"Aku tidak suka berbohong, lebih baik jujur meskipun menyakitkan daripada menyenangkan tapi pahit dibelakang. Itu bukan laki2  sejati, melainkan pecundang"

"Kau benar, dan pecundang itu adalah suamiku"

"Hmm"

"Aku sangat tersiksa"

"..."

"Bisakah kamu membantuku?"

"..."

"Ku mohon.."

"Kau memohon padaku? Ckkj, wanita pemaksa dan keras kepala sepertimu bisa juga meminta tolong? Suatu keajaiban dunia"

Cup
Mata Bara membelalak mendapat ciuman mendadak dari Diana.

"Kau langsung diam saat aku cium. Aku jadi tahu cara membuatmu diam. Hahaa", kata Diana bangga.

Bara hanya diam, dia merasa syok mendapat serangan mendadak tersebut.

"Hm, inikah rasanya berciuman?
Rasanya sungguh manis. Ternyata benar kata teman temanku"

Bara hanya diam dan membiarkan wanita di depannya bicara sendiri.

"Itu ciuman pertamaku, sempat sih curi2 cium. Tapi Aldo selalu menolakku"

"..."

"Serendah itukah aku? sampai Aldo menolakku?"

"..."

"Aku juga ingin menikmati ciuman yang penuh hasrat dan penuh gairah seperti kata teman temanku. Tapi sama siapa?"

"..."

"Hahaha, sungguh miris kan nasibku?", kata Diana tertawa getir

Ada perasaan tidak suka saat Bara mendengar semua kejujuran Diana.

"Haruskah aku menjadi jalang? Haruskah aku menjadi wanita penggod..."

Belum sempat Diana melanjutkan perkataannya, tiba tiba Bara memeluknya dan menciumnya dengan kasar.

"Hemmmpttt, diamlah. Aku akan mengajari cara berciuman"

"Benarkah?"

"Ya, aku akan menjadi orang pertama yang mengajarimu berciuman dan bercinta bila perlu"

"Kau sungguh baik, terima kasih"

Bara hanya tersenyum getir di sela sela ciumannya. Orang waras mana yang berterima kasih pada orang yang mengajak bercinta saat pertama kali bertemu.

Akal sehat Bara semakin menghilang, saat Diana membalas ciumannya dan mengalungkan tangannya pada leher Bara.

Bara pun tak tinggal diam, tangannya semakin lancang menjelajah kedalam kemeja Diana.

"Empppt, ah..."

Erangan dan lenguhan Diana membuat gairah Bara semakin kuat. Bara mendudukkan Diana di pangkuannya, dan menarik paksa kancing kemeja Diana.

"Hahaha, kau sungguh tak sabaran ya? Dasar laki2, ibarat kucing, tak pilih2 makanan saat diumpan ikan asin"

Bara tak menghiraukan racauan Diana. Tangannya sibuk membuka kemeja dan membuka pengait Bra merah meyala yang terlihat jelas di depan matanya.

"Kau sungguh indah. Apakah payudara ini pernah dipegang dan diremas bajingan itu?", tanya Bara sambil meremas dan memilin payudara Diana.

"Ahhhhh..., tidak. Kamu orang pertama yang menyentuhku se-intim ini"

"Benarkah?", 

"Ohhhh, ... iya"

Bara tersenyum bangga saat tahu bahwa dirinya lah orang pertama buat Diana.

"Kalau seperti ini? Apakah bajingan itu pernah melakukannya?", tanya Bara sambil mengelus dan memasukkan jari tengahnya ke vagina Diana.

"Hmmm, ohhh...  tidak. Ka... mu orrang pertama yang ahhhh.... melakukan ini padaku", jawab Diana terengah.

"Benarkah? Apa kau menyukainya?", tanya Bara sambil mempercepat ritme gerakan tangannya.

"Ohbhh ya, aku suk sukka"

"Kau ingin yang lebih?"

"Iya iya aku ingin, aku ingin dan ingin"

"Aku akan memberikannya, tapi saat kau sadar. Aku akan mengajarkannya saat kita berdua sama sama dalam keadaan sadar".

Diana cemberut saat Bara menggendongnya dan membawanya ke tempat tidur.

"Tidurlah, pagi ini kau sangat kacau. Istirahatlah"

"Hmmmm, terima kasih", kata Diana sebelum terlelap.

Bara hanya tersenyum kecut mendengar ucapan terima kasih dari wanita yang tengah tidur dalam pelukannya. Terlalu banyak hal buruk yang telah Bara lalui. Bara memilih tetap bergelung di dalam selimut dengan wanita asing yang baru ditemuinya, sambil menatap keluar menyaksikan hujan yang semakin deras membasahi bumi 

 He's Your SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang