Part 46

2.5K 364 31
                                    

Ali menghentikan mobilnya saat ia tidak sengaja melihat Tante Lusi sedang memberikan uang kepada pengemis yang berada di pinggir jalan. Matanya tidak berkedip melihat pemandangan yang tidak jauh dari tempatnya. Ia menarik sedikit sudut bibirnya, kemudian beralih mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.

**

"You've changed so much."

Gadis itu berbisik pelan seraya menyisir lembut rambut laki-laki yang sangat dicintainya dengan jemarinya. Laki-laki yang kini sedang tertidur di pangkuannya, dan sebenarnya tidak benar-benar terlelap, bahkan ia dapat mendengar jelas suara gadisnya.

Tersenyum dalam umpatannya, Jefri membuka matanya perlahan. Membuat gadis yang sedari tadi di hadapannya tersenyum manis.

"Eh udah bangun." katanya gemas.

"Siapa yang berubah?" Jefri bertanya tiba-tiba, membuat gadis itu mengerjab-ngerjabkan matanya.

"Hah?"

"Tadi aku denger kamu ngomong "you've changed so much"?" Jefri bangkit untuk duduk di sebelah gadisnya.

"Yaaa.... Kamu. Siapa lagi?" matanya enggan menatap Jefri.

"Berubahnya dalam hal apa nih?" tanya Jefri lagi, membuat gadis itu kini menatap wajah Jefri.

"Banyak. Yang pasti, aku seneng banget." jawabnya, seakan ia memang sungguh-sungguh merasakan bahagia akibat perubahan kekasihnya itu.

"Alhamdulillah." Jefri mengacak-acak rambut gadisnya lalu mengecup puncak kepalanya singkat.

Keduanya saling tatap, bergeming. Debaran yang terasa di dalam dada Jefri semakin cepat, mungkin ini saatnya untuk mengatakan yang sesungguhnya, bahwa ia sudah mencintai Salsa. Salsa yang selalu menunggu dan ada untuknya. Salsa yang setia. Salsa yang sangat mencintainya.

Jefri mendekatkan wajahnya ke samping telinga Salsa. "I love you, Sal."

Kalimat itu. Kalimat yang barusan Jefri bisikkan di telinganya adalah kalimat yang selama ini ia tunggu-tunggu. Wajahnya mendadak terasa panas dan ia yakin kalau wajahnya itu kini sudah berwarna merah seperti kepiting rebus. Ditambah dengan Jefri yang kini mengunci tatapan dengannya, seakan laki-laki itu kini benar sudah membalas perasaannya.

Dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya, ia berkata. "I love you too, Nic."

**

"Is everything okay? Kamu kenapa sih dari tadi?" Adipati bertanya kepada Maudy yang terlihat seperti bingung mengatasi Tiara, anaknya yang sebulan lalu lahir ke dunia.

Yup. Maudy sudah melahirkan anaknya sejak sebulan yang lalu. Anaknya seorang perempuan, cucu pertama bagi Ayah dan Mami dari Adipati. Adipati menamakan anaknya Tiara. Tiara Putri Renata.

"Aduh aku ngga tau lagi deh ini harus gimana. Tiara dari tadi nangis mulu, di. Aku kasih susu ngga mau, aku udah gendong mondar-mandir juga tetep aja nangis." Mata Maudy kini berkaca-kaca, ia menaruh Tiara kembali ke ranjangnya.

Adipati menatapi istrinya seksama. Terlintas dalam pikirannya bahwa Maudy mengalami baby blues.

Adipati menyentuh dagu Maudy, mengarahkan wajah istrinya untuk menatap wajahnya.

"Hey hey jangan nangis. Kamu pasti bisa." Adipati berusaha menenangkan Maudy dengan mengusap lembut pipi istrinya itu.

"Coba sini Tiara aku yang gendong ya."

Adipati beralih menggendong Tiara dan berusaha menenangkannya. "Utuk utuk anak papa ngantuk ya? Ssshhh ssshhh sayang......"

Hati Maudy menghangat saat ia melihat Adipati seperti ini, menimang-nimang bayinya. Beberapa menit kemudian Adipati berhasil membuat Tiara dapat terlelap dalam gendongan dan pelukannya.

Another Side - CompletedWhere stories live. Discover now