mt42

303 29 13
                                    

Drrtt.. Drtt...

Ponsel Fariz bergetar, dipandangnya nama yang tertera di layar. Dahinya mengernyit, Devan?

Fariz mengangkatnya, "tumben banget nelpon gue."

"Yang namanya Cassie, lo tau dia dimana sekarang?" Tanya Devan to the point.

Dahi Fariz mengernyit kembali, merasa aneh karena tadi Devan bilang ia tidak kenal dengan Cassie, tapi mengapa sekarang malah mencarinya, "emm, tadi gue liat sih ke arah taman belakang."

"Thanks" balasan singkat Devan yang langsung menutup sambungan telponnya.

Kaki Devan melangkah dengan cepat, bahkan bisa dibilang ia berlari menuju tempat dimana Cassie berada. Ia tidak peduli dengan orang-orang yang tidak sengaja ia tabrak saat berlari, bahkan ia tidak sadar bahwa Fariska menyapanya sambil tersenyum di ujung koridor. Saat ini, fokus utamanya adalah Cassie.

-

Fariska melihat Devan berlari di koridor kelas, tetapi ia sadar bahwa ada yang aneh dengan tatapan Devan. Devan seperti tidak fokus, bahkan ia seakan tidak menyadari menabrak beberapa siswa yang berada di koridor.

Devan semakin mendekat, Fariska mengangkat tangan kanannya sambil tersenyum menyapa, "Devan." Namun seperti yang sudah Fariska duga, Devan bahkan tidak melirik sedikitpun kearahnya.

Devan kenapa ya? Apa gue ikutin aja ya? Ga ga, gue ga boleh kepo, gue siapanya juga.

-

Ucapan Fariz benar, Devan melihat Cassie sedang duduk di salah satu bangku panjang di taman belakang sekolah. Tapi Devan ragu, apakah benar ini Cassie yang ia kenal 7 tahun lalu? Tapi dari perawakannya, percis seperti foto - foto yang sering ayahnya kirimkan padanya.

-

Cassie mengembuskan napas panjang, "Bego! Bego! Bego! Kenapa sih si Fariz harus liat fotonya Devan" umpatnya.

"Foto gue?"

Mata Cassie terbelalak, ia dengan spontan memalingkan wajahnya ke sumber suara. Tepat di belakangnya, seorang pria dengan tubuh tinggi menjulang berdiri, membuat Cassie yang sedang duduk harus menegadahkan kepalanya lebih keatas agar tahu siapa pemilik suara tadi. Jantungnya terhenti seketika, ketika ia sadar pria yang didepannya adalah Devan.

Jantung yang tadinya terhenti, sekarang menjadi berdetak lebih kencang dari biasanya. Cassie gelagapan, bukan situasi seperti ini yang dia mau. Dia belum siap bertemu dengan Devan, tapi memang tidak bisa menutup kemungkinan ia akan bertemu dengan Devan, tapi Cassie tidak mau sekarang.

"Devan yang lo maksud itu gue kan?" Tanya Devan datar, namun tatapannya sangat dingin. Cassie yang melihatnya hanya bisa menunduk, bahkan ia tidak berani menatap matanya.

"Kayanya lo salah denger" jawab Cassie sambil bangkit dan bergegas pergi meninggalkan situasi yang benar-benar harus dihindari.

Tapi tangan Devan lebih cepat, ia menahan lengan Cassie. Tubuh Cassie mematung, napasnya tercekat, dia bingung harus bagaimana, bahkan dia bingung kenapa dia takut pada Devan.

"Duduk atau gue paksa lo duduk"

Seperti mesin yang dikendalikan, Cassie mengikuti arahan Devan untuk kembali duduk. Devan mengembuskan napasnya panjang dan ia pun duduk di sebelah Cassie.

"Mulai kapan lo sekolah disini?" tanya Devan datar. Bahkan sorot matanya belum berubah menjadi hangat.

Cassie menggigit bibir bawahnya, "semester ini."

"Gue tau lo disuruh sekolah disini, biar orang yang bernama Andi tau gerak - gerik lo, sekaligus lo bisa mata - matain gue kan? Oh iya, orang bernama Andi itu, udah jadi bokap lo ya? Lo panggil apa, ayah? papa? bapa?" tanya Devan sambil menatap kearah Cassie, sembari menampilkan senyum miringnya dan sebelah alisnya terangkat.

Cassie menatapnya balik, bibirnya kaku. Semuanya terhenti di tenggorokan, ia bahkan tidak bisa mengeluarkan kata-kata untuk menyangkal apa yang dikatakan Devan? Mata - mata? Apa Devan sudah gila menganggap dirinya seperti itu?

"Lo udah ga penasaran kan sama gue? Mulai sekarang, lo gausah bawa foto - foto gue, dan anggap kita ga pernah kenal." ujarnya dingin sambil menatap mata Cassie, tatapan yang benar - benar mematikan.

Devan bangkit dan meninggalkan Cassie yang masih mencerna apa yang telah terjadi di dalam hidupnya, 5 menit tadi.

-

Fariska menyipitkan matanya, mencoba menatap dengan jelas apa yang sedang terjadi didepannya yang berjarak kurang lebih 5 meter. Fariska memang sering tidak menepati kata - katanya, buktinya tadi ia berkata tidak usah kepo dengan urusan Devan, tapi ia malah membuntuti Devan dan berakhir disini. Duduk di bangku taman yang tertutup pohon untuk melihat dan menguping apa yang sedang terjadi antara Devan dan Cassie.

"Ngomong apaan sih anjir ga kedengeran" gerutu Fariska, karena tidak bisa mendengar suara Devan dan Cassie, karena jarak yang lumayan jauh, tapi jika Fariska mendekat usahanya bisa gagal.

"Iya anjir ga kedengeran" saut seseorang di sampingnya.

Mata Fariska membulat, merasa kaget mengapa ada yang membalas ucapannya. Dengan perlahan, ia memalingkan wajahnya ke arah kiri untuk mengetahui suara siapa. Mulut Fariska terbuka saat melihat bahwa yang disampingnya adalah Fariz.

-

Fariz dan Fariska sama - sama terkejut, mata mereka membulat, mulutnya terbuka, bahkan menunjuk satu sama lain, dengan bahasa isyarat "lo ngapain disini?."

Fariz yang sadar agar tidak membuat gaduh langsung menutup mulut Fariska agar tidak bersuara, "sstt diem, jangan berisik, ntar kita ketahuan" bisiknya.

"Lo buntutin Cassie ya?" bisik Fariska

"Lo buntutin Devan ya?" balas Fariz

"Tuhkan lo cemburu Cassie ada apa - apa sama Devan kaaaaannn?" goda Fariska sambil menaikkan kedua alisnya dan menampilkan sederet gigi rapinya.

"Dih, lo kan yang cemburu, makannya buntutin Devan" balas Fariz.

Fariska memutar matanya malas, "dih gue tadi penasaran kenapa Devan lari - lari kek orang kesurupan ke arah sini, eh taunya mau ketemu Cassie."

"Gue juga penasaran kenapa Devan nanya Cassie dimana."

"Ih udah diem Riz, kenapa kita yang ngobrol, bukan ngupingin mereka. Sstt.."

----

Hallooo...

Gimana kabarnya?

Saya harap baik baik aja ya?

Saya meminta maaf yang beribu-ribu kali karna menghilang ya hehe

Makasih banget buat yang selalu nunggu cerita ini di up, meski ya emang kehidupan saya yang hilang - hilangan

Sebagai penyemangat saya buat lanjutin cerita ini, saya ingin tau kenapa sih suka sama cerita ini? Apa yang buat cerita ini spesial bagi kalian?

Dijawab yaaa...

Terimakasihhh...

MY TWINWhere stories live. Discover now