18

403 19 2
                                    

" Benedictus Robert "

Dua kata yang menjalin sebuah nama yang selalu terngiang di otak cantik ku ini. Entah kenapa selalu wajah tengilnya itu selalu mengganggu pikiran ku.

Dan bagaimana bisa seorang Benedictus Robert bisa mengacaukan pekerjaan ku yang biasanya mampu ku atasi dengan segera begitu saja ?

Apa yang membuat pesona mu selalu mengganggu ku , Ben ?

Aku hanya sekedar mengenal mu , bahkan dalam satu hari kita bisa bertemu dua kali.
Ya Tuhan , ada apa dengan ku ?

Tidak seharusnya aku seperti ini. Aku tidak pernah sekesal ini. Ahh tidak , tepatnya saat ini aku frustasi dengan segala tingkah dan ucapannya.

Ya aku frustasi karenanya.
Caranya menatap ku , caranya berbicara pada ku , caranya memperlakukan ku. Dan , caranya yang berterus terang tentang tujuannya saat bertemu dengan orang tua ku.

Gila.
Aku bisa gila karena mu , Benedictus Robert !!!

Aaaggggrrrhhhttt !!!

" Vina , aku butuh bantuan mu ! " ucapku geram namun terkesan datar saat mendial interkom yang langsung tertuju keruangannya.

Tak berapa lama ketukan pintu ku dengar , aku berjalan kearah pintu dan membuka kuncinya.
Ya aku memang mengunci pintunya , karena aku sedang tidak ingin melihat lelaki itu saat ini. Hingga akhirnya dia menyerah dan mengatakan akan pergi.

Sungguh untuk saat ini aku tidak peduli dengan sikapnya tadi. Aku sangat membenci perdebatan di pagi hari jika mood ku sedang tidak baik.

" Bantuan apa yang kau maksud , Nes ? " tanya Vina saat aku membuka pintu dan dia langsung menerobos masuk kedalam dan duduk di sofa.

" Aku ingin kau mencari tahu semua hal tentang Ben . " kata ku datar.

Vina mengangkat alisnya sebelah. Menatap ku tajam dan tersenyum kecut pada ku.

" Itu mudah , hanya saja apa kau benar ingin mengetahui tentangnya? " tanyanya

Aku menyandarkan punggungku di sofa yang diduduki Vina dan menghembuskan nafas kasar.

" Kau tahu apa yang ada dalam pikiran ku , Vina. Dan aku tidak mau mengambil keputusan yang salah. " jelasku sambil memijit kening ku.

Kepala ku berdenyut saat mengingat lelaki itu. Ada desiran aneh saat aku mengingatnya. Bahkan hanya dengan menyebutkan namanya saja , hati ku rasanya sangat senang.

" Aku tidak tahu apa yang sedang ku rasakan saat ini. Tapi ini kedua kalinya jantungku berdetak secepat ini hanya karena seorang pria. " jelasku lagi menatap Vina dan berpapasan dengannya yang melihat ku intens seolah berkata apa maksud mu ?

Aku memang menyembunyikan hal ini darinya. Vina memang sahabatku sekaligus assisten pribadi ku. Tapi untuk hal yang lebih mengarah ke hati paling dalam, aku tidak pernah berniat menceritakan padanya tentang lelaki yang pernah singgah di hati ku saat masih duduk di bangku sekolah.

" Satu yang pasti harus kau tahu , Vina . Aku ingin mendapatkan dengan segera hasil pencarian mu tentang Benedictus Robert ! " kataku lagi dengan lebih menekankan nama lelaki itu.

" Dan jangan kau berikan tatapan mu itu padaku . Aku terlalu malas untuk menjelaskannya saat ini. Aku harap usai meeting kita siang ini. Aku sudah mendapatkan apa yang ku mau Vina. " ucapku dan langsung berdiri meninggalkannya yang masih terdiam duduk di sofa.

Namun langkah ku yang hampir memegang handle pintu terhenti saat Vina berkata " Kau bisa mengandalkan ku , Nes. Dan akan selalu seperti itu. "

Aku tak menghiraukan ucapannya dan berlalu meninggalkannya.
Aku butuh menenangkan hati dan pikiran ku sebelum meeting dengan klien. Aku tidak ingin memberikan hasil yang buruk pada klien ku karena mood ku sedang down seperti ini.

Wedding DressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang