TBJ 17 - I Miss You, So Much

Start from the beginning
                                    

"Aku tidak menerima alasan apapun, Ana. Kau memaksaku datang kesini dan sekarang ikuti saja aturan dan permintaanku. Atau aku akan pulang sekarang." ucap Alex saat wanita didepannya itu hendak mengeluarkan argumennya.

"Yaya baiklah. Ayo kita masuk kedalam sekarang." ucap wanita itu sambil menggandeng tangan Alex masuk kedalam.

Alex sendiri merasa jengah berlama-lama bersama wanita yang dulu sempat membuatnya kagum itu.

Anastasya Finsalt Rivera.

Ya.. Alex dulu memang mengagumi wanita itu dulu. Wanita yang dikiranya adalah seorang yang baik dan manis. Ternyata adalah wanita yang manja dan pemabuk. Kehidupan seseorang bisa berubah sewaktu-waktu, bukan.

'Apa pria yang pergi bersama Lara tadi adalah kakak yang dimaksudkan Ana tadi. Jadi, Ana adik dari pria yang membawa adikku, tadi ? Oh, sebuah kebentungan yang sangat manis sekali. Aku akan membuat Ana merasakan apa saja yang sudah dilakukan kakaknya itu pada adikku. Ah.. pasti permainan ini akan menjadi sangat menarik, nanti.'

············

"Kemana saja kau tadi ? Aku sudah mencarimu kemana-mana. Kau membuatku takut tadi." ucap Adrian yang tak mendapat respon sedikitpun dari Lara. Wanita itu terus berjalan masuk kedalam kamarnya tanpa sedikitpun mempedulikan Adrian.

Lara dengan santai langsung masuk ke kamarnya dan bergegas melepas dress yang menyulitkannya itu, meski Adrian ada disana dan melihat apa yang dilakukannya. Lara sungguh sudah tidak peduli dengan Adrian sekarang. Sungguh. Pria itu tak lain hanya seorang bajingan brengsek yang sangat buruk baginya sekarang.

"Apa kau tidak mendengarku sejak tadi ? Setidaknya jawab dan jangan mengacuhkanku seperti ini. Aku______"

"Aku ingin bersiap tidur sekarang. Sebaiknya kau pergi. Aku merasa lelah sekali. Apa yang ingin kau katakan padaku, katakan semua itu besok. Jangan menggangguku sekarang." ucap Lara yang kini tengah membersihkan make upnya dengan tubuhnya yang hanya dibalut bra tanpa lengan dan celana dalam saja saat ini.

"Kau fikir aku akan menyia-nyiakan malam ini dengan tidur sendirian dikamarku yang dingin saat aku bisa menghangatkan ranjangku denganmu." ucap Adrian yang kini sudah memeluk Lara dari belakang dan menciumi leher wanita cantik itu untuk menggodanya.

"Tidak malam ini, Adrian. Aku______"

"Aku tidak menerima penolakan apapun, sayang. Aku menginginkanmu, sekarang." ucap Adrian yang langsung saja melepas kaitan bra Lara tanpa persetujuan wanita itu terlebih dulu.

"Adrian.. aku tidak ingin kita______"

"Sayangnya aku tidak peduli apa yang menjadi keinginanmu, sayang. Jika aku bilang sekarang, itu berarti kita harus melakukannya, sekarang." ucap Adrian lalu membalik tubuh Lara untuk menghadapnya dan mulai mencecapi tubuh wanita itu sesuka hatinya.

Lara sendiri hanya diam saja diperlakukan seperti itu oleh Adrian. Lagipula, ia juga tak memiliki hak apapun disana. Tubuhnya sudah dibeli dan menjadi milik Adrian sekarang. Lara membiarkan saja semuanya terjadi. Mengalir tanpa disadarinya.

(············)

Saat Adrian sudah tertidur setelah kegiatan panas mereka tadi, Lara diam-diam turun dari ranjang dan pergi keluar dari kamar itu dengan hanya memakai bathrobe saja.

Setelah mendengar ucapan Adrian di rumah keluarganya tadi, Lara merasa tak bisa lagi berada didekat pria itu untuk waktu yang lama. Rasa benci dan tidak suka itu, perlahan tumbuh didalam diri Lara pada sosok Adrian.

Dan untuk menjernihkan pikirannya yang penuh dan terasa jenuh itu, Lara akhirnya memutuskan untuk minum koleksi minuman keras milik Adrian itu, tak peduli jika nanti pria itu akan marah padanya.

Lara mengambil satu botol besar whiskey dan satu gelas kecil untuknya minum yang dibawanya kesofa tempat biasa Adrian menimum minumannya disana.

Lara menuangkan minuman dari botol yang sudah dibukanya tadi sedikit kedalam gelasnya dan langsung meminumnya. Ya. Dia berencana mabuk malam ini.

Tapi, Lara tidak bisa. Lara tak bisa menghancurkan prinsipnya begitu saja untuk menjauhi minuman demi kesehatannya sendiri. Itu adalah prinsip yang sudah dibuatnya bersama kakaknya sejak mereka menginjak bangku SMA. Dan mereka sudah berjanji pada satu sama lainnya untuk tak mengingkari prinsip itu.

Akhirnya yang Lara lakukan saat ini adalah menangis.

Ya, wanita itu menangis karena merasa hatinya saat ini merasa amat sangat terluka. Ia tadi memang bisa bertemu kakaknya tapi sayangnya ia tak bisa menceritakan semuanya padanya. Lara sungguh merasa bodoh saat ini.

Sampai kapan ia akan terus berada ditempat itu ? Lalu bagaimana janjinya pada kakaknya untuk segera pulang ke rumah secepatnya ?

Nyatanya dirinya disana hanya menjadi pemuas nafsu Adrian saja selama ini, dan apakah yang didapatkannya ? Jalang diluaran sana saja masih mendapat uang karena menjajahkan tubuhnya pada pria, tapi Lara ?

Jangankan uang, ia hanya mendapat sakit hati dan penganiyayaan batin saja selama disini.

'Nyatanya di Club waktu itu dia tidak benar-benar menolongku. Dia hanya mencoba menyelamatkan harta karunnya sendiri untuk bisa dinikmatinya disaat waktu yang tepat. Dia bersikap manis hanya agar aku bisa jatuh kedalam lubang yang dibuatnya. Dan dia berhasil. Tapi seperti si kancil yang terjebak jebakan pemburu dan akhirnya bisa membebaskan dirinya, begitu juga aku. Pasti ada waktu dimana Adrian akan lengah dan aku akan memanfaatkan saat itu untuk pergi dari sini. Aku akan pergi sejauh mungkin hingga ia tak akan bisa menemukanku lagi, nanti.'

Bersambung...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
...

Tinggalkan Comment bermanfaat dan Vote kalian selagi itu tidak dipungut biaya alias Gratis !!!!!

Thanks

LailaLk

The Bad Jerk ✔ [Warren Series #2]Where stories live. Discover now