"Jika tidak bisa tidur, berarti kau sedang memikirkan sesuatu. Apa kau memiliki masalah ? Cerita saja padaku. Siapa tahu aku bisa membantumu ?" ucap Adrian yang membuat Lara langsung menatap pria itu dengan tatapan yang malasnya.

'Bagaimana aku bisa menceritakan masalahku padamu, jika kaulah masalahku itu ?' batin Lara dalam hati.

"Tidak ada. Aku hanya terserang kecemasan sebelum menikah. Para wanita biasa mengalaminya." ucap Lara mencoba meyakinkan Adrian sambil tersenyum kecil pada pria pria itu.

"Benarkah ? Tapi.. kusarankan padamu untuk jangan terlalu sering mengkonsumsi obat-obatan seperti itu. Itu akan berpengaruh pada Asi-mu dan aku tidak mau putraku terkena imbasnya nanti." ucap Adrian yang kini membuat sebelah alis Lara terangkat dan menatap pria itu dengan pandangan aneh.

'Wow.. sejak kapan dia tahu banyak tentang Asi seperti itu ? Itu mengejutkan sekaligus... aneh ? Apa sekarang dia ingin berubah menjadi suami siaga yang pengertian begitu ? Hmm...' batin Lara dalam hati.

"Yaya... baiklah. Sudah ya, aku mau kekamarku dulu, sekarang." ucap Lara lalu berjalan pergi dari sana. Tapi baru beberapa langkah berjalan, Lara akhirnya kembali berhenti karena...

"Aku sudah tahu semuanya dari Papa."

Deg.

Lara langsung saja berbalik dan menatap Adrian bingung disana.

"Apa maksudmu ?" ucap Lara pura-pura tidak mengerti.

"Kau menerima pernikahan ini karena terpaksa, kan. Kau tidak bisa tidur karena memikirkan ini, kan." ucap Adrian pelan sambil kini menatap Lara dengan tatapan terluka.

Lara diam.

Ya.. sepertinya tak ada gunanya lagi sekarang untuk berbohong.

"Ya. Kau benar. Aku memang merasa terpaksa menerima pernikahan ini. Lalu apakah setelah kau mengetahuinya kau akan membatalkan pernikahan ini ? Tidak 'kan. Aku sangat tahu itu, karena daripada memikirkan perasaan orang lain kau selalu memikirkan dirimu sendiri. Kau selalu mendahulukan kepentinganmu dulu tanpa memikirkan apakah orang lain yang turut andil didalamnya setuju dan merasa bahagia atau tidak. Itulah sifatmu sejak pertama kali kita bertemu yang sangat aku ingat. Dan nyatanya kau tidak pernah berubah Adrian. Aku takut pernikahan ini tidak berhasil karena sikapmu selalu seperti ini. Lebih baik batalkan saja pernikahan ini dan ya, tentang ancamanmu saat itu, kau akan membawa pergi Kenzo bersamamu, kan. Bawa saja dia pergi bersamamu. Bawa putamu itu pergi jauh bersamamu. Jauhkan dia dariku dan jangan biarkan dia bertemu denganku, karena aku tidak peduli. Lakukan saja apapun sesukamu karena... aku merasa harus menyerah sekarang sebelum semuanya terlambat. Aku benar-benar menyerah sekarang, Adrian. Aku sudah menyerah." ucap Lara sambil kini mencoba menguatkan dirinya sendiri untuk tidak menangis disana.

"Baiklah jika itu maumu. Pernikahan kita akan aku batalkan tapi, perlu kau tahu... aku hukan seorang penjahat yang akan mengambil seorang anak dari ibunya. Aku tidak setega itu. Yang masih aku tidak bisa mengerti disini, kenapa kau merasa terpaksa dengan pernikahan ini ? Kukira kau memiliki perasaan untukku, kukira kau mencintaiku ? Apa aku sudah salah mengartikan sesuatu disini ? Apa kau tidak pernah memiliki perasaan sedikitpun untukku ?" ucap Adrian yang tentu saja membuat Lara diam membisu karena... ia tak tahu akan menjawab apa disana.

Perasaan ?

Cinta ?

Sebenarnya bagaimana perasaanya sediri pada Adrian, Lara juga tidak mengetahui apa jawabannya.

Terkadang perasaan cinta itu muncul tiba-tiba disaat sebuah momen dan keadaan yang saat itu tercipta, tapi... Lara juga merasa perasaan cinta itu tiba-tiba hilang saat melihat amarah Adrian yang meledak-ledak padanya. Saat itu ia langsung melupakan rasa cintanya begitu saja pada pria itu.

The Bad Jerk ✔ [Warren Series #2]Where stories live. Discover now