9

568 18 2
                                    

Vanessa Pov

Sejak kejadian malam itu seminggu lalu, aku masih belum bisa melupakannya. Kejadian yang membuatku selalu terbayang olehnya dan memimpikannya. Aggrh , siapa lagi pria mesum yang mengganggu kehidupan ku kalau bukan Ben.

Bahkan semenjak malam itu hingga saat ini, Ben tidak lagi menunjukkan batang hidungnya dihadapan ku. Memberi kabar pun tidak.

Setidaknya itu bisa membuatku bernafas lega sekarang, karena dia tidak mengganggu ku menyelesaikan sketsa gaun mentah dan rancangan yang sedang ku kerjakan bersama para karyawan ku.

Tapi entah kenapa aku selalu memikirkannya bahkan memimpikannya seminggu ini. Aku dibuat aneh dan pusing dengan kehadirannya. Pesona mu terlalu naif untuk diabaikan Ben.

Hanya pria itu yang berani memperlakukan ku seperti ini. Mengambil ciuman pertama ku. Bahkan memeluk ku erat, seperti tidak ingin kehilangan. Tapi sekarang pria itu menghilang tanpa arah.

Calista pun sekarang sudah kembali ke Belanda untuk menuntaskan kuliahnya. Dan yang ku dengar darinya , tunangannya itu adalah sekretaris Ben sekaligus sahabatnya.

" Agggrrhh , sudahlah untuk apa aku terus memikirkannya. Lebih baik aku focus dengan sketsa mentah ku ini. " teriak ku frustasi.

Aku pun akhirnya melanjutkan sketsa sketsa ku yang sempat tertunda.

Tokkk tokk tokk.

" Masuk . " ucapku saat pintu ruangan ku diketuk dan ku lihat Vina yang membuka pintunya.

" Ada apa Vin ? " tanya ku sebelum dia sampai dihadapan meja kerja ku.

" Maav bu, ada kiriman bunga untuk ibu. " katanya dan meletakkan bunga itu dimeja.

" Dari siapa ? " tanya ku malas tanpa melihat Vina.

" Entahlah, kurir tidak menyebutkan nama pengirimnya bu, tapi ada kartu ucapannya terselip di bunga itu bu. " katanya lagi.

Aku melihat sekikas bunga itu lalu mengalihkan pandangan ku ke Vina sambil menyandarkan punggung ku disandaran kursi yang sedang ku duduķi ini.

" Baiklah, kau boleh kembali Vina. terimakasih. "

" Sama sama bu, saya permisi. "

Aku menghela nafas kasar. Mengambil bunga itu dan tanpa kusadari aku tersenyum sekilas melihat bunga itu.

Bunga lili putih serta terselip bunga mawar yang masih kuncup diantaranya.

" Dari mana pengirim itu tau jika aku menyukai bunga lili putih serta kuncup mawar merah?? " gumam ku.

Aku pun mengambil kartu ucapannya. Dan saat ku baca, aku pun kembali tersenyum.

" Maav untuk seminggu ini tak menemui mu, bahkan mengabari mu. Aku harus menyelesaikan pekerjaan ku sebelum menemui mu lagi. "

Dan tanpa nama pun aku tahu siapa pengirim bunga ini. Siapa lagi kalau bukan Ben. Hanya dia orang yang tak ku temui seminggu ini bahkan hanya dia yang sedang menari di pikiranku.

" Aggrhh , memangnya siapa kamu untuk ku pikirkan saat ini. Lagi pula aku dan kamu tidak memiliki hubungan apa pun. Bahkan kita kenal baru ditiga kali pertemuan. " kesal ku.

Aku meletakkan bucket bunga itu di meja lalu kembali focus pada pekerjaan ku.

Author Pov

Siapa sangka jika kepulangan Ben seminggu lalu dari Bandung menyisakan beberapa pekerjaan. Dan saat ini pun Ben sudah berada di Bandung lagi usai melakukan meeting bersama para penanam saham sehari kepulangannya bersama Vanessa minggu lalu.

Berkutat dibidang advertising tentunya bukan hanya menguras pikiran tetapi juga tenaga dan waktu. Ditambah saat ini perusahaan advertising cabang Bandung nya sedang mengalami masalah.

" Fik , kau sudah mengirim bunga yang ku minta kan?? " tanya Ben sambil berjalan keluar ruang meeting.

" Mau nya?? " tanya balik Fiko.

" Kau tulis pesan sesuai apa yang ku katakan kan? " tanya ku lagi.

" Hmmm.. mungkin. " jawab Fiko sambil berpikir.

Entahlah apa yang sedang dipikirkan Fiko. Entah kekawatiran sang pujaan hati yang jauh disana. Entah hubungan antara Ben dengan seorang gadis yang pernah ditemuinya saat menghadiri acara pertunangannya.

Fiko juga merasa , Ben tidak pernah bersikap seperti ini terhadap seorang gadis. Bahkan dengan sang mantan yang menghilang 4 tahun lalu tidak seperti ini. Sampai harus mengirimi bucket bunga dan juga mencari tau secara detail info tentang gadis itu.

" Heii, awaass !! Kau melamun apa sih ? " tanya Ben saat melihat Fiko hampir menabrak pintu ruangan Ben.

" Ahh, ti-tidak.. " jawab Fiko tergagap.

" Apa yang kau pikirkan?? kalau merindukan Tata sebaiknya kembali ke ruangan mu dan hubungi dia. " saran Ben.

" Mungkin , tapi saat ini aku lebih memikirkan mu Ben . " ucapnya

" Aku ? kenapa dengan ku ? " tanya Ben kebingungan.

" Entahlah , ohya sore ini kita sudah bisa kembali ke Jakarta lagi. Dan besok kau bebas dari semua pekerjaan mu. "

" Benarkah?? baguslah.. jadi aku bisa menemui Shasa. "

" Shasa ?? Vanesa maksud mu?? "

" Iya , aku memintanya untuk membiasakan diri dengan panggilan barunya. "

" Aku rasa aku benar sekarang.. "

" Terserah apa yang sedang kau pikirkan saat ini, apa jadwal ku setelah ini ? "

Fiko pun kembali membuka tab nya untuk mengecek jadwal bosnya sekaligus sahabatnya ini.

" Hmm.. hanya menyelesaikan apa yang seharusnya kau selesaikan disini saja. Karena meeting tadi adalah yang terakir. "

" Baiklah. "

Fiko pun melangkah keluar ruangan Ben , dan menyelesaikan berkas berkas yang harus dibawanya ke Jakarta nanti.
Ben pun melakukan hal yang sama, dan bersiap untuk segera pulang ke Jakarta dan menemui gadisnya.

Mengingat tentang gadisnya , Ben terus tersenyum saat menyelesaikan pekerjaannya. Bahkan berulang kali melirik wallpaper ponselnya yang sekarang sudah berganti photo Vanesa.

Wedding DressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang