Syifa yang mengerti karena dilirik abangnya yang seakan meminta penjelasan darinya pun tersenyum-senyum malu sambil mengangguk tanda bahwa ia mengatakan Jefri kini adalah pacarnya melalui bahasa tubuhnya kepada abangnya. Randi yang kemudian mengerti maksud Syifa hanya tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat adik perempuan satu-satunya itu. Bisa-bisanya ia berpacaran dengan adik dari Ali, yang notabenenya Ali adalah mantannya. Syifa sungguh tidak terduga.

Teman- teman Randi pun menyalami dan mengucapkan selamat ulang tahun kepada Randi. Setelah itu mereka memakan kue dan cemilan yang sudah Syifa siapkan untuk abangnya dan teman-temannya.

**

"Jeff.... Lo ngga pulang?" tanya Syifa hati-hati kepada Jefri. Karena pasalnya kini teman-teman Randi sudah pulang, hanya tinggal Jefri seorang; tamunya.

"Hmm... Iya. Nih gue mau pulang. Gue balik dulu yaa. Abang mana?" ucap Jefri sambil tersenyum kepada Syifa.

"Kayanya abang udah ke atas dan udah tidur juga deh. Gapapa lo balik aja."

"Yaudah, sampein salam gue ke abang yaa nanti. Abis ini, langsung tidur yaa." ucap Jefri sambil mengacak-acak rambut Syifa.

"Iyaa. Makasih yaa." Syifa mengangguk sambil tersenyum.

Jefri tersenyum mengangguk lalu membalikkan badannya dan melangkah pelan ke arah motornya.

"Jeff... ada yang mau lo omongin ke gue?" tanya Syifa dengan hati-hati sambil menghampiri Jefri.

Jefri membalikkan badannya untuk berhadapan dengan Syifa. Lalu ia menghembuskan napasnya. Setelah berhasil menimang-nimang, apa salahnya jika ia bercerita kepada Syifa, apa yang sedari tadi memenuhi pikirannya.

"Mami pulang, Syif....." Jefri menunduk.

"Jadi ini sebabnya tadi lo di jalan muter-muter, terus sekarang lo jadi pulang paling terakhir di rumah gue?" Syifa tersenyum.

Jefri mengangguk.

"Jeff.... Mungkin mami lo emang pernah ninggalin ayah lo, elo, Ali dan Bang Adi. Tapi saat ini dia mau pulang lagi loh, untuk ketemu sama kalian semua? Dan bukannya harusnya lo seneng?" ucap Syifa dengan tenang sambil mengangkat wajah Jefri untuk menatapnya.

"Rasa sakit itu masih ada Syif. Dulu waktu gue masih kecil, disaat anak-anak lain sekolah ditemenin mamanya, mami ngga ada Syif. Terlalu banyak luka. Gue belum siap ketemu mami." ucap Jefri lirih.

"Jeff, banyak orang lain yang ngga bisa seberuntung lo; yang masih punya orang tua lengkap, kaya gue contohnya. Jadi please, jangan mentingin ego lo lagi. Hilangin itu untuk lo bahagia ke depannya. Toh ayah lo, yang udah disakitin dan ditinggalin sama mami lo, masih mau nerima mami kan? Dia kaya gini buat siapa coba? Buat anak-anaknya." ucap Syifa lagi.

Jefri terdiam sejenak. Syifa benar. Bagaimanapun juga mami adalah ibu kandungnya. Mami mencintai ia dan abang-abangnya, makanya ia kesini untuk menemui mereka. Apa salahnya jika ia beri kesempatan untuk maminya seperti ayahnya yang bisa menerima maminya. Ia memegang tangan Syifa yang sedari tadi memegang wajahnya. Sedetik kemudian, ia tersenyum sambil mengangguk.

"Makasih sayang, udah bikin gue lebih tenang." ucap Jefri kepada Syifa.

"Geli Jeff!" ucap Syifa terkekeh lalu ia melepaskan tangannya yang sedari tadi memegangi wajah Jefri.

"Makasih Syif. Lo bener. Kalo gitu gue akan pulang sekarang." ucap Jefri tersenyum.

"Sama-sama pacar! Kalo ada apa-apa, hubungin gue yaa."

"Duh gemeshin banget sih ni anak. Aku pulang ya sayang. Bye, Love you!" Jefri mencubit pipi Syifa lalu ia melangkahkan kakinya menuju motornya.

"Jeff.... Geliiiii!" kata Syifa sambil tertawa.

Another Side - CompletedTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon