mt7

7.4K 420 0
                                    

Fariska memutar kenop pintu,didorongnya sampai pintu terbuka sempurna. Angin menyambutnya,membuat rambut Fariska yang dikuncir seperti ekor kuda itu bergerak mengikuti arah angin.

Atas gedung sekolah. Inilah tempat persembunyiannya,tempat kesukaannya. Fariska melangkah ke pinggiran gedung. Bisa dilihat olehnya murid lain yang sedang mengisi waktu istirahat mereka dari atas sini. Ia menatap langit,hamparan warna biru cerah bersama kelompok kelompok awan putih terpampang disana. Angin menerpa wajahnya,anak rambut Fariska bergerak kesana kemari kemudian ia menyelipkan anak rambut tersebut di belakang telinganya sambil menatap ke bawah. Lantai yang ia pijak,tempat ia berdiri.

"Gue udah di atas dari yang lain,tapi masih aja ga bisa megang putihnya awan" ujarnya sendiri.

Itulah keinginan Fariska. Memegang awan. Hal yang cukup mustahil memang,tapi Fariska ingin sekali mewujudkan keinginannya itu.

Pernah,saat ia SMP bersama keluarganya hiking. Tapi,saat dipuncak Fariska melihat hamparan awan dibawahnya. Logikanya berjalan kalo gitu,tadi gue udah ngelewatin awankan? Ko gue ga ngerasain apa apa? Pikirnya seperti itu.

Klikk...

Pintu terbuka,Fariska spontan melihat ke arah pintu. Muncullah cowok yang tak dikenalnya. Cowok itu menyadari kehadiran Fariska lalu dengan cepat cowok itu berbalik berniat kembali.

"Tunggu!" niat laki laki itu terhenti saat Fariska memanggilnya.

"Sini aja kali" ujar Fariska ramah. Cowok itu berbalik. Ia meneguk ludahnya gugup. Ia ragu antara akan pergi menuju Fariska atau berbalik dan pergi.

Cowok itu berjalan mendekat,tangannya di sembunyikan di belakang punggungnya. Sekarang, tubuhnya sudah sejajar dengan Fariska. Di tatapnya Fariska sekilas,ternyata yang ditatap juga menatapnya. Itu membuatnya malu dan langsung memalingkan mukanya.

"Kenapa? Gue nyeremin?" tanya Fariska.

"Eh,oh engga kok" jawab cowok itu canggung.

"Canggung amat sih lo" Fariska menyenggol lengan cowok itu berusaha menghilangkan kecanggungan ini. Suasana yang tak disukainya,dan suasana seperti ini sekarang dialaminya dengan Ando.

Fariska menghadapkan tubuhnya ke cowok itu,lalu mengulurkan tangan kanannya. "Gue Fariska. Lo?"

Cowok itu mengernyit,dalam pikirannya siapa sih yang gatau Fariska?. Tangannya menerima uluran tangan itu,mereka berjabat memulai tali pertemanan. Pertemanan yang tak tahu bagaimana akhirnya. Saat pertemanan itu bertemu dengan perpisahan. Perpisahan yang akan membuat pertemanan itu menjadi lebih kuat atau hilang karena jarak. (Freak banget ya aku?)

"Gino." Ungkap cowok itu.

"Kelas berapa?" Tanya Fariska lagi sambil kembali ke posisi semula. Menghadap ke lapangan sekolahnya.

"Sepuluh" Fariska manggut manggut,tangan kanannya mencoba mencari coklat yang diberi Daffa tadi pagi di saku roknya.

"Kaka suka kesini?" Fariska menolah,hatinya menolak jika dipanggil 'kaka'. Menurutnya,ia seperti sudah tua saja.

"Iya,adem banget disini. Oh iya,panggil gue Far aja atau lo. Ga sreg aja gitu"
Gino tersenyum,ternyata pemikiran tentang Fariska tak seperti kenyataannya.

"Mau?" Tawar Fariska sambil memberi potongan sebagian coklatnya.

"Ambil aja,gue ga boleh terlalu makan coklat ntar gemuk..hehe" lanjutnya. Gino meraih coklat tersebut,dibuka bungkusnya lalu menggigitnya sedikit.

"Ternyata kaka,eh lo beda banget ya?" Fariska mengernyit,tak mengerti apa yang dibicarakan Gino.

"Maksud gue,lo itu beda sama gosip gosip yang menyangkut tentang lo. Katanya lo itu jutek,make up menor dan sebagainya tapi lo itu ternyata ramah dan baik hati yang paling penting lo ga menor sama sekali." jelas Gino. Fariska tersenyum. Akhirnya ia tahu maksud dari Gino,ia bahkan tahu bahwa banyak sekali gosip gosip aneh tentangnya. Gosip gosip yang mengarah pada fitnah,tapi ia tak peduli itu. Tak sedikitpun.

MY TWINWhere stories live. Discover now