Perasaan sesungguhnya

915 39 0
                                    

Rabu pukul 06:40 .

Vania sedang asyik mengobrol dengan teman sebangkunya. Namun seseorang datang menghampiri dan menyapa.

“Hai.” sapa Aldi tersenyum

Silka memandangnya.

“Ekhem.. gue ke kantin dulu yah. Laper hehe.” Silka beranjak

Vania pun memandang Aldi dengan tatapan yang sinis.

“Gue ikut.” Vania memegang tangan sahabatnya dan pergi begitu saja meninggalkan bujangan itu sendiri.

Di kantin sekolah.

“Lo sama Aldi kenapa? Kalian marahan?” tanya Silka kepo

“Iya sil gue kesel sama dia. Kemaren Vela fitnah gue dorong dia sampe jatoh. Terus Aldi belain dia, bentak gue dan pergi gitu aja. Iya dimatanya yang tersakiti itu mantannya. Tapi di kejadian sebenernya justru gue yang tersakiti sil. Hebat. Sandiwara Vela emang hebat.” ungkap Vania

“Hah? Vela emang keterlaluan. Pantes aja banyak orang yang benci sama dia. Asal lo tau Van. Orang yang selama ini selalu buat berita heboh di mading itu dia. Lo harus hati-hati. Bisa-bisa kejadian lo itu di jadiin berita lagi sama dia.” jelas Silka

“Jadi rumor rumor itu dia yang buat?” tanya Vania kaget

“Iya. Mentang-mentang dia cewek paling populer di sekolah.”

Vania terdiam sejenak.

“Tapi gue yakin Sil. Kejadian kemaren gak akan dia jadiin berita heboh.”

“Mudah-mudahan.” Silka berharap

Siang ini terik sekali. Namun kilauan itu yang membuat gumpalan awan putih menari di angkasa.

Aldi menghampiri Vania dan memegang tangannya.

“Lepasin gue.” bentak Vania seraya melepaskan genggamannya. Ia pun berlari keluar kelas.

“Vania bener bener beda dari biasanya. Apa dia masih marah sama gue?” Aldi bertanya-tanya dalam hati.

•••

Vania menatap langit malam ini.

“Kata Aldi bintang yang paling terang itu gue. Bintang yang selalu tersenyum bahagia, ceria dan tak pernah bersedih. Kalo gue adalah bintang itu, berarti gue nggak boleh sedih kayak gini. Gue harus kembali menjadi diri gue yang sebenarnya. Gue janji. Gue akan selalu menjadi bintang yang paling terang itu dan gak akan pernah membiarkannya redup lalu menghilang.”

Dobrakkk...

Nenek mengejutkannya dengan membuka pintu.

“Vania. Ada teman dekat kamu yang datang.”

“Teman dekat? Silka? Atau jangan-jangan…”

Vania pun beranjak dan menghampiri sang nenek.

“Makasih nek.” Vania tersenyum

Vania berlari ke ruang tamu. Tetapi tak ada seorang pun yang terlihat menduduki sofanya. Ia pun mencoba mencari keluar rumah. Ya! Seorang lelaki yang sedang menunggu dengan gitarnya.

“Siapa?” tanyanya pada lelaki yang sedang membelakanginya itu.

Lelaki itu membalikkan badan dan tersenyum.

Sweet Bitter [COMPLETED]Where stories live. Discover now