7

576 21 0
                                    

Ini adalah hari terakhir Vanessa berada di kota Bandung. Sesuai dengan perkiraan sebelumnya bahwa Vanessa akan menyelesaikan pekerjaannya tepat 3 hari.
Namun siapa sangka jika sang penafsir waktu ini diharuskan menunda kepulangannya di Jakarta karena sebuah undangan pertunangan.

Ya, undangan berbentuk kotak berbalut Amplop tebal berwarna emas itu terlihat elegan dengan design minimalis.
Tertera nama Vanessa Almaira Abraham di amplop emas itu.

Undangan pertunangan. Tepatnya pertunangan Calista sahabatnya. Mau tak mau Vanessa merelakan beberapa jam jadwal kepulangannya demi hadir diacara pertunangan sahabatnya ini.

Tepat pukul 19.00 , Vanessa hadir di sebuah ballroom salah satu hotel berbintang di kota Bandung ini. Entah ide darimana Calista merayakan pesta pertunangannya di kota ini. Padahal yang Vanessa tau, rumah Calista berada di Jakarta.

Memasuki ruangan luas yang di dominasi warna cream cerah ini, Kaki jenjang Vanessa terus melangkah mencari sosok sahabatnya. Berniat menuntaskan kata selamat dan berpamitan pulang ke Jakarta secepatnya.

Diabaikannya tatapan tatapan lapar para pria yang meliriknya, meski mereka pun dikelilingi oleh wanita wanita anggun.

Gaun malam selutut berwarna hitam tanpa lengan itu begitu pas melekat di tubuh Vanessa, dengan detail manik swarroski membentuk garis lurus dari bahu hingga ujung lutut gaun yang ia kenakan semakin mempercantik tampilannya.

Dengan make up tipis dan lipstik berwarna merah match itu semakin memperlihatkan sosok anggun nan angkuh Vanessa.
Berjalan menyusuri beberapa tamu undangan, akhirnya mata dengan bulu mata lentik ini menemukan Calista sahabatnya.

Melangkahkan kaki kearah sahabatnya dengan langkah pasti, namun naas niat hati agar segera mengucapkan kata selamat harus tertunda karena insiden kecil.

Terlihat seorang pelayan berjalan dengan tergesa dan menabrak bahu Vanessa dengan keras sehingga membuat tubuhnya sedikit oleng ke belakang.

Pyaaarrrr....

Refleks Vanessa memejamkan matanya saat akan terjengkang kebelakang. Namun tak dirasa tubuhnya menghantam lantai.
Suara pecahan gelas yang dibawa seorang pelayan tadi membuat beberapabpasang mata disekitarnya menoleh kearah Vanessa.

Bahkan Calista dan Fiko yang sedang berbincang dengan beberapa tamu didekat Vanessa langsung beranjak menghampiri.

" Kau tak apa , nona?? " tanya seorang pria yang ternyata kini sedang menopang tubuh Vanessa dengan sebelah tangan dibawah tubuhnya dan sebelah tangannya lagi melingkar didepan perutnya mempererat topangannya.

Suara itu..

Perlahan Vanessa membuka matanya. Dilihatnya seseorang menopang tubuhnya dari insiden memalukan ini bila benar benar Vanesaa terjatuh ke lantai.

Dengan kesadaran penuh, Vanessa bangkit dari topangan pria itu dan berdiri tegap kembali. Dilihatnya pria itu, Vanesaa membulatkan matanya disaat dia tau pria itu ternyata adalah Ben.
Kembali memasang wajah datarnya akan keterkejutannya dan memasang senyum simpul.

" Tak apa, trimakasih. " ucap Vanessa datar.

" Neness... ada apaa? apa yang terjadi dengan mu? " tanya Calista panik saat berada dihadapannya. Calista pun terkejut jika sahabatnya yang mengalami insiden kecil ini.

" Aku tak apa Caca, seorang pelayan tergesa gesa dan tak sengaja menabrak ku. Maav mengacaukan pesta mu.. " Sesal Vanessa.

" Heii tak apa.. maav juga atas ketidaknyamanan mu di pesta ku, Nenes.." timpal Calista ikut menyesali apa yang terjadi.

Vanessa hanya tersenyum singkat. Pelayan yang tadi menabrak bahunya pun telah meminta maav langsung pada Vanessa dan segera membersihkan kekacauan yang ditimbulkannya.

Ben yang sedari tadi melihat interaksi antara Vanessa dan Calista adiknya diam diam menarik ujung bibirnya tersenyum singkat. Hatinya menghangat saat menopang tubuh mungil itu.

Diingatnya bingkai wajah Vanessa yang cantik, mata hazzel teduhnya , bulu mata lentiknya dan bibir tipisnya begitu menggoda saat berada dalam topangan tangannya.

Sejak awal kedatangan Vanessa, Ben melihatnya masuk ke ballroom. Dirasa Vanessa kebingungan dengan langkah pasti ia melangkah mendekatinya walau tak secara langsung menyapa.
Diam diam diikuti tubuh mungil nan anggun itu, hingga tiba tiba dilihatnya ada seorang pelayan berjalan tergesa gesa dengan membawa nampan berisi minuman tanpa melihat jalan dengan benar.

Dan benar dugaannya, pelayan itu tak sengaja menabrak bahu Vanessa dengan keras dan membuatnya oleng ke belakang.
Dengan sedikit berlari , Ben segera menangkap tubuh mungil itu dalam dekapannya sebelum tubuh itu menghantam lantai.

" Hei , kaki mu mengeluarkan darah.. sepertinya tergores pecahan kaca gelas tadi. " ucap Ben tiba tiba saat memperhatikan tubuh mungil Vanessa dari ujung kepala hingga kaki secara diam diam

Serentak Vanessa , Calista dan Fiko yang sedang berbincang mengalihkan arah mara mereka ke kaki jenjang Vanessa.

" Ohh astaga Nenes kaki mu berdarah.. Ayo cepat kita obati dulu. " ajak Nenes setelah menguasai rasa terkejutnya.

" Tak usah tak apa.. aku akan segera pulang dan membersihkannya dirumah nanti. " jawab vanessa tenang

" Jangan biarkan luka kecil itu menghiasi kaki jenjang mu , Vanessa. " sebuah suara tegas memecahkan rasa canggung Vanessa dan Calista.

" Tak apa , aku akan segera pulang, Oh yaa selamat atas pertunangan kalian ya... semoga langgeng sampai pelaminan nanti. " ucap Vanessa mendoakan Calista dan fiko.

Tanpa aba aba Ben langsung menarik tangan Vanessa untuk segera mengikutinya.

" Heii apa yang kau lakukan , huhh?? " ronta Vanessa menarik kembali tangannya agar mereka berhenti.
Namun gengaman tangan Ben semakin erat saat Vanessa mencoba melepasnya.

Sedangkan disisi lain, Calista dan Fiko terlihat kebingungan dengan apa yang dilakukan Ben pada Vanessa.
Sedetik kemudian Calista dan Fiko tersenyum penuh arti.

" Semoga pemikiran kita sama ya sayang
.. " ucap Fiko menatap Calista penuh cinta.

" Ya, semoga mereka bisa bersatu walau tak saling mengenal untuk saat ini. " balas Calista dengan senyuman lebarnya.

Calista dan Fiko pun kembali bergabung dengan para tamu yang lain saat tak lagi melihat Vanessa yang dibawa kabur begitu saja oleh Ben. Berharap akan ada secercah perubahan hati Ben saat bersama Vanessa pikir Calista dan Fiko.

Wedding DressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang