mt38

2.6K 153 26
                                    


Hari berjalan sama seperti kemarin sampai detik ini,dimana sang matahari belum benar – benar ada di atas kepala. Dimana Fariz yang masih sibuk dengan pertandingan basketnya, dan Fariska yang masih menjaga tiket di gerbang sekolah. Dan satu lagi hal yang sama,yaitu tentang pikiran Fariska. Fariska masih kepikiran kejadian kemarin,pikirannya masih terngiang – ngiang dimana Devan yang selama ini terlihat oleh mata Fariska dan semua orang adalah laki – laki pembuat masalah yang sepertinya tak ada masalah berarti dalam kehidupannya.

Namun,Fariska salah besar,laki – laki bernama Devan itu lebih tau pahitnya dunia ini karena masalahnya daripada dirinya sendiri. Memang betul kata orang,kita ga bisa menilai seseorang dari luarnya,seseorang yang terlihat kuat nyatanya bisa lebih lemah,mereka hanya tak mau terlihat lemah di mata orang lain.

Fariska mengembuskan napasnya kasar,ia menjambak rambutnya sendiri sambil menundukkan pandangannya. Baru kali ini,ia merasakan hal seperti ini,dimana dirinya bisa mengkhawatirkan orang lain seperti ini. Dan batang hidung Devan masih belum terlihat sampai detik ini. Dari pagi,Fariska menjaga gerbang sekolah dan melihat satu persatu orang – orang yang masuk ke sekolahnya namun ia tak melihat Devan,padahal gerombolan teman Devan sudah masuk daritadi.
“Mungkin dia masih nemenin mamanya” batin Fariska.
-
Matahari sudah tepat diatas kepala,dan udara pun kian panas. Oleh karena itu,Fariz yang masih mengenakan baju basketnya yang berkeringat itu,seorang diri membeli minuman dingin di kantin yang cukup ramai. Setelah membeli minuman yang diinginkannya dan bertegur sapa sekilas pada orang – orang yang memanggilnya,Fariz hendak kembali ke ruang basket.

Buukk!!

Dan tepat di tikungan koridor yang sepi,ia menabrak seseorang.

“Sorry,sorry. Lo gapapa kan?” tanyanya sambil membantu orang yang ditabraknya mengambil beberapa foto yang terjatuh. Dan mata Devan membulat ketika melihat foto – foto yang terjatuh itu adalah foto Devan.

Orang yang ditabraknya ini dengan cepat menarik foto yang masih dipegang Fariz dan mereka pun sama – sama berdiri.

“Lo lagi?!” ujar Fariz tak percaya,karena lagi – lagi ia bertabrakan di tikungan dengan orang itu lagi.
Cassie mengembuskan nafasnya kasar,dan hendak berjalan tanpa meladeni Fariz.

Namun,Fariz yang sudah penasaran dengan cepat menahan lengan Cassie dan membuat Cassie ke posisi semula.

“Ngapain lo punya foto Devan sebanyak itu? Lo fansnya Devan?”

Dan jawabannya adalah…
Cassie malah pergi begitu saja menjauhi Fariz.

“Eh, kok malah lari sih?!” teriak Fariz ke Cassie,namun Cassie benar – benar tidak peduli dengan Fariz.

“Dasar,cewek aneh” gerutunya.
-
Fariz sudah berleha – leha di rumah setelah dua jam yang lalu,Fariska menyuruh dirinya untuk pulang duluan karena Fariska masih ada urusan. Dan sekarang sudah jam 5,namun Fariz tak tahu Fariska sudah pulang atau belum,padahal ada sesuatu hal penting yang ingin ia ceritakan.

Fariz pun membuka aplikasi berwarna hijau di handphonenya dan membuka chatnya dengan Fariska.

FariskaQ
Fariz : “Udah pulang belom oy?”

Sudah 5 menit pesannya terkirim,namun Fariska belum membacanya.

Fariz: “p”
Fariz: “p”
Fariz: “p”
Fariz: “p”
Fariz: “p”
Fariz: “p”
Fariz: “p”
Fariz: “p”
Fariz: “p”
Fariz: “p”
Fariz: “p”
FariskaQ: “KALEM DONG OYYY GA USAH NGEGAS”
Fariz: “JAWAB BG”
FariskaQ: “UDAH SIISTT” (read)
-
Fariska mengembuskan napasnya dan membaringkan tubuhnya yang sudah lelah ini setelah melihat pesan yang ia kirim di read saja oleh Fariz.

MY TWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang