I Fall in the Autumn Part 3

Mulai dari awal
                                    

" Habis, aku kan belum pernah kesana....... " kataku sembari menunduk dan memasang wajah kasihan.

" Oke!! Cafe Ruoka!! Deni yang traktir" kata Satria bersemangat sambil masuk ke lapangan basket.

" Wait!! Kamu yang traktir ya enak aja. Hoi Emi, Satria yang traktir, catat itu ya" kata Deni sambil lari mengikuti satria kemudian memukul kepalanya.

Aku memandangi mereka berdua dengan perasaan bahagia. Aku menyukai atmosfer seperti ini. Kepada merekalah aku nyaman untuk bercerita dan bertindak seperti diriku sendiri. Meski kadang aku sering mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari para penggemar mereka, tapi itu tak jadi masalah buatku untuk menghentikan pertemanan kami. Satria dan Deni adalah pria-pria tampan yang berprestasi, aku tahu itu dan aku bangga karenanya. Aku mengenal mereka jauh sebelum para fans menyukai mereka. Aku tahu segala kelakuan mereka baik dan buruk. Dan aku menyayangi mereka sebagai bagian dari hidupku.

Dan, mereka juga tau kepada siapa hatiku tertambat. Meski terkadang Satria sering mengeluhkan sampai kapan aku terus terhenti pada orang yang tak pernah sekalipun memikirkan aku. Aku pun tak mengerti. Namun untuk saat ini, fokusku bukanlah tentang itu. Aku hanya ingin menggapai sesuatu yang akan membuat orang tuaku dan juga mereka bangga padaku. Seperti aku bangga pada mereka.

Tunggu, aku merasakan perasaan yang tidak enak. Sepertinya ada mata yang memandangku tidak enak. Aku memalingkan pandangan ke sekeliling. Tak sengaja aku menemukan geng kelas 3 yang terkenal cantik namun kasar memandangku dengan tatapan tidak menyenangkan. Raut mereka seperti marah. Aku merasa tidak enak. Cepat-cepat aku masuk ke dalam kelas dengan sedikit menggigil takut, menunggu waktu bel berbunyi tanda dimulainya kompetisi basket.

Bel sekolah pagi ini berbunyi panjang. Pak satpam seakan tahu bahwa hari ini adalah hari yang paling ditunggu oleh murid-murid. Itu artinya, kompetisi liga basket antar sekolah dimulai. Di pertandingan pagi ini, sekolah Deni, SMK 1 all stars melawan SMA kami all stars. Aku berlari memasuki lapangan basket dan berdiri di dekat tim basket sekolahku. Kulihat dari kelas 2, hanya Satria dan Adrian yang memperkuat posisi tim, sedangkan Andre yang sekelas denganku duduk di bangku cadangan. Kulihat Deni menggoda Satria mengenai taruhan kami sebelumnya. setelah pemanasan sejenak, wasit memanggil kedua tim untuk bertemu di tengah lapangan. Kemudian meniupkan peluit sambil melempar bola basket tinggi-tinggi tanda dimulainya pertandingan.

Aku berteriak menyemangati Satria dan Deni. Andre yang duduk di dekatku langsung memukul tanganku.

" Dukung sekolah sendiri donk Em " katanya yang hanya kubalas dengan cengiran malu.

Pertandingan berlangsung sangat seru dan sengit. Kedua tim tidak mau untuk mengalah. Tembakan demi tembakan, lemparan demi lemparan, diwarnai dengan teriakan para pendukung, baik dari tuan rumah maupun dari sekolah lain yang ikut datang untuk menonton. Aku pun melihatnya. Naoki. dia duduk di antara jajaran kelasnya. Keren sekali aku melihatnya di bawah sinar matahari pagi ini. Dia berteriak menyemangati tim sekolah kami, sambil tertawa dan bercanda dengan teman-teman yang lainnya. Aku sesekali melirik ke arahnya dan menyisipkan senyum kecil setiap kali melihatnya bahagia di tengah-tengah keramaian. Seperti ini saja sudah cukup bagiku. Aku sudah sangat bahagia.

Pada akhirnya, sekolah kami lah yang memenangkan pertandingan dengan score yang beda tipis dengan sekolah Deni. Deni nampaknya yang paling kecewa, terlihat dari teriakan kekesalahannya yang paling keras dan panjang. jelas saja, karena dia yang akhirnya harus menraktir aku dan Satria.

Aku membuka tasku dan mengeluarkan botol minumanku. Tenggorokanku kering setelah berteriak-teriak tadi. Baru seteguk aku meminum air, Satria sudah merebut botol minumanku dan langsung menghabiskan setengahnya. aku teriak protes,

I Fall in the Autumn (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang