mt33

3.9K 248 60
                                    



Devan sudah menenteng kantung keresek yang berisikan tiga botol minuman dingin,dan dua buah makanan ringan. Ia berjalan kembali ke arah lapangan basket indoor.

Dug

Seseorang menabraknya.

"Punya mata ga sih lo?" ujar Devan kesal karena tiba – tiba ada yang menabraknya.

Cewek itu menegadahkan pandangannya untuk melihat siapa yang ia tabrak.

"Sorry – sorry gue ga sengaja,beneran," ujar cewek itu sambil menjauh beberapa langkah dari Devan.

Devan menyiptkan matanya saat melihat dengan jelas siapa yang menabraknya. Cewek itu terlihat sangat terkejut dan segera melangkahkan kakinya menjauh dari Devan. Devan ingin menahannya tapi cewek itu sudah pergi menjauhinya. Ia yakin pernah melihat wajah itu,entah dimana tapi. Dan ia yakin bukan di sekolah ini,bukan sebagai murid sekolah ini.

-

"Nih," Devan menyerahkan kantung keresek itu ke hadapan Fariska.

Fariska menatap Devan dan mengambil keresek itu. "Bayar ga nih?" tanyanya dengan kekehan.

"Lah,gitu doang. Bagi minumnya satu." Devan menaruh tangannya di udara.

Fariska mengangguk dan segera mengeluarkan sebuah botol minum dan memberikannya ke Devan. "Makasih ya,ngerepotin ga nih?"

Devan menggeleng lalu membuka botol itu. Sebelum meminumnya,ia melirik Fariska sekilas dan ia merasa Fariska canggung dengannya. Suasana yang tidak ia inginkan jika sedang bersama dengan seseorang.

Tak lama pertandingan pun dimulai. Suasana semakin riuh saat Fariz mencetak point untuk Orchidia,dan pertandingan pun dimenangkan oleh Orchidia.

-

Senyum Fariska dari tadi belum juga pudar,ia sangat bersemangat sekali melihat Fariz dan Daffa bermain dengan sangat bagus dan mampu memenangkan pertandingan. Devan yang melihat kebahagiaan Fariska pun ikut bahagia. Tapi,entah kenapa dalam hati terdalamnya,dalam hati terdalam yang tidak bisa dibohongi oleh apapun. Ia merasa sedih. Sedih karena ia bukanlah alasan dari kebahagiaan Fariska. Ia bukan pembuat kebahagiaan itu.

Dengan senyumnya,Fariska bangkit dari duduknya sambil membawa kantung kereseknya. Dengan spontan Devan menahan lengan Fariska.

Fariska yang kaget karena tiba – tiba Devan menahan lengannya,menatap Devan keheranan dan membuat Devan sadar dan langsung melepaskan pegangannya.

"Em,mau kemana?" Tanya Devan ragu – ragu.

Fariska menampilkan senyumnya lagi, "Gue mau nyamperin Fariz," kemudian ia melambaikan tangannya ke arah Devan dan pergi begitu saja tanpa persetujuan Devan.

Devan menjambak rambutnya frustasi. Entah apa yang sedang ia pikirkan sekarang. Entah apa juga yang ia rasakan. Rasanya ia belum pernah merasakan hal yang seperti ini. Apa ini rasanya cemburu?

-

Fariska berjalan menuju ruang basket. Tapi tinggal beberapa langkah lagi ia sampai,ia memberhentikan jalannya. Ia merasa tak enak jika ia datang dan hanya membawakan minuman untuk Fariz saja. Ia tahu semua anggota basket pun tahu tentang kedekatan mereka,tapi bukan tentang kedekatan mereka sebagai saudara kembar melainkan dua orang yang sedang pdkt. Tapi tetap saja ia tak enak hati.

Ia membalikkan badannya dan berjalan ke arah kantin,namun tiba – tiba tiga orang cewek menghalangi jalannya. Fariska yang tak mau ambil pusing,mencoba untuk berjalan kembali tetapi tetap saja ketiga cewek itu menghalaginya dan tidak membiarkan ia lewat.

MY TWINWhere stories live. Discover now