mt17 (satu)

5.3K 325 2
                                    

Mentari pagi sudah mulai keluar dari tempat persembunyiannya malam tadi. Meski masih malu malu,perlahan tapi pasti sinarnya sudah mulai menerangi bumi dan sekarang,tepat jam 06.00 cahaya pagi itu sudah memasuki celah celah gorden kamar Fariska.

Fariska masih mematut di depan cermin meja riasnya. Dihitung hitung,ia sudah 15 menit bertopang dagu sambil memandangi dirinya sendiri dan memikirkan perkataan Devan kemarin.

Ia menghembuskan nafas kasar sambil mengambil bedak yang baru dibelikan mamanya dua minggu kemaren dan masih tersegel karena belum dipakai oleh Fariska. Mengapa? Karena Fariska sendiri malas memoleskan make up ke wajahnya. Sekalipun bedak tipis maupun lipbalm.

Dengan memantapkan hatinya,Fariska memoleskan bedak tipis pada wajahnya. Lalu lipbalm pada bibirnya.

"Ini ketebelan" ujarnya sendiri saat melihat bibirnya berwarna merah muda menyala. Lalu mengambil tisu basah dan mengelapkannya,membuat bibirnya berwarna natural lagi.

Fariska memoleskannya lagi tapi lebih tipis kemudian membuka ikatan rambutnya.
"Gerai ga ya?"

Ia mengangguk mantap sambil menyisir rapi rambutnya yang panjang sepunggung dan lurus itu.

"Fariska" ujar Fariz sambil masuk ke dalam kamar Fariska. Ia tidak bisa menahan keterkejutannya saat melihat Fariska yang sedang berdiri dihadapannya memakai riasan wajah dan rambut yang di gerai.

"Gimana? Cantik ga?" Tanya Fariska saat Fariz masih seperti patung dengan mata terbelalak dan mulut yang terbuka.

Fariz berjalan ke arah Fariska lalu memutarinya "Ga salah mau ke sekolah kaya gini?" Tanyanya tepat setelah berada di depan Fariska.

"Aneh ya?" Fariska menggaruk garuk kepalanya yang tak gatal kemudian membalikkan badannya.

"Tapi ini juga karna si Devan brengsek itu. Gue cuma mau ngasih di pelajaran. Dan bukti kalo gue ini bukan cowok,melainkan cewek cantik."

Fariz duduk di ranjang Fariska "Jadi lo kaya gini cuma buat Devan?" Tanyanya dengan nada sedih.

Fariska membalikkan badannya dan melihat Fariz yang sedang memajukan bibirnya. Ia melangkahkan kakinya dan duduk di sebelah Fariz.

"Liat gue" perintah Fariska sambil memegang wajahnya  Fariz dengan kedua tangan Fariska untuk melihatnya.

"Gue cuma mau ngasih suatu pelajaran ke dia. Pelajaran yang bakal gue kasih selama sehari dan dia bakal inget pelajaran ini selamanya. Pelajaran bahwa gue cewek cantik yang bisa buat dia berpikir begitu. Lagian gue juga ga suka di gerai,panas."

Fariz memegang kedua tangan Fariska yang masih berada di wajahnya dengan menariknya ke bawah dan mengenggamnya.

"Oke,gue setuju. Ya udah cepet,gue tunggu di bawah"

Fariska mengangguk kemudian berjalan ke arah lemari pakaiannya. Sedangkan Fariz keluar dari kamar Fariska.

Fariska tersenyum saat menemukan jaket Devan disana. Ia mengambilnya lalu memasukannya pada paper bag warna pink.

"Liat aja Devan"

-

Fariska turun dari motor Fariz sambil menenteng paper bag pink.

"Ayo!" Fariz merangkul pundak Fariska tetapi dengan cepat Fariska melepaskan rangkulan itu.

"Kok dilepas sih?" Gerutu Fariz sebal.

Fariska tersenyum sambil memegang rambutnya yang di gerai "Ntar berantakan"

"Anjir,lo jadi cewek rempong macam Rere deh sekarang" Fariz bergidik ngeri yang malah mendapat pukulan keras di lengannya.

MY TWINWhere stories live. Discover now