mt18

5.7K 344 23
                                    

Devan membawa Fariska sampai ke atap sekolah. Tempat yang paling disukai Fariska. Semilir angin menerpa keduanya. Membuat Fariska sesaat melupakan kejadian tadi.Dari tadi tak ada yang berbicara. Keduanya sama sama diam. Sama sama sedang larut dalam pikiran masing masing.

Fariska memandang lapangan upacara sekolah. Disana hanya ada beberapa siswa yang berlalu lalang. Mungkin masih tak ada guru. Atau mereka ingin keluar kelas karena ini kesempatan langka.

"Makasih ya Van" ujar Fariska memecahkan keheningan. Devan memalingkan wajahnya untuk melihat Fariska. Fariska masih memandang lurus ke depan.

"Makasih karena lo udah bantuin gue ngejauh dari Rere" ujar Fariska lagi

"Hem" ujar Devan mengiyakan. Pandangannya beralih dan menatap apa yang ditatap Fariska juga. Ke depan. Lurus.

"Kenapa lo bisa kaya tadi?" tanya Devan. Iya benar benar penasaran,mengapa Fariska bisa seperti itu. Ia pikir,Fariska cewek berani yang menganggap Rere masalah kecil buat Fariska. Karena Fariska bahkan berani dengan dirinya.

"Gatau. Tiba tiba mereka nongol di depan gue. Nanyain kenapa gue ngedeketin lo. Trus jambak gue pake megang tangan gue segala. Gue ga abis akal,gue tendang aja tulang keringnya si Rere. Macem macem sih sama gue. Eh pas gue mau kabur,mereka ngejar gue. Untung gue nabrak lo,hehe" jelas Fariska diakhiri dengan kekehannya.

"Kenapa sih di sekolah ini yang namanya Rere nyebelin? Entah itu si Rere atau bu Rere" ujar Fariska lagi yang membuat Devan tertawa.

"Kok ketawa sih?" tanya Fariska sebal. Kenapa ketawa? Tidak ada yang lucu juga.

Devan berdeham untuk menghentikan tawanya "lagian lo bener juga,kenapa Rere di sekolah ini nyebelin."

"Untuk kedepannya gue saranin sekolah ini ga usah nerima yang namanya Rere deh" ujar Fariska lagi.

"Biar ga ada yang nyebelin gitu?" tanya Devan yang dijawab anggukan semangat dari Fariska.

"Rambut lo masih berantakan. Beresin coba" ujar Devan yang membuat Fariska buru buru merapihkan rambutnya.

"Lagian ga ada hujan ga ada petir lo tiba tiba gerai rambut lo" lanjut Devan sambil memperhatikan Fariska.

Fariska tersenyum karena buat lo! Buat ngebuktiin gue cewek cantik bukan cowok! Batinnya.

"Ga apa apa kok. Sehari doang boleh kali" jawab Fariska setelah selesai merapihkan rambutnya.

Tiba tiba handphone Fariska bergetar. Dengan cepat ia merogoh saku roknya dan menjawab telepon dari Fariz.

"Kenapa Riz?"
"Oh..ya udah gue ke kelas."

Dan panggilan pun terputus.

"Gue ke kelas duluan ya" pamit Fariska sambil memasukkan hpnya lagi.

Fariska membalikkan badannya untuk segera ke kelas tapi tangannya di tahan oleh Devan.

"Ada apa emang?" tanya Devan saat Fariska membalikkan badannya dan berhadapan dengannya.

"Kelas mau ngomongin buat bazzar."

"Gue ikut. Kan kita sekelas" ujar Devan yang membuat Fariska tersenyum dan mengangguk mengiyakan.

-

Mereka berjalan beriringan menuju ke kelas. Sepanjang koridor,semua siswa memandang mereka. Ada yang melihat mereka terpukau,iri,sebal,kesal dan sebagainya. Ada yang sambil berbisik bisik ke orang sebelahnya sekedar berkata "gue iri sama Fariska" atau "Devan ganteng,Fariska cantik" bahkan "gila banget mereka berduaan njir. Fariz mana?" dan apapun itu. Entah pujian atau hinaan.Tapi baik Fariska maupun Devan mengabaikannya.

MY TWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang