubah posisinya dan itu menjadi kesempatan ku untuk segera berlari ke kamar mandi.

Wedding DressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang